TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Sebanyak 150 lebih Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) SMKN 1 Pungging antusias dalam membangun jejak digital positif pendidikan. Antusiasme itu tampak dalam Kegiatan Workshop Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) dalam Digital Literasi dan Bijak Bermedia Sosial di Gedung RPU, SMKN 1 Pungging, Kabupaten Mojokerto, Jumat (31/10/2025).
Membangun jejak digital positif diperlukan karena dunia digital Indonesia menayangkan konten-konten negatif. Hal ini berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dan pandangan dunia terhadap Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh Chief of Business and Corporate TIMES Indonesia, Sri Widji Wahyuning Utami. Naning, sapaannya mengatakan bahwa Ketahanan Informasi Pendidikan adalah membangun informasi-informasi dan jejak digital positif dalam media.
Jejak-jejak positif itu dapat berupa informasi tentang sejarah sekolah, prestasi-prestasi, testimoni, kemitraan, networking, regulasi yang berpihak pendidikan SMK, infrastruktur dan fasilitas, serta kurikulum pendidikan.
Kepala Sekolah SMKN 1 Pungging, Muharto S.Pg., M.M., saat menyampaikan harapannya dalam pelatihan bersama TIMES Indonesia, Jumat (31/10/2025) (Foto: Theo/TIMES Indonesia)
“Membangun ketahanan informasi pendidikan itu dimana ada informasi negatif kita hajar dengan seribu informasi positif. Semakin ia dibaca ia akan menduduki puncak pencarian di internet,” jelasnya.
Pesatnya era teknologi digital informasi saat ini membawa dampak negatif yang merubah karakter masyarakat Indonesia. “Masyarakat kita saat ini cenderung mencari kejelekan orang secara pribadi, dari lembaga, dari organisasi, ini berkutat terus dan menjadi tsunami informasi sehingga kita dalam darurat informasi,” tegas Naning.
Di tengah situasi darurat informasi, Naning mengajak agar menciptakan ketahanan informasi pendidikan. Disamping itu peranan guru sangat krusial dalam membentuk karakter dan moral anak bangsa Indonesia.
“Satu kata kunci untuk menghadapi transformasi digital saat ini adalah SDM, dan peran GTK saat ini sangat penting untuk membangun SDM bangsa ini,” sambungnya.
Naning mengajak agar siswa-siswi tidak terpedaya oleh dampak buruk sosial media dan tsunami informasi. Bijak bermedia sosial, skeptis terhadap konten media sosial, dan tabayyun atau klarifikasi menjadi kunci kita selamat dari hoaks dan disinformasi.

Sementara, Kepala Sekolah SMKN 1 Pungging, Muharto S.Pg., M.M., mengatakan bahwa sekolah yang kini berusia 28 tahun ini kehadiran beragam siswa setiap tahunnya. Hal ini menjadikan para GTK agar terus berkembang dan mengasah kemampuan, tidak terkecuali dalam dunia literasi digital saat ini.
Muharto juga mengatakan bahwa saat ini teknologi informasi dan ponsel telah menguasai kehidupan sehari-hari, baik siswa maupun masyarakat umum. Indonesia menjadi juara sebagai pengguna media sosial di dunia.
“Tapi juara kita di medsos ini dikategorikan 80% negatif, bahkan kita bermedsos kita pikirannya negatif sampai memberikan komentar itu pikirannya negatif,” tegas Muharto.
“Fakta itu sangat tidak cocok untuk anak-anak kita yang mempengaruhi gaya hidup dan kesehatan anak-anak kita,” sambungnya.
Pada pelatihan ini, Muharto berharap agar nama sekolah yang dikenal dengan SMK Habibie ini, bisa mencetak para Habibie kelak di masa mendatang. (*)
| Pewarta | : Thaoqid Nur Hidayat |
| Editor | : Deasy Mayasari |
STIH Sunan Giri Malang Wisuda 130 Sarjana Hukum, Tekankan Integritas dan Moralitas
Tradisi Ilmu dan Cahaya Digital Madrasah
Pesan Kiai Zuhri Zaini ke Sarjana UNUJA Probolinggo: Jangan Sampai Jadi Syarrun Jana
Bunga Desember di Bondowoso Bikin Khofifah Bernostalgia Masa Kecil
Hanyut Terseret Arus Sungai Glidik, Ibu dan Anak di Malang dalam Pencarian Bersama
Telisik Gas Rawa di Desa Bantar Banjarnegara, Reaktor Listrik Masih Diujicoba
Raisa Adisti, dari Dunia Kampus ke Panggung Pageant
Anak Picky Eater dan Generasi yang Lahir di Meja Digital
Kampus Pesantren UNUJA Probolinggo Masuk 10 Besar PTNU dengan Skor SINTA Tertinggi
Lomba Band Kebangsaan, Cara Banyuwangi Tanamkan Semangat Nasionalisme