TIMESINDONESIA, KEDIRI – Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, meminta manajemen Trans7 melakukan pembenahan internal agar tayangan yang menyinggung citra pondok pesantren tidak terulang kembali.
Permintaan tersebut disampaikan setelah pendiri Trans Corp, Chairul Tanjung (CT), bersilaturahmi langsung ke Pesantren Lirboyo untuk menyampaikan permohonan maaf atas tayangan program Xpose Uncensored yang sempat menuai kontroversi pada 13 Oktober 2025.
Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, K.H. Oing Abdul Muid, mengungkapkan bahwa kunjungan tersebut merupakan bentuk tanggung jawab moral dari pihak Trans Corp. Chairul Tanjung sowan langsung kepada K.H. Anwar Manshur, salah satu pengasuh utama Lirboyo, untuk menyampaikan permintaan maaf secara pribadi.
"Sowan beliau dalam rangka menyampaikan permohonan maaf terkait tayangan Trans7 program Xpose Uncesored pada 13 Oktober 2025," katanya di Kediri, Kamis (23/10/2025).
Dalam kunjungan tersebut, Chairul Tanjung didampingi Direktur Utama PT Trans Digital Media (Detik Network) Abdul Aziz dan Prof. Muh Nuh. Selain bertemu dengan K.H. Anwar Manshur, Chairul juga menemui K.H. Abdullah Kafabihi Mahrus serta para pengurus dan dzurriyah (keturunan) Pesantren Lirboyo.
Menurut K.H. Oing Abdul Muid, Chairul Tanjung berjanji untuk memastikan agar tayangan yang menyerang amaliah nahdliyin atau yang berpotensi menimbulkan kegaduhan serupa tidak lagi ditayangkan di seluruh jaringan media di bawah naungan Trans Corp.
“Beliau akan melakukan langkah perbaikan internal dan berjanji medianya akan ikut mengembalikan citra pondok pesantren yang sempat tercoreng akibat tayangan itu,” ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, Chairul Tanjung menegaskan bahwa pihaknya telah mengambil langkah tegas terhadap penanggung jawab tayangan tersebut.
"Dalam artian berupa pemecatan dan telah kami lakukan. Orang yang bertanggungjawab sudah dipecat," kata pria yang juga dikenal dengan sebutan CT.
CT menambahkan, dari rumah produksi (PH) yang memproduksi juga telah diputus kerjasamanya. Penayangan acara tersebut juga telah diberhentikan atau tidak ditayangkan selama-lamanya.
Selain itu, pihaknya juga mendiskusikan bagaimana hal seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari. Untuk itu, manajemen memberikan arahan yang jelas ke Trans7 agar betul-betul memperhatikan acara yang dibuat untuk tidak menyinggung terkait amaliah di pondok pesantren.
Pihaknya siap memberikan saksi berupa pemecatan bagi yang melanggar hal tersebut.
"Berikutnya kami juga menayangkan program khusus berupa pesantren ke pesantren yang terkait dengan menonjolkan kebaikan dari pendidikan dan sejarah dari pesantren agar masyarakat secara umum memahami keindahan, keunggulannya," kata dia..
Ia berharap dengan silaturahmi ini semua bisa tenang kembali, situasi kembali kondusif sehingga semua bisa menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
“Kebersamaan umat hari ini harus dijaga. Kami berharap umat Islam bisa bersatu dan bersama-sama membangun bangsa ini agar lebih maju, makmur, dan berkeadilan,” kata Chairul Tanjung. (*)
| Pewarta | : Antara |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Mengapa Ada Shalat yang Dibaca Keras dan Ada yang Pelan? Ini Hikmahnya
UTM Perkuat Daya Saing UMKM Junganyar Lewat Literasi Keuangan dan Pemasaran Digital
AMSI Dorong Kolaborasi Media untuk Ciptakan Ekosistem Informasi yang Sehat
Meski Dikepung Industri, Kurangnya SDM Terampil Masih Jadi Tantangan di Tegal
From Legend to Ritual: The Tale of Soekarno’s Wish-Granting Shoe
Ribuan Santri Cianjur Tumpah Ruah Rayakan Hari Santri Nasional 2025
AMSI Award 2025 Dorong Inovasi Media di Tengah Disrupsi Digital dan AI
Prabowo dan Presiden Brazil Rayakan Ulang Tahun Bersama di Istana
Nilai Ekonomi Pendaftaran Tanah Capai Rp1.021 Triliun Setahun
Meracik Kopi yang Sehat dan Nikmat, Begini Saran Dosen Akafarma Sunan Giri Ponorogo