TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kepala Ekonom Citibank N.A., Indonesia Helmi Arman memproyeksikan perekonomian Indonesia tumbuh lebih solid pada 2026 seiring dengan berjalannya berbagai program unggulan pemerintah serta arah kebijakan fiskal dan moneter yang lebih longgar.
Ia menilai tahun depan akan menjadi momentum positif bagi perekonomian nasional, dengan dukungan dari belanja pemerintah yang lebih ekspansif serta penurunan suku bunga yang diharapkan memberi ruang bagi sektor-sektor yang mengandalkan pembiayaan.
“Dengan realisasi yang semakin baik untuk program-program pemerintah dan program-program ini banyak yang berorientasi sosial, jadi seharusnya sektor-sektor yang melayani segmen-segmen menengah ke bawah harusnya lebih ada support (dorongan) tahun depan,” kata Helmi Arman ditemui di Jakarta, Rabu (5/11/2025).
Meskipun demikian, ia mengatakan bahwa dorongan dari kebijakan fiskal dan moneter saja tidak cukup untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional.
Batas defisit anggaran sebesar 3 persen dan ketatnya arus modal ke pasar obligasi membatasi ruang gerak kebijakan fiskal dan moneter.
Untuk itu, menurut Helmi, reformasi struktural perlu dipercepat agar pertumbuhan ekonomi bisa berjalan secara berkelanjutan.
“Yang perlu dipacu lagi sekarang adalah kebijakan-kebijakan struktural yang memperbaiki kemudahan berusaha. Investasi harus menjadi key driver (motor utama) untuk sustainable growth (pertumbuhan yang berkelanjutan),” jelasnya.
Ia mencontohkan langkah Vietnam yang agresif dalam melakukan reformasi birokrasi dan investasi, seperti penyederhanaan kementerian dan pemerintahan daerah, hingga percepatan pembangunan infrastruktur.
Ia menyatakan reformasi tersebut membuat Vietnam menjadi salah satu penerima investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI) terbesar di kawasan ASEAN, menjadikannya salah satu pesaing utama Indonesia dalam menarik minat investor global.
Helmi mengatakan pemerintah perlu kembali fokus memperkuat kebijakan struktural, termasuk pengurangan hambatan perdagangan dan penyederhanaan regulasi usaha.
Langkah-langkah tersebut penting untuk meningkatkan kepercayaan investor dan memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berkelanjutan di tengah perlambatan investasi global.
“Jadi kebijakan-kebijakan yang seperti itu yang dibutuhkan kalau mau menaikkan confidence (keyakinan) investor, kebijakan seperti itu perlu lebih diperbanyak kalau mau sustain (mempertahankan) pertumbuhan,” ujarnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia tumbuh 5,04 persen (year-on-year/yoy) pada triwulan III-2025, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp6.060,0 triliun. (*)
| Pewarta | : Antara |
| Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Jeda 20 Tahun, The Mummy 4 Siap Digarap
Wuling Cortez Darion Resmi Meluncur, Yuk Intip Harga dan Spesifikasi Unggulannya
Deal Besar! Sinergi Inti Andalan Caplok 60% Saham THC
NTB Dapat Tambahan Kuota Haji 1.000 Jamaah di 2026
Akibat Banjir Lahar Semeru, Ratusan Warga Dikabarkan Terisolasi
Ribuan Warga Bima NTB Terendam Banjir, 1.118 Rumah Terendam di Desa Monggo
Surabaya Tergenang! Wali Kota Eri Cahyadi Sentil Bangunan Berdiri di Atas Saluran Air
IoT Bikin Sawah Makin Cerdas, Produktivitas Petani Melonjak
Turunkan Tentara Pasukan Bela Diri, Jepang Alami Gelombang Serangan Beruang Terbesar
Warga Surabaya Merapat! Ada Diskon BPHTB dan Bebas Denda PBB di Bulan November