Forum Dosen

Womanpreneur dan Warisan Kepahlawanan

Selasa, 04 November 2025 - 11:11 | 710
Heri Cahyo Bagus Setiawan, Dosen Pengajar Kewirausahaan Universitas Negeri Surabaya.
Heri Cahyo Bagus Setiawan, Dosen Pengajar Kewirausahaan Universitas Negeri Surabaya.

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Menyambut Hari Pahlawan, sudah selayaknya kita melakukan lebih dari sekadar seremoni. Esensinya justru terletak pada keberanian memaknai ulang “kepahlawanan” dalam konteks hari ini. 

Jika pada masa lalu pahlawan mengangkat senjata menegakkan kemerdekaan, hari ini pahlawan muncul dalam wujud yang lebih beragam, salah satunya melalui para perempuan pelaku usaha yang gigih, kreatif, dan tahan banting. Mereka yang kini dikenal sebagai womanpreneur.

Advertisement

Tidak dapat dipungkiri, kontribusi perempuan dalam perekonomian nasional makin terasa nyata. Di berbagai sudut negeri, perempuan bukan lagi sekadar pelengkap atau pelaku ekonomi sambilan. 

Mereka penggerak roda UMKM, pencipta lapangan kerja, dan penjaga arus ekonomi keluarga saat krisis melanda. Mereka menghidupkan dapur, sekaligus menggerakkan pasar. Tidak sedikit pula yang melampaui batas domestik, menembus pasar nasional bahkan global.

Meski demikian, menjadi womanpreneur bukan perkara seindah kampanye iklan. Tidak mudah memulai dan mengelola usaha, apalagi di tengah keterbatasan akses modal, pengetahuan, dan jejaring bisnis. Namun, bukankah itu pula yang dialami para pejuang bangsa dahulu? 

Mereka dibatasi zaman, tetapi tetap bergerak. Mereka bukan hanya membangun, tetapi menegakkan martabat. Dalam diri womanpreneur, kita bisa melihat napas yang sama: ketangguhan, keberanian, dan keikhlasan berjuang tanpa lelah.

Dalam perspektif psikologi sosial, Theory of Planned Behavior (Ajzen) menjelaskan bahwa niat seseorang untuk bertindak dipengaruhi oleh tiga faktor: sikap personal, norma sosial, dan persepsi atas kemudahan atau hambatan bertindak. Kini, ketiganya makin berpihak pada perempuan. 

Sikap masyarakat terhadap perempuan bekerja telah bertransformasi menjadi lebih positif. Norma sosial mulai mengafirmasi bahwa perempuan memiliki hak dan kapasitas menjadi pemimpin usaha. 

Dengan adanya teknologi digital, persepsi hambatan fisik maupun struktural semakin terkikis. Marketplace, media sosial, hingga jejaring bisnis berbasis komunitas menjadi katalis bagi perempuan untuk tumbuh sebagai pelaku usaha yang adaptif dan inovatif.

Dalam hal ini, womanpreneur sejatinya bukan sekadar aktor ekonomi. Mereka penjaga nilai ketangguhan yang diwariskan oleh pahlawan bangsa. Semangat berjuang dalam sunyi, ketekunan menjahit peluang dalam keterbatasan, serta keberanian menembus batas adalah apa yang kita butuhkan dalam membangun Indonesia hari ini. 

Pahlawan tidak selalu lahir di medan tempur, tetapi juga di pasar tradisional, dapur produksi, kedai kopi, studio kriya, atau dalam ruang edukasi ekonomi kreatif.

Oleh karena itu, womanpreneur perlu diposisikan sebagai elemen strategis pembangunan. Bukan hanya sebagai penerima manfaat program sosial, melainkan sebagai subjek pembangunan ekonomi yang sejajar. 

Pemerintah, dunia usaha, dan akademisi harus menyediakan ekosistem yang memudahkan tumbuh kembang mereka. Inkubasi bisnis yang ramah gender, pembiayaan inklusif, akses pelatihan digital, dan perlindungan hukum atas kekayaan intelektual adalah beberapa instrumen strategis yang harus diwujudkan.

Lebih dari itu, kita perlu apresiasi yang lebih konkret. Banyak contoh inspiratif yang dekat dengan kita, misalnya para ibu rumah tangga yang merintis bisnis kuliner rumahan, lalu naik kelas berkat literasi digital. 

Mereka yang sukses membangun usaha berbasis kearifan lokal: tenun, batik, herbal, kerajinan, dan sebagainya, sembari tetap memegang peran sebagai istri, ibu, dan anggota masyarakat. Dalam menghadapi tekanan hidup, mereka memilih menjadi solusi, bukan sekadar menunggu jalan terang.

Meski banyak tantangan, womanpreneur adalah bukti bahwa pahlawan itu beregenerasi secara relevan. Spirit keberanian, pengorbanan, dan ketangguhan bukan hanya milik masa lalu ataupun sejarah. 

Spirit itu hidup dalam langkah perempuan kita hari ini yang memilih bangkit, berdikari, dan berdaya. Seperti pesan Bung Karno, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.” Maka, mari kita tengok pahlawan yang tengah kita saksikan di depan mata: para perempuan pejuang ekonomi (para womanpreneur).

Mereka mewarisi keberanian R.A. Kartini, ketangguhan Dewi Sartika, dan kesetiaan Martha Christina Tiahahu terhadap tanah air. Hanya medan perjuangannya yang berubah. Kini bukan lagi medan perang fisik, melainkan arena ekonomi yang tidak kalah kompetitif. Oleh sebab itu, sepatutnya kita memberi ruang, penghargaan, dan dukungan bagi womanpreneur agar mereka tidak merasakan perjuangan sendirian.

Kita semua adalah bagian dari ekosistem kepahlawanan baru ini. Akademisi memberi landasan teori dan pengetahuan, politisi merumuskan kebijakan suportif, media memberi ruang pencerdasan publik, dan masyarakat menjadi konsumen yang bijak dan mendukung.

Peringatan Hari Pahlawan bukan hanya tentang mengingat, melainkan menyambung nyala semangat. Womanpreneur adalah nyala itu, yang terus menyala meski diterpa krisis dan tantangan zaman. Di tangan merekalah, sebagian masa depan bangsa sedang ditenun dengan kerja keras, ketekunan, dan cinta.

Jadi, mari kita hidupkan nilai kepahlawanan itu di rumah, di pasar, di ruang kerja, dan dalam sikap kita sebagai sesama warga bangsa. Sebab, setiap dukungan kepada womanpreneur adalah tabungan bagi Indonesia yang lebih berdaya dan sejahtera.

***

*) Oleh : Heri Cahyo Bagus Setiawan, Dosen Pengajar Kewirausahaan Universitas Negeri Surabaya.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia  untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES