
TIMESINDONESIA, JAWA TENGAH – Di tengah tantangan perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian geopolitik, Indonesia dituntut untuk lebih mengoptimalkan sektor-sektor domestik yang memiliki nilai tambah tinggi. Salah satu sektor yang sering terlupakan namun menyimpan potensi besar adalah sektor ekonomi maritim, khususnya dari provinsi-provinsi di luar pusat industri tradisional seperti Jakarta atau Surabaya.
Jawa Tengah, yang selama ini lebih dikenal sebagai lumbung pertanian dan manufaktur padat karya, sesungguhnya memiliki potensi ekonomi maritim yang sangat besar dan belum sepenuhnya dimaksimalkan.
Advertisement
Dengan garis pantai sepanjang lebih dari 791 kilometer di utara dan selatan, serta sejumlah pelabuhan pengumpul dan pelabuhan perikanan seperti Tegal, Pekalongan, dan Cilacap, Jawa Tengah memiliki infrastruktur dasar yang cukup kuat untuk menjadi pemain utama dalam industri perikanan dan kelautan nasional.
Namun, potensi ini masih menghadapi sejumlah hambatan struktural yang menghambat kontribusinya terhadap ekonomi nasional maupun ekspor internasional.
Dari Eksploitasi ke Hilirisasi
Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa total produksi perikanan tangkap dan budidaya mencapai lebih dari ribuan ton per tahun. Namun, sebagian besar hasil tangkapan ikan masih dijual dalam bentuk mentah atau setengah jadi, dengan nilai tambah yang minim.
Padahal, potensi hilirisasi produk perikanan sangat besar. Negara-negara seperti Thailand dan Vietnam telah menunjukkan bagaimana investasi dalam rantai nilai perikanan mulai dari pengolahan fillet, produk beku, hingga makanan olahan siap saji bisa meningkatkan pendapatan nelayan dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor industri rumah tangga dan skala menengah.
Pemerintah daerah perlu berperan lebih aktif dalam membangun kawasan industri perikanan terpadu, lengkap dengan fasilitas cold storage, pelatihan pengolahan hasil laut, serta akses ke pembiayaan mikro.
Contohnya, pengembangan sentra industri pengolahan ikan di wilayah Pati dan Rembang bisa menjadi motor pertumbuhan baru, dengan orientasi ekspor ke pasar Asia Timur dan Timur Tengah.
Revitalisasi Produksi Garam
Sektor garam rakyat sering dianggap sektor kecil, padahal perannya sangat strategis untuk ketahanan industri makanan, farmasi, hingga energi. Jawa Tengah, dengan wilayah pesisir yang cukup luas di utara, merupakan salah satu sentra produksi garam nasional, terutama di Brebes dan Jepara. Namun, kualitas dan kuantitas produksi masih sangat fluktuatif, tergantung musim dan iklim.
Transformasi sektor garam harus dimulai dari aspek teknologi dan tata niaga. Penggunaan geotek liner dan rumah garam dapat memperpanjang musim produksi, meningkatkan kadar NaCl, serta mengurangi ketergantungan pada cuaca.
Selain itu, skema kemitraan antara petambak garam dan industri pengguna juga perlu diperkuat, agar rantai pasok berjalan stabil dan harga petani garam tidak lagi berfluktuasi tajam.
Dalam jangka menengah, Jawa Tengah dapat mengembangkan klaster industri garam untuk aneka produk turunan seperti garam industri, magnesium, hingga kosmetik berbasis mineral laut. Hal ini akan memberi nilai tambah jauh lebih tinggi daripada sekadar menjual garam konsumsi secara curah.
Ketahanan Pangan Laut
Isu ketahanan pangan tidak hanya tentang beras, melainkan juga protein hewani yang murah, bergizi, dan berkelanjutan. Konsumsi ikan per kapita di Jawa Tengah masih di bawah rata-rata nasional, yakni sekitar 30-37 kg per tahun, sementara target nasional mencapai 56 kg per tahun.
Pemerintah daerah perlu menggencarkan kampanye konsumsi ikan lokal, terutama bagi anak-anak dan keluarga muda, dengan pendekatan berbasis komunitas dan sekolah.
Selain itu, penting untuk mengembangkan produk olahan ikan yang terjangkau, mudah dikonsumsi, dan sesuai dengan selera lokal, seperti abon ikan, bakso ikan, hingga kerupuk berbasis ikan.
Budidaya laut (mariculture) juga harus menjadi fokus utama. Kawasan perairan laut Jawa Tengah yang relatif tenang sangat cocok untuk budidaya rumput laut, kerapu, dan kakap putih. Dengan intervensi teknologi dan akses pasar, mariculture dapat menjadi pilar ketahanan pangan sekaligus sumber devisa ekspor.
Dari Fragmentasi Menuju Integrasi Maritim
Tantangan utama dalam pengembangan ekonomi maritim Jawa Tengah adalah fragmentasi kelembagaan dan lemahnya integrasi antar sektor. Saat ini, kebijakan perikanan, kelautan, perdagangan, dan perindustrian masih berjalan dalam silo masing-masing, sehingga sulit mencapai sinergi optimal.
Pemerintah provinsi perlu menetapkan roadmap ekonomi maritim terintegrasi dengan target jangka pendek, menengah, dan panjang. Ini mencakup pembangunan pelabuhan terpadu berbasis logistik dingin (cold chain logistics), penguatan data komoditas kelautan secara real-time, dan pelibatan swasta dalam investasi hilir perikanan serta industri pengolahan.
Kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, koperasi nelayan, dan sektor swasta menjadi kunci keberhasilan. Institusi kampus yang punya jurusan perikanan dan kemaritiman yang kuat di Jawa Tengah, dapat berperan besar dalam riset teknologi pengolahan, kebijakan kelautan, serta penguatan SDM pesisir.
Potensi Ekspor, Menyasar Pasar Global
Pasar global untuk produk perikanan olahan, garam industri, dan hasil marikultur terus tumbuh, terutama dari negara-negara anggota OECD dan Timur Tengah. Jawa Tengah harus memosisikan dirinya tidak hanya sebagai pemasok domestik, tetapi juga sebagai eksportir berbasis mutu dan keberlanjutan.
Untuk itu, sertifikasi mutu seperti HACCP, ISO 22000, dan sertifikat halal menjadi mutlak diperlukan. Pelatihan kepada pelaku UMKM kelautan, serta pendampingan dalam sistem ekspor dan logistik maritim, akan mempercepat integrasi Jawa Tengah ke dalam rantai pasok global.
Pemerintah pusat juga diharapkan memberikan insentif fiskal dan non-fiskal kepada pelaku industri maritim di Jawa Tengah, terutama dalam hal pembebasan bea masuk bahan baku, pembiayaan ekspor, dan pengurangan tarif energi di sentra pengolahan hasil laut.
Jawa Tengah bukan hanya tanah subur bagi pertanian dan manufaktur, tetapi juga laut yang kaya akan potensi ekonomi. Dengan pendekatan kebijakan yang terintegrasi dan berpihak pada hilirisasi serta keberlanjutan, sektor ekonomi maritim dapat menjadi tulang punggung baru pembangunan daerah.
Meningkatkan potensi ekonomi maritim Jawa Tengah bukan sekadar soal pertumbuhan ekonomi, tetapi juga tentang membangun kemandirian pangan, menciptakan lapangan kerja pesisir, dan membawa provinsi ini lebih dekat pada peran strategisnya dalam perekonomian nasional dan regional.(*)
***
*) Oleh : Kholid Abdillah, Ketua DPW Garda Bangsa Jawa Tengah, Anggota Komisi A DPRD Jateng dari PKB.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rizal Dani |