TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Tak banyak yang tahu, di Kecamatan Prajekan tersimpan peninggalan sejarah penting bernama Candi Ghànten. Situs ini tercatat sebagai satu-satunya candi yang pernah ditemukan di Bondowoso.
Belakangan, temuan struktur bata kuno di sekitar desa setempat kembali menghidupkan ingatan masyarakat tentang keberadaan candi tersebut.
Bata itu diduga sejaman dengan bangunan utama Candi Ghànten yang lokasinya tidak jauh dari titik penemuan.
Kasi Sejarah dan Kepurbakalaan Disparbudpora Bondowoso, Heri Kusdaryanto, menyebut Candi Ghànten memiliki gaya Hindu dengan pengaruh budaya Jawa Timuran.
“Lokasi candi diapit dua sungai, yakni Sungai Sarana dan Sungai Babian,” ujarnya saat meninjau temuan struktur bata kuno pada 2 September 2025 lalu.
Bangunan candi dahulu dikelilingi ornamen pahatan, relief medali, dan bingkai bunga. Pada sudut-sudutnya berdiri patung singa dalam posisi duduk dengan kepala menengadah.
Dindingnya pun memuat relief kisah Garudeya, mitologi Hindu tentang pembebasan dari perbudakan melalui air suci Amerta. Cerita itu diyakini menjadi dasar tradisi ruwatan atau selamatan.
Namun, sejarah Candi Ghànten tak selalu indah. Misadi, juru pelihara situs, mengisahkan bahwa ayahnya menemukan candi pada 1983, tetapi karena ketidaktahuan justru menghancurkan sebagian arca.
“Separuh badan arca dan potongan lapik arca, yang diduga patung singa, kemungkinan besar ada di Balai Desa. Sedangkan yang lainnya sudah hancur atau dibawa kolektor,” ungkapnya.
Upaya ekskavasi baru dilakukan pada 2018 oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bondowoso bersama Universitas Negeri Malang.
Saat itu ditemukan pecahan arca hasil vandalisme masa lalu. Kemudian pada 2023, kembali ditemukan susunan bata yang diyakini sebagai pondasi candi.
Kini, yang tersisa hanya struktur dasar berbentuk segi empat—bekas tempat ditemukannya relief dan patung singa.
Meski begitu, cerita mistis tetap menyelimuti kawasan ini. Menurut Misadi, ada orang yang masih bertapa di sekitar situs.
“Memang ada orang yang bertapa untuk mencari wangsit. Tapi menurut saya, yang di sini lebih mengharap harta karun,” kata Misadi, Sabtu (13/9/2025).
Di tengah kisah arca yang rusak dan mitos orang bertapa, harapan masih menyala. Misadi berharap ekskavasi lanjutan yang direncanakan sejak 2019 bisa segera diwujudkan.
Baginya, Candi Ghànten bukan sekadar reruntuhan bata, melainkan pintu untuk memahami jejak peradaban Bondowoso di masa lampau. (*)
Pewarta | : Moh Bahri |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Flexing Pejabat Negara
STAIRO Probolinggo, Mimpi Lama KH Abdul Mujib Abdullah
Indonesia Gelar ASEAN Car Free Day 2025 untuk Dorong Gaya Hidup Sehat
Gunakan AI, Sejarah Baru Opening Ceremony MTQ XXXI Jatim di Jember Sekelas Nasional
PBB Dukung Solusi Negara Palestina, Israel Menentang, Negara Muslim Gerah
Feng Shui Rumah: Menciptakan Keharmonisan dan Energi Positif
Serangan Israel di Gaza Tewaskan 49 Warga, 6.000 Orang Mengungsi dalam Sehari
Mengintip Potret Kelam Sudut Malam di Jalan Pusat Kota Tasikmalaya
5 Tanaman Hias Anti Ribet untuk Pemula
Dukung Ketahanan Pangan, Cianjur Bangun Kawasan Peternakan Terpadu