Kesehatan

Diet Gagal Bukan Soal Makan, tapi Cara Otak Bekerja

Selasa, 30 September 2025 - 04:27 | 5.86k
Dokter spesialis gizi klinik lulusan Universitas Indonesia dr. Diana Suganda, Sp.GK dalam acara diskusi kesehatan tentang obesitas bersama Novo Nordisk di Jakarta, Senin (29/9/2025). (Foto: Antara/Fitra Ashari)
Dokter spesialis gizi klinik lulusan Universitas Indonesia dr. Diana Suganda, Sp.GK dalam acara diskusi kesehatan tentang obesitas bersama Novo Nordisk di Jakarta, Senin (29/9/2025). (Foto: Antara/Fitra Ashari)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dokter spesialis gizi klinik lulusan Universitas Indonesia dr. Diana Suganda, Sp.GK mengatakan salah mengatur cara berpikir atau mindset dalam menjalankan program diet membuat banyak penderita obesitas sulit menurunkan berat badan. 

“Oleh karena itu biasanya sih, kalau yang aku hadapi, jadi pada saat orang mempunyai mindset, ‘oke, this is a program’, So ada awal dan akhirnya. Jadi ada selesai ini program, kalian turun sekian kilogram, akhirnya balik lagi karena yaudah targetnya kan sudah tercapai,” katanya dalam acara diskusi kesehatan tentang obesitas bersama Novo Nordisk di Jakarta, Senin (29/9/2025).

Advertisement

Diana mengatakan untuk mengatur pola pikir harus memperhatikan cara kerja otak memberi sinyal lapar dan kenyang. Oleh karena itu ketika melakukan diet mengurangi kalori, tubuh akan beradaptasi dan memperlambat metabolisme.

Pada saat mengurangi asupan makanan tubuh juga beradaptasi, namun otak memberi sinyal bahwa tubuh kekurangan makanan sehingga sinyal lapar tidak terkendali dan akhirnya regained atau berat badan kembali naik bahkan lebih dari berat sebelumnya.

“Pokoknya otak yang memegang penting. Jadi kadang yang memang harus diatur adalah gimana cara otaknya kita memberi sinyal. Sinyal lapar, sinyal kenyang, itu yang harus kita perhatikan,” kata Diana.

Diana juga mengatakan naiknya kembali berat badan juga bisa berbahaya jika menginginkan suatu makanan atau minuman lebih daripada sebelumnya karena otak merasa tubuh kurang terpenuhi.

Dengan regain, maka risiko penyakit kronis pun mengintai mulai dari penyakit jantung, diabetes dan hipertensi.

Ia mengatakan untuk mengatur pola pikir dan mengatur sinyal lapar dan kenyang memang membutuhkan waktu karena obesitas merupakan penyakit yang terbentuk dari waktu yang lama dan banyak faktor yang memengaruhinya.

Selain itu Diana juga mengatakan pentingnya memantau indeks massa tubuh dengan menghitung berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES