
TIMESINDONESIA, BALI – Tanggal 17 Agustus 1945 adalah momen sakral yang menandai lahirnya sebuah bangsa. Selama delapan puluh tahun, Indonesia telah melewati berbagai tantangan, mulai dari perjuangan fisik merebut kemerdekaan hingga perjuangan ideologi dalam menjaga persatuan.
Di perayaan hari kemerdekaan yang ke-80 ini, kita tidak hanya mengenang jasa para pahlawan di masa lalu, tetapi juga menoleh kepada para "pahlawan" masa kini: Generasi Z.
Advertisement
Mereka bukan pahlawan yang mengangkat bambu runcing di medan perang, melainkan pahlawan yang berjuang di tengah lautan informasi, disrupsi digital, dan perubahan sosial yang begitu cepat.
Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga 2010-an, tumbuh di era di mana internet dan media sosial adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Berbeda dengan generasi sebelumnya, mereka tidak pernah mengenal dunia tanpa internet. Keterhubungan global ini memberi mereka akses tak terbatas pada informasi, ide, dan peluang.
Namun, di balik kemudahan itu, terselip tantangan besar. Mereka menghadapi "perang" yang berbeda: disinformasi, polarisasi, dan tekanan untuk selalu tampil sempurna di dunia maya. Perjuangan mereka adalah menemukan identitas, menyuarakan kebenaran, dan menciptakan dampak positif di tengah kebisingan digital.
Salah satu kontribusi terbesar Gen Z adalah kemampuan mereka untuk mendemokratisasi informasi dan gerakan sosial. Jika dulu perjuangan membutuhkan organisasi besar dan media massa mainstream, kini satu unggahan di Instagram atau satu video di TikTok bisa memicu gelombang solidaritas.
Melalui tagar dan kampanye digital, mereka mampu menggalang dukungan untuk isu-isu penting, mulai dari perubahan iklim, kesetaraan gender, hingga keadilan sosial.
Mereka tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga produsen konten yang mengedukasi dan menginspirasi. Aksi-aksi mereka sering kali bersifat organik dan bottom-up, membuktikan bahwa suara individu memiliki kekuatan yang luar biasa.
Namun, semangat perjuangan Gen Z tidak hanya terbatas pada ruang digital. Banyak dari mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan sosial nyata, seperti menjadi relawan, mendirikan komunitas, atau memulai bisnis sosial yang berorientasi pada kebermanfaatan.
Mereka membawa semangat kewirausahaan sosial yang kuat, di mana keuntungan finansial tidak lagi menjadi satu-satunya tujuan. Mereka ingin bisnis mereka menjadi bagian dari solusi, bukan masalah.
Misalnya, bisnis fesyen yang menggunakan bahan ramah lingkungan, atau startup yang fokus pada pemberdayaan petani lokal. Mereka adalah perwujudan nyata dari semangat "berdikari" (berdiri di atas kaki sendiri) yang digaungkan oleh para pendiri bangsa, namun dengan sentuhan modern dan berkelanjutan.
Tentu saja, perjalanan Gen Z sebagai pahlawan di era disrupsi tidaklah mulus. Mereka sering dicap sebagai generasi yang apatis, terlalu individualistis, atau hanya peduli pada "like" dan "followers."
Stigma ini muncul karena cara mereka berinteraksi dan berjuang memang berbeda. Namun, anggapan tersebut sering kali mengabaikan kedalaman dan kepedulian mereka terhadap isu-isu fundamental.
Mereka mungkin tidak selalu turun ke jalan dengan poster, tetapi mereka menggunakan platform yang mereka kuasai untuk menyuarakan aspirasi mereka dengan cara yang paling efektif bagi mereka. Perjuangan mereka tidak selalu bising, tetapi sering kali lebih terukur dan strategis.
Di tengah perayaan kemerdekaan yang ke-80, penting bagi kita semua untuk mengapresiasi cara Gen Z memaknai kemerdekaan. Bagi mereka, merdeka bukan hanya bebas dari penjajah, tetapi juga bebas dari ketidakadilan, diskriminasi, dan kebodohan. Merdeka adalah hak untuk menjadi diri sendiri, berekspresi, dan berkontribusi sesuai dengan passion dan keahlian mereka.
Merdeka adalah ketika teknologi bukan lagi belenggu, melainkan alat untuk menciptakan perubahan. Mereka adalah generasi yang tidak hanya mewarisi kemerdekaan, tetapi juga mendefinisikan ulang maknanya untuk masa depan.
Oleh karena itu, marilah kita sambut perayaan kemerdekaan ini dengan optimisme. Mari kita berikan ruang bagi Gen Z untuk berkontribusi, belajar dari cara pandang mereka yang segar, dan bekerja sama menciptakan Indonesia yang lebih baik. Mereka adalah pahlawan masa kini yang sedang menorehkan sejarah baru, berbekal kreativitas, konektivitas, dan semangat juang yang tak pernah padam.
Delapan puluh tahun kemerdekaan adalah momentum untuk merenung, bertransformasi, dan memandang ke depan, di mana Gen Z akan menjadi nakhoda utama yang membawa kapal bangsa ini mengarungi samudra disrupsi. Mereka adalah bukti bahwa semangat kemerdekaan tidak pernah usang, hanya saja cara perayaan dan perjuangannya yang terus berevolusi.
***
*) Oleh : Ahmad Fajarisma Budi Adam, Guru Matematika SMP N 1 Banjar Seririt Bali.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |