TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Musim panen tembakau tahun ini menjadi masa sulit bagi para petani di Bondowoso. Cuaca tak menentu dengan kondisi kemarau basah, ditambah serapan pasar yang rendah membuat hasil panen menurun tajam.
Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Bondowoso, menyampaikan kondisi tersebut saat menemui DPRD setempat, Selasa (21/10/2025) kemarin sore.
Ketua APTI Bondowoso, Muhammad Yazid, sari total 8.000 hektar sekitar 30 persen lahan tembakau di Bondowoso belum bisa dipanen.
“Penanaman tahun ini mundur karena faktor cuaca, sementara gudang-gudang tembakau sudah mulai tutup,” ungkapnya.
Keterlambatan tersebut berdampak besar terhadap produktivitas. Jika pada musim sebelumnya hasil panen tembakau sawah mencapai 1,2 ton per hektar, tahun ini hanya sekitar sembilan kwintal.
“Serapan pasar rendah, harga juga turun 10 hingga 15 persen,” kata Yazid.
Ia menuturkan, harga rajangan yang tahun lalu masih di kisaran Rp60 ribu per kilogram kini merosot menjadi Rp50 ribuan. Kondisi itu membuat petani kesulitan menutup biaya produksi.
Karena itu, APTI meminta DPRD membantu mencarikan solusi agar hasil panen petani tetap terserap.
“Kami harap ada langkah proaktif, bagaimana pabrikan bisa menyerap seluruh tembakau petani,” ujarnya.
Selain terpukul oleh hasil panen, petani tembakau juga cemas menghadapi kabar turunnya Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) tahun depan.
Pagu DBHCHT Bondowoso yang tahun 2025 mencapai Rp 65 miliar diperkirakan hanya tinggal Rp 34 miliar pada 2026. “Turun hampir 50 persen,” kata Yazid prihatin.
Ia menegaskan, APTI meminta agar dana yang tersisa difokuskan untuk peningkatan kualitas bahan baku tembakau, bukan untuk komoditas lain.
“Kami harap anggaran yang ada dimaksimalkan untuk mendukung peningkatan mutu tembakau lokal,” tegasnya.
Yazid juga menyoroti persoalan klasik yang belum terselesaikan, yakni proses pengeringan tembakau yang masih bergantung pada sinar matahari. Dengan kondisi cuaca ekstrem seperti tahun ini, ia menilai perlu ada inovasi pascapanen berbasis teknologi.
“Pemerintah sebaiknya membantu menghadirkan alat pengering, agar mutu tembakau tetap terjaga meski tanpa panas matahari,” ucapnya. (*)
| Pewarta | : Moh Bahri |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Chandra Asri Caplok SPBU ExxonMobil di Singapura
PW GP Ansor Jatim Dorong Diplomasi Pemuda, Jajaki Kolaborasi Strategis dengan Jepang
Waspada ISPA di Musim Pancaroba, Ini Langkah Dinkes Surabaya
Baru Dilantik, Khemal Pandu Fokus Tekan Anak Tidak Sekolah dan Dorong Komite Lebih Aktif
Bupati Pacitan Pilih Doa daripada Pidato saat Lantik Enam Kepala Dinas Baru
Hujan Deras Tumbangkan Pohon di Jalan Prof Yamin Kota Malang, Satu Warga Terluka dan Sejumlah Kendaraan Rusak
Nilta Akmalia, Wanita Asal Banyuwangi Yang Jadi Lulusan Terbaik Unisma dengan IPK Sempurna 4.0
Fraksi NasDem DPRD Banyuwangi Minta Eksekutif Lebih Terbuka Soal Dana Abadi Daerah
DPRKPCK Lamongan dan Unisla Kolaborasi Wujudkan Keselamatan Bangunan dan Pengabdian Masyarakat
FAA PPMI Kumpulkan Alumni Pers Mahasiswa dari Seluruh Indonesia di Malang