Cara Bijak Orang Tua dalam Memberikan Akses Gadget yang Aman untuk Anak

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI), dr. Shofa Nisrina Luthfiyani, Sp.A, membagikan panduan penting bagi orang tua dalam mengawasi penggunaan gadget oleh anak. Panduan ini bertujuan agar penggunaan gadget tidak mengganggu proses tumbuh kembang si kecil.
Mengacu pada pedoman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak usia 0-2 tahun sama sekali tidak dianjurkan menggunakan gadget, karena dapat menghambat perkembangan kemampuan berbahasa.
Advertisement
Sementara itu, untuk anak usia 2-5 tahun, mereka sudah dapat mengenal gadget namun dengan batasan maksimal satu jam per hari. Itu pun harus dengan pengawasan ketat dari orang tua.
Menurut dr. Shofa, kurangnya pengawasan membuat banyak anak mengeksplorasi dunia digital secara bebas tanpa filter, sehingga berpotensi menimbulkan berbagai gangguan perkembangan.
Beberapa contoh dampak negatif dari penggunaan gadget tanpa kontrol antara lain:
-
Gangguan pola makan, karena anak tidak memahami waktu makan.
-
Gaya hidup sedentari, anak menjadi malas bergerak karena terlalu sering rebahan, menonton video, atau bermain game.
-
Risiko obesitas, akibat kurangnya aktivitas fisik dan pola makan tidak sehat.
-
Keterlambatan perkembangan bahasa dan emosi.
Pentingnya Peran Orang Tua dalam Literasi Digital Anak
Dokter Shofa menekankan bahwa peran aktif orang tua sangat penting dalam membimbing anak mengenal batasan waktu dan konten saat mengakses gadget. Anak juga perlu diarahkan agar tetap menjalani kegiatan fisik seperti bermain, yang penting untuk pertumbuhan.
Langkah ini juga didukung oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2025 (PP Tunas) tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak.
Pada Senin (21/4/2025), Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid juga mengimbau orang tua untuk menunda pemberian akses media sosial kepada anak-anak di bawah usia 17 tahun. Menurutnya, literasi digital sebaiknya diberikan lebih dulu agar anak siap dan bijak saat berselancar di dunia maya.
“Mari kita jaga anak-anak kita agar tetap terliterasi, tetapi di saat bersamaan, tunda dulu akses mereka ke media sosial sesuai dengan tingkat risiko,” kata Meutya dalam diskusi di Jakarta.
Dengan pembatasan waktu layar (screen time) sesuai usia dan bimbingan orang tua yang konsisten, anak bisa mengenal teknologi secara sehat tanpa mengorbankan tumbuh kembangnya. Keseimbangan antara aktivitas digital dan aktivitas fisik tetap menjadi kunci penting dalam mendukung perkembangan optimal anak. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |