TIMESINDONESIA, JAKARTA – Inovasi untuk kesejahteraan masyarakat datang dari Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih Metuk, Boyolali, Jawa Tengah. Kopdes ini membuka lini bisnis baru berupa klinik fisioterapi dan klinik gigi, sebagai respons terhadap kebutuhan warga sekitar.
Inspirasi itu muncul setelah pengurus Kopdes Merah Putih rutin mengikuti rapat rukun tetangga (RT) di desa. Manajer Operasional, Sumono, menjelaskan bahwa dari total 26 pertemuan RT, ide klinik lahir pada pertemuan kesembilan.
“Banyak warga mengeluhkan sakit pinggang dan sakit gigi. Dari situ kami berpikir, kenapa tidak buka klinik fisioterapi dan klinik gigi saja,” kata Sumono, Selasa (28/10/2028).
Mendatangkan ahli fisioterapi menjadi tantangan utama. Kopdes akhirnya menghubungi seorang langganan ahli yang pernah bekerja di Solo, untuk memberikan pelatihan kepada pemuda setempat. Para pemuda yang direkrut merupakan lulusan perguruan tinggi terkait kesehatan.
“Waktu kami bekerja di Solo, di samping kantor ada terapi betis. Kami hubungi beliau, dan ternyata bersedia datang mengajari. Alatnya pun kami sediakan,” ujar Sumono, yang akrab disapa Mono.
Selain itu, klinik juga memanfaatkan tenaga perawat lokal, sehingga mereka tidak perlu bekerja jauh dari desa. Klinik fisioterapi kini ramai dikunjungi terutama oleh warga lanjut usia yang sering mengeluhkan sakit pinggang.
Tak hanya fisioterapi, Kopdes Merah Putih Metuk juga mendirikan klinik gigi lengkap dengan peralatan modern. Klinik ini tengah mengurus izin agar bisa menerima peserta BPJS Kesehatan, sehingga akses layanan kesehatan semakin mudah bagi masyarakat desa.
Saat berkunjung ke Kopdes, Menteri Koperasi, Ferry Juliantono, mencoba fasilitas di klinik gigi dan mengapresiasi inovasi ini.
“Koperasi ini bahkan telah melampaui standar. Ada tempat parkir yang memadai dan kegiatan sesuai potensi serta kebutuhan masyarakat desa,” puji Ferry.
Bangunan Kopdes Merah Putih Metuk berdiri kokoh di lahan luas dan mencakup berbagai fasilitas: gerai sembako, klinik umum, klinik gigi, apotek desa, gudang, kantor, ruang fisioterapi, ruang konseling, dan ruang transit. Semua fasilitas ini dirancang untuk melayani warga dengan maksimal.
Menurut Mono, jarak warga ke puskesmas terdekat sekitar 5 kilometer. Kehadiran klinik fisik dan layanan kesehatan di desa diharapkan dapat memangkas jarak, waktu, dan biaya bagi warga yang membutuhkan layanan kesehatan rutin.
“Dengan adanya klinik ini, warga tidak perlu jauh-jauh ke pusat kecamatan. Semua bisa diakses di desa sendiri,” kata Mono.
Kopdes Merah Putih Metuk kini menjadi contoh nyata bagaimana koperasi desa bisa memberdayakan masyarakat, sekaligus menjawab kebutuhan kesehatan yang nyata di lapangan.(*)
| Pewarta | : Rochmat Shobirin |
| Editor | : Imadudin Muhammad |
Kabupaten Probolinggo Juara Belanja APBD se-Jatim, Masuk 7 Besar Nasional
Bahasa yang Terdesak di Negeri Sendiri
Jawa Timur Raih Apresiasi BSSN atas Komitmen Perkuat Keamanan Siber Daerah
RM BTS jadi Pembicara Utama KTT CEO APEC 2025, Berbagi Wawasan sebagai Kreator
Menatap 100 Tahun Sumpah Pemuda, Wakil Ketua DPRD Jatim: Pemuda Harus Siap Bersaing
Jombang Siap Jadi Pusat Esport Jawa Timur
Sumpah Pemuda Bergema di Samsat Majalengka, Polantas Menyapa dengan Layanan Penuh Cinta
Harga Kambing di Pacitan Anjlok, Peternak Dipaksa Gigit Jari
Kendali Senyap Dunia Digital
INFO GRAFIK: Pesawat Angkut Pertama Airbus A400M untuk TNI AU