Kesehatan

Waspada Henti Jantung, Dokter Ajak Kenali Gejala dan Cara Pertolongan Pertama

Minggu, 28 September 2025 - 03:25 | 5.02k
dr. Christian Pramudita, Sp.JP, Dokter Spesialis Jantung dari RS Premier Surabaya, Sabtu (27/9/2025).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
dr. Christian Pramudita, Sp.JP, Dokter Spesialis Jantung dari RS Premier Surabaya, Sabtu (27/9/2025).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Peringatan Hari Jantung Sedunia pada 29 September menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan jantung. 

Salah satu kondisi yang perlu diwaspadai adalah henti jantung, keadaan darurat medis yang dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat.

Advertisement

Menurut dr. Christian Pramudita, Sp.JP, seorang Dokter Spesialis Jantung dari RS Premier Surabaya, henti jantung adalah kondisi di mana jantung berhenti berdetak, sehingga gagal memompakan darah ke seluruh tubuh. 

Hal ini berbeda dengan serangan jantung, yang terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah koroner.

"Serangan jantung bisa menyebabkan henti jantung, tetapi keduanya adalah dua hal yang berbeda," jelas dr. Christian, Sabtu (27/9/2025).

Tiga Syarat Utama Mengenali Henti Jantung

Dokter Christian menekankan, bahwa masyarakat harus mampu mengenali tanda-tanda henti jantung.

Ada tiga syarat yang harus terpenuhi. Pertama, tidak sadar. Korban tidak merespons saat dipanggil atau diguncang dengan keras.

Kedua, tidak bernapas. Yaitu tidak ada gerakan dada atau hembusan napas. Ketiga, tidak ada denyut nadi.

Nadi tidak teraba di leher (karotis) atau pergelangan tangan.

"Jika ketiga syarat ini terpenuhi, maka seseorang dapat dikategorikan mengalami henti jantung," ujarnya.

Pertolongan Pertama: Pijat Jantung (CPR)

Saat menemukan korban henti jantung, tindakan segera yang dapat dilakukan adalah pijat jantung atau CPR (Cardiopulmonary Resuscitation).

Caranya, dilakukan dengan memijat dada secara kuat dan teratur. Tujuannya adalah membantu mengalirkan darah yang terhenti dengan memberikan tekanan berirama pada dada penderita.

"Tindakan ini sangat penting untuk menjaga aliran darah ke otak dan organ vital lainnya sampai bantuan medis profesional, seperti ambulans tiba," ujar dr. Christian. 

Ia menambahkan, di negara maju, pelatihan CPR bahkan sudah diberikan kepada anak-anak sekolah menengah pertama (SMP).

Penyebab dan Pencegahan

Dokter Christian menjelaskan, penyebab henti jantung yang paling umum adalah serangan jantung dan gangguan irama jantung (aritmia).

Untuk mencegahnya, ia menyarankan masyarakat untuk melakukan medical check-up secara rutin, terutama bagi mereka yang berusia di atas 40 tahun.

RS Premier Surabaya sendiri memiliki Heart and Vascular Center dengan layanan dan peralatan pemeriksaan lengkap, seperti EKG, treadmill test, echocardiografi, Holter monitoring, CT Cardiac dengan CT Scan canggih 512 slice, MRI Cardiac dengan MRI 3 Tesla, dan 2 Cath Lab (CAU).

Selain itu, rumah sakit ini juga didukung oleh tiga ruang operasi dan Intensive Care Unit (ICU) untuk prosedur bedah jantung dan pemulihan pasca operasi.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi rekam jantung, tes laboratorium darah, treadmill test, hingga CT scan atau MRI jantung untuk deteksi yang lebih akurat.

"Deteksi dini sangat penting untuk mencegah kondisi jantung berkembang menjadi lebih serius," katanya.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya pola hidup sehat. Beberapa hal yang bisa dilakukan seperti berhenti merokok, baik rokok konvensional maupun vape, karena keduanya dapat meningkatkan risiko serangan jantung.

Kemudian, kontrol tekanan darah dan gula darah jika memiliki riwayat hipertensi atau diabetes. Lalu, menjaga kadar kolesterol dengan menghindari makanan tinggi lemak dan kolesterol seperti gorengan.
 
Selanjutnya, pola makan sehat. Lebih baik mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang daripada digoreng.

Olahraga teratur, dengan berjalan kaki cepat selama 30 menit, 3-5 kali seminggu. Terakhir, istirahat cukup dan menghindari begadang.

Dokter Christian juga menyoroti tren kasus henti jantung yang kini semakin banyak ditemukan pada usia muda, bahkan di bawah 40 tahun.

"Penyebab utamanya sering kali adalah kebiasaan merokok. Rokok meningkatkan risiko serangan jantung, meskipun kadar kolesterol dan gula darah mereka masih normal," pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES