TIMESINDONESIA, JAKARTA – Juara dunia Formula 1 2009 asal Inggris, Jenson Button mengonfirmasi bahwa karier balap profesionalnya akan berakhir pada ajang 8 Hours of Bahrain di Sirkuit Internasional Bahrain pada 8 November mendatang.
Pembalap berusia 45 tahun itu memutuskan untuk tidak melanjutkan kiprah di ajang World Endurance Championship (WEC) musim depan, menandai akhir perjalanan karier lebih dari dua dekade di dunia balap internasional.
“Ini akan menjadi balapan terakhir saya,” ujar Button melalui laman resmi Formula 1, Jumat (31/10/2025), mengutip ANTARA.
“Saya selalu menyukai Bahrain, itu lintasan yang menyenangkan, dan saya akan menikmatinya sebaik mungkin karena ini akan menjadi akhir dari karier balap profesional saya,” tambahnya.
Button memulai debutnya di Formula 1 pada tahun 2000 bersama tim Williams. Sejak saat itu, ia telah tampil dalam 306 Grand Prix, menjadikannya salah satu pembalap dengan jumlah penampilan terbanyak dalam sejarah F1.
Selama kariernya, ia mencatat 15 kemenangan, 50 podium, dan delapan pole position.
Puncak kejayaan Button terjadi pada musim 2009 bersama tim Brawn GP. Dalam musim yang disebut banyak penggemar sebagai “dongeng satu musim”, ia sukses membawa tim yang baru terbentuk dari bekas Honda Racing itu menjadi juara dunia konstruktor dan pembalap.
Setelah meninggalkan Formula 1 pada 2016, Button sempat kembali sekali pada 2017 sebelum fokus ke ajang lain seperti Super GT Jepang, Extreme E, dan 24 Hours of Le Mans. Dalam dua musim terakhir, ia bergabung dengan tim Jota di World Endurance Championship (WEC).
Namun, di tengah kesibukan yang padat, Button mengaku ingin lebih banyak meluangkan waktu bersama keluarga, terutama untuk melihat tumbuh kembang anak-anaknya.
“Anak-anak saya berusia empat dan enam tahun. Saat Anda pergi seminggu saja, banyak momen yang terlewat, dan saya tak ingin mengulanginya lagi untuk satu musim penuh,” ungkapnya.
Meski menutup karier profesionalnya, Button memastikan dirinya tidak sepenuhnya meninggalkan dunia balap. Ia berencana menikmati waktu dengan mobil klasik koleksinya, bukan untuk kompetisi, melainkan untuk kesenangan pribadi.
“Saya punya beberapa mobil klasik. Rasanya luar biasa bisa mengendarai mobil milik sendiri dan benar-benar merasakan koneksi mekanisnya,” ujarnya.
“Tak ada sistem aero, tak ada bantuan elektronik, semuanya soal feeling dan keterampilan,” kata Button. (*)
| Pewarta | : Rochmat Shobirin | 
| Editor | : Ferry Agusta Satrio | 
Menko PMK Sebut Stunting dan TBC Permasalahan Mendasar Kesehatan
Marak Penipuan Digital, Indonesia Diminta Perkuat Sistem Keamanan
Melihat Galeri Benda Pusaka Pertama di Gresik, Ada Keris Rp500 Juta hingga Koleksi Abad ke-9
Klarifikasi Soal Liam Delap, Enzo Maresca: Dia Sudah Minta Maaf, dan Semua Selesai
Reni Astuti dan Suko Widodo Ajak Generasi Muda Hidupkan Budaya Tutur
Heboh Isu 'Pork Savor', Ajinomoto Pastikan Tak Diproduksi di Indonesia
Petilasan Sri Aji Joyoboyo Kediri: Antara Laku Spiritual dan Pencarian Jodoh yang Digariskan Semesta
Akses Jalan Tulungagung–Trenggalek via Pagerwojo Tertutup Longsor
Akses Tulungagung–Trenggalek via Pagerwojo Tertutup Akibat Longsor
Resmi, Klinik Pratama Rutan Banjarnegara Sandang Status Akreditasi Utama