TIMESINDONESIA, SURABAYA – Dunia modern tak pernah benar-benar sunyi. Notifikasi tak berhenti berbunyi, deadline terus menekan, media sosial menuntut perhatian, dan dalam rumah tangga pun kita sibuk dengan berbagai peran.
Namun di tengah semua itu, ada satu suara yang lembut namun penuh kuasa. Suara Tuhan yang masih berbisik.
Tiga bacaan Renungan Minggu ini mengajak kita untuk melambat sejenak, membuka hati, dan belajar mendengar. Karena Tuhan tak pernah berhenti hadir, bahkan ketika kita terlalu sibuk untuk memperhatikan.
(Kejadian 18:1–10a)
Abraham duduk di pintu kemah ketika melihat tiga orang asing lewat. Ia tidak tahu mereka adalah utusan Tuhan. Namun ia menyambut mereka dengan ramah, menyediakan air, makanan, dan tempat istirahat.
Dari sikap penuh kasih itu, Tuhan menyatakan janji besar: “Sara, istrimu, akan memiliki anak.”
Tuhan sering hadir dalam bentuk yang biasa. Seorang sahabat yang tiba-tiba menghubungi, anak kecil yang butuh perhatian, atau tetangga yang kesepian. Apakah kita cukup peka seperti Abraham?
Ketika kita terbuka menyambut Tuhan dalam hal-hal kecil, kita membuka ruang bagi karya-Nya yang besar.
(Kolose 1:24–28)
Paulus menulis surat dari tengah penderitaan. Namun bukan keluhan yang keluar darinya, melainkan sukacita. Ia berkata, “Kristus ada di antara kamu, Dialah harapan akan kemuliaan.”
Paulus ingin menegaskan bahwa Kristus bukan sekadar tokoh sejarah, tapi pribadi yang hadir dalam hidup nyata. Hadir di tengah keluarga yang saling menopang, komunitas yang saling melayani, dan bahkan dalam hati orang yang sedang menderita.
Di balik luka dan lelah, ada Kristus yang hadir memberi harapan.
Di balik setiap ketekunan dalam iman, ada kemuliaan yang sedang tumbuh perlahan.
(Lukas 10:38–42)
Ketika Yesus bertamu ke rumah Marta dan Maria, Marta sibuk melayani—tapi gelisah dan merasa terbebani. Sementara Maria duduk di kaki Yesus, mendengarkan. Yesus berkata: “Maria telah memilih bagian terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya.”
Bagian terbaik itu adalah keheningan bersama Tuhan—waktu yang kita curahkan hanya untuk mendengar, menyerap, dan meresapi sabda-Nya. Bukan karena pekerjaan tak penting, tapi karena keintiman dengan Tuhan adalah fondasi dari segala aktivitas.
Dalam dunia yang bising, diam adalah bentuk iman. Dalam hidup yang sibuk, mendengarkan adalah keberanian rohani.
Minggu ini kita diingatkan bahwa:
• Tuhan datang sebagai tamu dalam kehidupan Abraham.
• Tuhan hadir di tengah penderitaan seperti dialami Paulus.
• Tuhan berbicara lembut seperti yang didengar Maria.
Pertanyaannya: Apakah kita meluangkan waktu untuk menyambut-Nya?
Atau kita terlalu sibuk, terlalu terganggu, hingga tak lagi mendengar suara-Nya yang lembut?
Tuhan tidak berhenti berbisik. Ia memanggil, Ia menanti. Kadang Ia datang sebagai anak kecil yang meminta perhatian. Kadang sebagai pasangan hidup yang perlu didengar. Kadang sebagai suara hati yang lirih.
Di tengah dunia yang bising, Tuhan masih berbisik. Dan ketika kita berhenti sejenak dan duduk di kaki-Nya, kita akan mendapati bahwa bagian terbaik itu masih tersedia.
Inspirasi hari ini:
“Tuhan tidak datang dengan guntur dan gemuruh, tetapi dengan sapaan lembut bagi hati yang bersedia mendengar”. (*)
Pewarta | : Ge Recta Geson |
Editor | : Dhina Chahyanti |
Kecelakaan Kapal Wisata di Teluk Halong Vietnam, 38 WisatawanTewas
Sosialisasikan Keuangan Digital, KPwBI Jember Gelar Sejumlah Kegiatan Edukatif nan Meriah di Alun-alun
Atlet Karate Ini Satu-satunya Bawa Medali untuk Kabupaten Malang
Gubernur Khofifah Ajak Bulog Sinergi Salurkan Bahan Pokok Lewat Koperasi Merah Putih
Hari Anak Nasional, SAN Malang dan S2BM Ajak Anak Berani Bermimpi Lewat Lukisan
Sendratari Bumi Laya Ika Tantra Adi Raja Gambaran Simfoni Spirit Nusantara
Bhayangkara Asal Majalengka Gugur Saat Pesta Rakyat Garut Dapat Kenaikan Pangkat Anumerta
Jazz Gunung Bromo 2025 Belum Usai, Series 2 Janjikan Sensasi Lebih Wah!
Mindful Breathing: Teknik Pernapasan Sadar untuk Menangkal Stres dan Kecemasan
Tiga Kali Alat Pemantau Gunung Marapi Dicuri, Pemantauan Terganggu