Micin Menjadi Penyebab Kurang Cerdas? Yuk, Bongkar Faktanya

TIMESINDONESIA, SURABAYA – “Jangan kebanyakan micin, nanti jadi bodoh!” Kalimat ini pasti sering kita dengar, entah dari teman, keluarga, atau sekadar candaan di media sosial. Monosodium glutamate (MSG) alias micin, selama bertahun-tahun menjadi “tersangka” yang dituduh membuat orang menjadi lemot atau kehilangan kecerdasan. Tapi, benarkah begitu?
MSG pertama kali ditemukan tahun 1908 oleh seorang ilmuwan Jepang bernama Kikunae Ikeda. Ia meneliti rumput laut kombu dan menemukan zat yang memberi rasa gurih khas, lalu menamainya umami. Penemuan kemudian berkembang menjadi bumbu penyedap makanan yang kini dikenal luas sebagai MSG atau micin. Sejak saat itu, micin dipakai di banyak negara, termasuk Indonesia, karena mampu membuat masakan terasa lebih enak.
Advertisement
Awal Mula Anggapan Negatif
Anggapan negatif awalnya muncul di tahun 1968, seorang dokter bernama Robert Ho Man Kwok menulis surat ke New England Journal of Medicine. Ia mengaku merasa lemas, kesemutan, dan jantung berdebar setelah makan di restoran Tionghoa. Dalam surat itu, ia menyebut beberapa kemungkinan penyebab, salah satunya MSG.
Surat singkat itu kemudian ditanggapi banyak dokter lain dengan keluhan serupa. Lahirlah istilah “Chinese Restaurant Syndrome”. Sejak saat itu, MSG mulai dianggap biang keladi berbagai masalah kesehatan, meskipun buktinya belum jelas.
Seiring berkembangnya media sosial pada tahun 2010-an, istilah “generasi micin” muncul di Indonesia sebagai candaan untuk menyindir orang yang dianggap lamban berpikir. Kemudian berkembang menjadi stereotip negatif bahwa konsumsi MSG dapat menurunkan kecerdasan.
Aman Dikonsumsi Menurut Ahli
Menurut Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, MSG atau micin aman dikonsumsi dalam jumlah wajar. Efek samping seperti pusing atau jantung berdebar hanya bisa muncul pada orang yang sangat sensitif jika mengonsumsi lebih dari 3 gram MSG dalam kondisi perut kosong.
Lalu bagaimana pandangan pakar gizi? Prof. Made Astawan, pakar gizi dari IPB, menegaskan bahwa MSG tidak berbahaya.
“Masih banyak masyarakat yang salah persepsi mengenai generasi micin. Mereka berpikir MSG atau micin itu membuat otak menjadi bodoh,” ujar Prof. Made.
“Padahal, tadi saya sampaikan bahwa MSG itu mengandung asam amino glutamat. Glutamat merupakan salah satu penyusun protein Sekitar 20% dari bobot tubuh kita adalah protein, dan glutamat itu paling banyak terdapat di otak dan otot,” sambungnya, dikutip dari laman resmi BPOM dan Ajinomoto Indonesia.
Konsumsi MSG secara wajar tidak berbahaya bagi tubuh, apalagi membuat orang bodoh. Masalah baru terlihat jika dikonsumsi berlebihan, sama seperti garam, gula, atau minyak. Segala yang berlebihan memang tidak baik.
Jadi, lain kali ketika ada yang bilang “jangan kebanyakan micin, nanti jadi bodoh,” kamu sudah tahu jawabannya. Yang membuat bodoh itu bukan micin, tapi malas makan sehat dan malas belajar. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sholihin Nur |