TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pada Agustus 2025, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,08 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Penurunan harga ini sebagian besar dipicu oleh turunnya harga komoditas pangan.
"Penurunan harga pangan menjadi penyebab utama deflasi bulanan," ujar Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam Rilis BPS di Jakarta, Senin (1/9/2025).
Ia menyebutkan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau memiliki andil deflasi paling besar, yaitu 0,29 persen, yang menyumbang 0,08 persen terhadap deflasi keseluruhan.
Lebih lanjut, BPS mengidentifikasi beberapa komoditas yang menjadi penyumbang utama deflasi, seperti tomat (memberi andil 0,10 persen) dan cabai rawit (0,07 persen). Selain itu, tarif angkutan udara dan harga bensin juga ikut menyumbang penurunan harga.
Meskipun demikian, ada beberapa bahan pangan yang justru mengalami kenaikan harga, di antaranya adalah bawang merah dan beras. Kenaikan harga ini memberi sedikit tekanan inflasi masing-masing sebesar 0,05 persen dan 0,03 persen.
Penurunan harga juga tercermin dari komponen harga bergejolak (volatile food) yang mengalami deflasi sebesar 0,61 persen dan berkontribusi 0,10 persen terhadap deflasi nasional. Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh turunnya harga tomat, cabai rawit, dan bawang putih.
Sementara itu, komponen harga diatur pemerintah (administered price) juga mengalami deflasi sebesar 0,08 persen, dengan andil 0,02 persen. Penurunan ini didominasi oleh tarif angkutan udara dan bensin.
Berbeda dengan kedua komponen tersebut, inflasi inti (core inflation) justru mengalami kenaikan sebesar 0,06 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ada sektor lain di luar pangan dan energi yang harganya masih naik, seperti biaya pendidikan tinggi, emas perhiasan, dan biaya sekolah dasar.
Secara geografis, deflasi tidak merata di seluruh Indonesia. Tercatat ada 11 provinsi yang mengalami inflasi, dengan Sumatera Utara mencatatkan inflasi tertinggi sebesar 1,37 persen. Di sisi lain, 27 provinsi lainnya mengalami deflasi, di mana Maluku Utara menjadi provinsi dengan deflasi terdalam yaitu 1,90 persen. (*)
Pewarta | : Hendarmono Al Sidarto |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Kulit Kerang Jadi Alat Tukar, Pasar Segoro Gresik Tawarkan Sensasi Belanja Unik
Arus Balik Maulid Nabi, Ribuan Penumpang Kangean-Raas Padati Pelabuhan Jangkar
PkM Kemdiktisaintek Latih Dasawisma Kapilit di Sumba Timur Kembangkan Olahan Pisang
Vanenburg Puas dengan Performa Timnas Indonesia Usai Libas Makau 5-0
Kereta Cepat Whoosh Jadi Atraksi Wisata Favorit Turis Malaysia ke Bandung
Piagam Madinah Menciptakan Negara Darussalam
Pantai Menuang Jadi Primadona, Wisata Baru Lahir dari Aksi Pemuda
Wisata Indonesia Ramaikan MATTA Fair 2025 di Kuala Lumpur
Ketika Hidup Menuntut Keberanian
Dewan Pers: Uji Materi UU Pers Bisa Tegaskan Perlindungan Hukum bagi Wartawan