Ekonomi

Berhenti Beli dari Konglomerat, BGN Prioritaskan Produk UMKM untuk Program Makan Bergizi Gratis

Sabtu, 27 September 2025 - 07:20 | 5.08k
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S. Deyang (kiri) menjawab pertanyaan wartawan saat ditemui selepas jumpa pers di Kantor BGN, Jakarta, Jumat (26/9/2025). (FOTO: ANTARA/Genta Tenri Mawangi/aa)
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S. Deyang (kiri) menjawab pertanyaan wartawan saat ditemui selepas jumpa pers di Kantor BGN, Jakarta, Jumat (26/9/2025). (FOTO: ANTARA/Genta Tenri Mawangi/aa)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Badan Gizi Nasional (BGN) berkomitmen untuk menghentikan pembelian produk pangan dari pabrik konglomerat dan beralih ke produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Wakil Kepala BGN Nanik S. Deyang mengingatkan seluruh mitra dapur MBG agar tidak menggunakan produk pabrikan dalam penyajian Menu Makan Bergizi Gratis.

"Jadi mohon (kepada para mitra, red.), saya tidak akan menggunakan lagi, tidak menolerir pemakaian produk-produk pabrikan. Kami akan menggunakan produk-produk lokal. Roti-roti yang dibuat oleh ibu-ibu murid-murid yang kami berikan makan. Jadi, roti itu nanti akan dibuat oleh ibunya, dan rotinya akan dimakan anak-anaknya," tegas Nanik dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (26/9/2025).

Advertisement

Nanik mencontohkan bahwa selama bulan puasa hingga Lebaran, banyak menu MBG yang masih menggunakan makanan kemasan dari pabrik besar. Hal ini dinilai tidak sejalan dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto yang menginginkan program MBG menggerakkan ekonomi lokal.

"Kami akan menjalankan instruksi Presiden bahwa dapur MBG ini adalah untuk membangkitkan ekonomi lokal, bukan untuk memperkaya konglomerat, (misalnya seperti itu, red.) konglomerat pemilik pabrik roti," sambungnya.

Pengecualian diberikan untuk produk susu kemasan jika di daerah operasional dapur MBG tidak terdapat peternakan susu lokal. "Kecuali, ada susu yang di mana di dapur itu memang tidak ada peternakan susu, maka terpaksa untuk sementara kami bolehkan menggunakan susu kemasan, tetapi untuk produk lain kami tidak akan menolerir," jelas Nanik.

BGN juga tidak mentolerir pelanggaran Standar Operasional Prosedur (SOP), termasuk penggunaan bahan baku tidak segar. Nanik mencontohkan kasus di Bandung dimana ayam dibeli pada Sabtu tetapi baru dimasak pada Rabu.

"Saya minta para mitra untuk ikut mengawasi dan bertanggung jawab. Saya juga tidak menolerir bahan baku, bahan baku yang dipakai bila tidak fresh (segar, red.), karena kejadian di Bandung ini sungguh di luar nalar. Bagaimana bahan baku dalam kondisi tidak fresh, ayam dibeli pada hari Sabtu, baru dimasak pada hari Rabu. Memang, kalau di rumah ya nggak apa-apa itu, 2 ayam kita nyimpan-nya, tetapi kalau 350 ayam, freezer mana yang kuat menyimpan," pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES