TIMESINDONESIA, PASURUAN – Peternak sapi perah di Puspo, Pasuruan, Jatim, mendapat pengalaman baru yang jarang mereka temui. Dosen dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (FKH UB) datang, membawa paket lengkap: ilmu, teknologi, hingga inovasi ramah lingkungan.
Semuanya terangkum dalam program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PkM) yang berlangsung sebulan penuh, 10 Juli–10 Agustus 2025.
Dipimpin drh. Dwi Kristanto, M.Sc., tim yang terdiri dari mahasiswa Irsyad Daniel Akbar, Ilham Tri Prabowo, Syafa Tiwi Sarvika, dan Adinda mengusung konsep Good Dairy Farming Practice (GDFP). Sasarannya jelas; membantu peternak meningkatkan kualitas susu sekaligus menjaga kesehatan ternak, dengan cara yang efisien dan berkelanjutan.
Masalah klasik peternakan adalah limbah feses. Biasanya hanya ditumpuk di sekitar kandang. Kali ini, masalah itu diubah jadi berkah. Tim UB membangun rumah kompos dan vermikompos sebagai pusat pengolahan kotoran sapi. Dari bau yang biasanya bikin risih, lahirlah pupuk organik bernilai jual.
Prosesnya dilakukan bersama peternak. Mereka dilibatkan langsung agar tidak hanya menerima produk, tapi juga belajar. “Sekarang kotoran sapi tidak lagi jadi masalah. Bisa jadi pupuk yang bermanfaat untuk kebun,” kata Purwo Budi Setiawan alias Iwan, Ketua KUD Sembada Puspo.
Fokus berikutnya adalah kesehatan metabolik sapi. Salah satunya hipokalsemia, atau kondisi kekurangan kalsium setelah melahirkan. Masalah ini bisa menurunkan produksi susu drastis.
Dalam sosialisasi, tim UB memberi panduan praktis: pemberian pakan kaya kalsium, tambahan vitamin D, hingga cara memberi suplemen tepat waktu. Diskusi interaktif membuat peternak lebih mudah paham. “Kalau dicegah sejak awal, produksi susu bisa tetap terjaga,” jelas Dwi Kristanto.
Teknologi lain yang dikenalkan adalah Infrared Thermography (IRT). Dengan kamera inframerah, kesehatan ambing bisa dipantau bahkan sebelum gejala mastitis muncul. Warna panas di layar jadi penanda awal. Jika ada peradangan, langsung bisa diambil tindakan.
“Pengenalan IRT ini sangat membantu kami mendeteksi lebih dini. Kerugian akibat mastitis bisa ditekan,” ujar Rama, salah satu paramedis veteriner yang terlibat dalam program.
Tak kalah menarik, peternak juga dikenalkan dengan Automatic Milking Machine (AMM). Mesin ini bekerja dengan sistem hisap, menggantikan metode manual pakai tangan.
Manfaatnya banyak: susu lebih higienis, risiko mastitis berkurang, hasil perahan meningkat, dan kesehatan puting sapi lebih terjaga. Bagi peternak, ini pengalaman baru sekaligus investasi masa depan.
“Kalau pakai mesin, sapi lebih nyaman. Produksi juga lebih konsisten,” ujar salah satu peternak seusai mencoba.
Program ini mendapat apresiasi luas. Selain Ketua KUD, para peternak merasakan langsung manfaatnya. Mereka tidak hanya belajar teori, tapi juga praktik nyata.
“Program ini bukan sekadar formalitas. Ada hasil langsung yang bisa dirasakan peternak,” tambah Iwan.
Dwi Kristanto menegaskan, kegiatan ini wujud kontribusi nyata perguruan tinggi dalam menyelesaikan masalah di masyarakat. “Universitas hadir bukan hanya di kelas, tapi juga di lapangan,” ujarnya.
Dengan rangkaian kegiatan dari rumah kompos, pencegahan hipokalsemia, teknologi IRT, hingga mesin perah otomatis, PkM FKH UB di Puspo yang didanai oleh Direktorat Riset Teknologi dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi ini menjadi contoh bagaimana inovasi bisa menyatu dengan tradisi peternakan rakyat.
Selain meningkatkan kesejahteraan peternak, program ini juga mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs): dari ketahanan pangan, kesehatan, inovasi industri, hingga aksi terhadap perubahan iklim.
“Semoga inovasi ini bisa diperluas ke wilayah lain. Kalau peternak maju, susu Indonesia juga akan lebih kuat,” tutup Dwi Kristanto. (*)
Editor | : Deasy Mayasari |
Reflasi Ekonomi, Ekonom: Dana Perbankan Harus Dibalikkan Jadi Lapangan Kerja
Cuaca Ekstrem Ancam Banyuwangi Hingga 17 September, BPBD Siaga 24 Jam
Kuota Beasiswa Pemuda Tangguh 2025 Naik Signifikan, Bukti Komitmen Pemkot Surabaya dalam Pemerataan Pendidikan
Menkop Ferry: Presiden Ingin Koperasi Jadi Soko Guru Ekonomi
Menperin: Pencantuman Logo TKDN di Produk Tidak Wajib
Sherina Munaf Diperiksa Polisi Soal Penyelamatan Kucing Uya Kuya
Tipu Balik Nama Sertifikat Rp96 Juta, Eks PNS di Probolinggo Diringkus Polisi
Menteri Yusril: Keputusan Pembentukan TGPF Demo Tunggu Presiden
Dua Pekan Gempur Narkoba, Polresta Banyuwangi Tangkap 43 Pengedar
Piala Menpora Jatim U-15 Tertunda, Peserta Minta Tanggung Jawab Kerugian, Panitia akan Dilaporkan