Suara Milenial, Pelestarian Budaya dalam Pandangan Mirtha Tirta Praharani

TIMESINDONESIA, BANDAR LAMPUNG – Sosok muda inspiratif dari Provinsi Lampung, Mirtha Tirta Praharani, atau akrab disapa dengan Tata, memiliki fokus kuat dalam bidang pelestarian budaya dan hukum. 

Di usianya yang baru 22 tahun, Tata merupakan seorang entrepreneur yang tengah menempuh pendidikan strata dua (S2) Ilmu Hukum, setelah sebelumnya berhasil meraih beasiswa prestasi saat menempuh pendidikan S1 Hukum. 

"Sebuah keinginan besar bisa bergelut di dunia hukum dan mendalami ilmu hukum yang ada di Indonesia. Ini ambisi saya untuk berkontribusi melalui jalur profesional," kata Tata dalam wawancara eksklusif bersama TIMES Indonesia, pada Rabu (22/10/2025).

Minatnya dalam pelestarian budaya tidak diragukan lagi, terbukti dari sejumlah pencapaian prestisius yang ia raih. Pada tahun 2022, ia menjadi 1st Miss Lampung 2022, dilanjutkan dengan meraih gelar 2nd Putri Wisata Indonesia pada tahun 2023. 

Puncak dari dedikasinya adalah ketika ia dinobatkan sebagai Winner Putri Kebudayaan Nusantara 2024. Melalui akun media sosial Instagramnya @tataamirtha_, ia aktif membagikan perjalanan dan advokasinya, selaras dengan hobinya, yaitu traveling.

Urgensi Pelestarian Budaya: Jati Diri dan Warisan

Menurut Tata, pelestarian budaya memiliki peran sangat penting dan memberikan dampak luas pada berbagai aspek kehidupan. Ia berpendapat bahwa melestarikan budaya tidak hanya berarti mempertahankan tradisi lama, tetapi juga memastikan keberlanjutan nilai, identitas, dan warisan yang membentuk sebuah masyarakat. 

"Budaya harus menjadi bagian dari pendidikan, kebijakan pemerintah, dan kesadaran kolektif masyarakat, menjadikannya sebagai fondasi yang wajib dijaga secara bersama-sama," ujar Tata menjelaskan sembari tersenyum manis.

Ia menguraikan beberapa alasan mendasar pentingnya pelestarian. Pertama, budaya merupakan cerminan jati diri bangsa karena tanpanya, suatu bangsa dapat kehilangan arah. Kedua, budaya adalah warisan yang tak ternilai bagi generasi mendatang, memastikan mereka memahami asal-usul dan nilai leluhur. 

"Ketiga, melestarikan budaya berarti menjaga keanekaragaman sebagai kekayaan peradaban manusia. Terakhir, budaya yang terjaga dapat memberikan dampak ekonomi signifikan melalui pariwisata, selain menjadi sumber pendidikan etika dan moral, serta berfungsi sebagai filter untuk menangkal pengaruh negatif globalisasi," timpalnya.

Aksi Nyata dan Tantangan di Era Digital

Sebagai pemegang gelar Putri Kebudayaan Nusantara, Tata telah melaksanakan berbagai kegiatan konkret dalam upaya pelestarian. Ia aktif memberikan edukasi dan sosialisasi budaya lokal, baik melalui kunjungan langsung maupun platform media sosial, dengan target utama generasi muda. 

Selain itu, ia juga terlibat dalam berbagai festival dan inisiasi acara budaya, seperti pameran kerajinan tangan dan pertunjukan seni daerah. "Saya menggunakan platform digital untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke audiens yang lebih luas, seperti membuat konten edukasi bahwa pentingnya untuk menjaga budaya yang ada di negara tercinta," tuturnya, menjelaskan strateginya di era digital.

Meski kaya peluang, seperti potensi pariwisata budaya dan industri kreatif, budaya Indonesia menghadapi tantangan besar. Globalisasi dan westernisasi yang cepat, kurangnya regenerasi tradisi, komersialisasi berlebihan, dan minimnya dokumentasi menjadi ganjalan utama. Tata berharap generasi muda memainkan peran penting dan tidak malu untuk terus berbudaya. 

"Budaya adalah identitas kita. Di dalamnya ada sejarah, nilai, dan kebijaksanaan leluhur. Jangan biarkan budaya kita hilang digilas zaman. Saya menutup dengan pesan bahwa berbudaya itu keren, mencintai budaya itu berkelas!” tandasnya menutup penyampaian dengan penuh inspiratif. (*)