
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Hari pertama sekolah sering melekat dalam ingatan anak. Bagi mereka, ini bukan sekadar memakai seragam baru atau membawa bekal favorit, melainkan transisi emosional penting.
Sayangnya, momen ini kerap dianggap hanya sebagai awal tahun ajaran dan fokus pada hal administratif atau akademik, padahal pengalaman psikososial di hari pertama dapat membentuk cara pandang anak terhadap sekolah untuk jangka panjang.
Advertisement
Di tengah tantangan pendidikan modern, sudah saatnya kita melihat hari pertama sekolah dengan lensa yang berbeda yaitu melalui Pendekatan Pendidikan Positif. Pendekatan ini memberikan kerangka strategis untuk membantu sekolah menyiapkan pengalaman belajar yang akademis dan kaya dukungan emosional serta sosial.
Menanamkan Kesejahteraan Sejak Awal
Pendidikan positif (positive education) mengadaptasi prinsip psikologi positif ke ruang kelas. Seligman, Ernst, Gillham, Reivich, and Linkins (2009) merumuskan model PERMA-Positive Emotion, Engagement, Relationships, Meaning, dan Accomplishment sebagai fondasi kesejahteraan psikologis di lingkungan sekolah.
Studi menunjukkan pendekatan ini dapat meningkatkan motivasi, resiliensi emosional, dan menurunkan gejala kecemasan maupun depresi pada siswa (Shoshani & Steinmetz, 2014; Waters, 2011). Manfaat ini tidak muncul begitu saja, dibutuhkan momen yang tepat untuk memulainya.
Hari pertama sekolah adalah kesempatan strategis untuk menanamkan rasa aman, percaya diri, dan keterlibatan. Kesan awal yang positif akan membuat anak lebih siap belajar, berpartisipasi, dan membangun relasi. Sebaliknya, pengalaman awal yang penuh tekanan dapat menurunkan motivasi dan memicu kecemasan.
Membangun Lingkungan yang Aman dan Inklusif
Konsep iklim sekolah positif (positive school climate) merujuk pada suasana sekolah yang mendukung pembelajaran dan perkembangan sosial-emosional siswa. Thapa, Cohen, Guffey, and Higgins-D’Alessandro (2013) menyebutkan lima dimensi dari iklim sekolah positif: keselamatan (fisik dan emosional), hubungan antar individu, lingkungan belajar yang suportif, partisipasi siswa, dan rasa memiliki.
Berbagai studi menunjukkan bahwa iklim sekolah yang positif berkontribusi langsung terhadap hasil belajar, keterlibatan siswa, serta kesehatan mental jangka panjang. Sekolah yang memiliki budaya ramah, inklusif, dan partisipatif mampu mengurangi bullying, meningkatkan kehadiran, serta membangun moral kolektif yang kuat.
Langkah sederhana di hari pertama sekolah bisa membentuk iklim sekolah positif. Misalnya, guru dan staf menyambut siswa dengan hangat, mengajak tur mengenal sekolah dengan cara menyenangkan, menyusun aturan kelas bersama, serta melakukan aktivitas perkenalan melalui permainan.
Hal-hal kecil ini dapat menurunkan rasa cemas dan membuat anak merasa diterima, terutama bagi anak-anak yang baru pertama kali memasuki lingkungan pendidikan formal.
Refleksi untuk Praktik Pendidikan di Indonesia
Dalam konteks Indonesia, masih banyak sekolah yang memulai hari pertama dengan pendekatan administratif dan akademik semata. Siswa langsung diperkenalkan pada jadwal pelajaran, tata tertib, dan target-target kognitif.
Padahal, bagi anak-anak usia dini hingga remaja, adaptasi emosional adalah fondasi untuk belajar efektif. Mengintegrasikan prinsip pendidikan positif dan iklim sekolah yang sehat tidak harus mahal atau rumit.
Kuncinya adalah perubahan sudut pandang: anak belajar lebih baik saat merasa aman, dihargai, dan terhubung dengan lingkungannya. Guru memegang peran penting dalam mengenali emosi siswa, menggunakan pendekatan berbasis kekuatan, serta membangun relasi yang empatik. Kepala sekolah pun perlu memastikan kebijakan dan budaya sekolah menempatkan kesejahteraan psikologis sebagai prioritas.
Transformasi dari Takut ke Antusias
Terlalu sering, hari pertama sekolah dipenuhi air mata dan rasa khawatir. Namun, dengan pendekatan yang tepat, hari pertama bisa menjadi awal perjalanan yang menyenangkan dan penuh antusiasme.
Misalnya, sekolah bisa mengadakan acara penyambutan yang tidak hanya bersifat formal, tetapi juga hangat dan menyentuh, sehingga anak merasa bangga dan antusias menjadi bagian dari komunitas belajar.
Guru dapat menggunakan strengths-based activities seperti mengajak siswa mengenal kelebihan diri, menuliskan harapan untuk tahun ajaran baru, menuliskan “kartu impian” yang mendorong siswa memvisualisasikan tahun ajaran baru yang menyenangkan, atau bermain permainan ringan untuk membangun keterlibatan.
Aktivitas sederhana ini menumbuhkan rasa memiliki dan mengurangi kecemasan. Hal ini bukan hanya soal adaptasi, tetapi juga tentang keterlibatan, kesejahteraan, dan rasa memiliki terhadap proses belajar.
Hari pertama sekolah tidak hanya menekankan kesiapan anak untuk sekolah, tetapi juga kesiapan sekolah untuk anak. Hal ini akan menjadi momen yang sangat penting bagi anak karena sebagai pintu masuk dunia pendidikan yang akan menentukan proses selanjutnya apakah anak akan merasa nyaman seperti “di rumah” dengan banyak hal baru yang bisa dipelajari atau justru merasa terasing dan merasa ingin segera usai.
Dengan pendekatan Pendidikan Positif, kita tidak hanya menciptakan peserta didik yang cerdas, tetapi juga individu yang tangguh dan bahagia semangat antusias belajar sepanjang hayat. Sekolah tidak hanya mengajarkan ilmu melalui rumus-rumus atau teori-teori, tetapi juga menumbuhkan harapan masa depan.
Dan semua proses ini akan dimulai dari hari pertama masuk sekolah. Selamat menikmati proses belajar yang menyenangkan dan membahagiakan ini.
***
*) Oleh : Dr. phil. Zarina Akbar, M.Psi., Psikolog., Fakultas Psikologi Universitas Negeri Jakarta.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |