TIMESINDONESIA, MAGETAN – Lahir dari pasangan Joko Pramono dan Riris Suryati, Bima Bayu Aji adalah anak pertama yang kini duduk di bangku kelas 11 di SMK Negeri 2 Magetan. Memilih jurusan multimedia, tidak lantas membuat Bima melupakan akar budayanya. Justru, dia melihat ada potensi untuk menggabungkan dua dunia ini: teknologi modern dan tradisi klasik.
Kecintaannya pada budaya Jawa mulai terasah sejak dini. Dia menyalurkan minatnya tersebut melalui seni pranatacara. Secara rutin, tiga kali seminggu, Bima mengikuti Pasinaon Pranatacara yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Magetan. Di sinilah dia menimba ilmu langsung dari para ahlinya, mendalami setiap detail, dan mengasah kemampuannya dalam seni bertutur yang elegan.
Darah seni ternyata mengalir kuat dari sang ayah, Joko Pramono, yang juga dikenal sebagai seorang pranatacara andalan di Paguyuban MC Magetan. Dukungan penuh dari keluarga, terutama ayahnya, menjadi motivasi terbesar bagi Bima. "Ayah saya selalu mendorong saya untuk terus belajar dan melestarikan budaya. Beliau adalah guru pertama saya," ujar Bima, yang dulu bersekolah di SD Islamiyah Magetan.
*Diwisuda sebagai Pranatacara Termuda: Sebuah Puncak Kebanggaan*
Ketekunan dan kerja keras Bima akhirnya membuahkan hasil. Pada Sabtu, 20 September 2025, suasana haru dan bangga menyelimuti Pendopo Surya Graha Magetan. Di tempat bersejarah tersebut, Bima secara resmi diwisuda sebagai pranatacara termuda.
"Saya bangga bisa menjadi bagian dari pelestari budaya Jawa. Ini bukan hanya soal seni, tapi juga tentang identitas bangsa," tutur Bima dengan mata berbinar. Penghargaan ini menjadi bukti nyata bahwa semangat melestarikan budaya tidak mengenal usia.
Prestasi Bima ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk tidak malu menunjukkan kecintaannya pada budaya sendiri. Di era digital saat ini, di mana konten berbahasa asing mudah diakses, langkah Bima membuktikan bahwa bahasa dan seni tradisional tetap memiliki tempat yang istimewa.
*Mimpi Besar Bima: Mendalami Budaya Jawa di ISI Solo*
Lulus dari SMK, Bima tidak berpuas diri. Dia telah membulatkan tekad untuk melanjutkan pendidikannya di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Pilihan ini bukan tanpa alasan. ISI Solo dikenal sebagai salah satu institusi pendidikan seni terbaik di Indonesia, khususnya dalam bidang seni tradisi Jawa.
"Setelah lulus SMK nanti, saya akan melanjutkan ke ISI Solo untuk lebih mendalami budaya Jawa. Saya ingin tidak hanya menjadi pranatacara, tetapi juga seorang ahli budaya yang bisa memberikan kontribusi lebih besar," ungkapnya.
Tekad ini menunjukkan betapa seriusnya Bima dalam perjalanannya. Dia tidak hanya ingin menjadi praktisi, tetapi juga seorang akademisi yang memahami filosofi di balik setiap tradisi.
Langkah ini sejalan dengan upaya pelestarian budaya yang membutuhkan regenerasi tidak hanya dari segi praktis, tetapi juga dari sisi pengetahuan dan penelitian. Bima menunjukkan diri sebagai anak muda Magetan yang peduli kebudayaan. (*)
Pewarta | : Aditya Candra |
Editor | : Bambang H Irwanto |
Ribuan Jiwa Terdampak Banjir di Malang Selatan, Personel dan Relawan Turun Tangan
Ancaman Kreativitas Deepfake
SPAM Resmi Beroperasi di Pasar Klojen Kota Malang, Sediakan Air Minum Murah Berkualitas
Menggali Pesona Alam dan Kreativitas, Sheirin Dwi Ananda Dorong Ekonomi Lokal
Tempat Ibadah Kekinian, Masjid Ini dilengkapi Bar Kopi, Studio Hingga Lapangan
IAD Probolinggo Kukuhkan 121 Sarjana, 6 Langsung Dapat Beasiswa S2
DPRD Jatim Ajak Pemprov Jatim Optimalkan MJC untuk Cetak Lapangan Kerja Riil
Pahami Langkah-langkah Berikut untuk Menyelamatkan Korban Tenggelam
Gus Wabup Ajak Masyarakat Jombang Jaga Pola Hidup Sehat
Semangat dan Antusias Pemain Teatrikal Perobekan Bendera di Hotel Yamato