Kopi TIMES

Nabi Mangajarkan Mencintai Tanah Air

Selasa, 19 Agustus 2025 - 14:47 | 2.47k
Kukuh Santoso
Kukuh Santoso

TIMESINDONESIA, MALANG – Mensyukuri kemerdekaan Republik Indonesia (RI) bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan agama. Tak sedikit ulama yang mengatakan bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Bahkan disebutkan ada dalil yang berisi tentang kemerdekaan dan cinta tanah air.

Simak artikel ini untuk mengetahui ayat dan hadits tentang kemerdekaan serta cinta tanah air. Arti Kemerdekaan dalam Islam Dikutip dari Mimbar Jumat 4 Muharram 1443 H/13 Agustus 2021 M dari situs Masjid Istiqlal, kemerdekaan berbangsa dalam bahasa Arab disebut dengan Al-Istiqlal. Tafsir Al-Istiqlal adalah al-Taharrur wa al-Khalash min ayy Qaydin wa Saytharah Ajnabiyyah, yang berarti bebas dan terlepas dari segala bentuk ikatan dan penguasaan pihak lain. 

Advertisement

Bisa juga diartikan sebagai kemerdekaan individu, yaitu al-Qudrah 'ala al-Tanfidz ma'a In'idam Kulli Qasr wa 'Unf min al-Kharij. Artinya adalah kemampuan mengaktualisasikan diri tanpa adanya segala bentuk pemaksaan dan kekerasan dari luar dirinya.

Dengan demikian, kemerdekaan adalah bebas dari segala bentuk penindasan bangsa lain. Kata lainnya adalah al-hurriyyah yang diartikan sebagai kebebasan. Dari kata ini terbentuk kata al-tahrir yang artinya pembebasan. Maka orang yang bebas atau merdeka disebut sebagai al-hurr, lawan katanya adalah al-'abd (budak). Ajaran Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya mencintai tanah air. Hal ini terlihat dari kecintaan beliau pada Makkah dan Madinah. 

Mencintai tanah air juga dianggap sebagian dari iman dan menjadi kewajiban bagi setiap Muslim, karena tanah air adalah tempat di mana seseorang dilahirkan, dibesarkan, dan menghabiskan hidupnya. Beberapa sumber menjelaskan bahwa kecintaan pada tanah air sejalan dengan ajaran Islam dan merupakan wujud nyata dari keimanan. 

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Istilah nasionalisme yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia memiliki dua pengertian: paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri dan kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa. Nasionalisme dalam arti sempit dapat diartikan sebagai cinta tanah air. Selanjutnya, dalam tulisan ini yang dimaksud dengan nasionalisme yaitu nasionalisme dalam arti sempit.

Al-Jurjani dalam kitabnya al-Ta’rifat mendefinisikan tanah air dengan al-wathan al-ashli.

اَلْوَطَنُ الْأَصْلِيُّ هُوَ مَوْلِدُ الرَّجُلِ وَالْبَلَدُ الَّذِي هُوَ فِيهِ 

Artinya; al-wathan al-ashli yaitu tempat kelahiran seseorang dan negeri di mana ia tinggal di dalamnya. (Ali Al-Jurjani, al-Ta’rifat, Beirut, Dar Al-Kitab Al-Arabi, 1405 H, halaman 327).

Mencintai tanah air adalah hal yang sifatnya alami pada diri manusia. Karena sifatnya yang alamiah melekat pada diri manusia, maka hal tersebut tidak dilarang oleh agama Islam, sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran/nilai-nilai Islam. Meskipun cinta tanah air bersifat alamiah, bukan berarti Islam tidak mengaturnya. Islam sebagai agama yang sempurna bagi kehidupan manusia mengatur fitrah manusia dalam mencintai tanah airnya, agar menjadi manusia yang dapat berperan secara maksimal dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, serta memiliki keseimbangan hidup di dunia dan akhirat.

Hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, mengungkapkan kecintaan beliau pada kota Makkah. Beliau bersabda, "Sungguh, engkau (Makkah) adalah sebaik-baik bumi dan bumi Allah yang paling dicintai. Seandainya saja aku tidak diusir oleh kaumku, aku tidak akan keluar meninggalkanmu." Hadis ini menunjukkan bahwa Makkah adalah tempat yang sangat dicintai oleh Nabi, bahkan beliau merasa berat untuk meninggalkannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri pernah mengungkapkan rasa cintanya kepada tanah kelahiran beliau, Makkah. Hal ini bisa kita lihat dalam penuturan Ibnu Abbas radliyallahu ‘anh yang diriwayatkan dari Ibnu Hibban:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلْدَةٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ، وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ، مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ

Artinya, “Dari Ibnu Abbas RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Alangkah baiknya engkau (Makkah) sebagai sebuah negeri, dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu” (HR Ibnu Hibban).

Setelah pengusiran tersebut, Nabi lantas hijrah ke kota Yatsrib yang di kemudian hari bernama Madinah. Di tempat tinggal yang baru ini, Rasulullah pun berharap besar bisa mencintai Madinah sebagaimana beliau mencintai Makkah. Seperti yang terungkap dalam doa beliau yang terekam dalam Shahih Bukhari.

اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ

Ya Allah, jadikan kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Makkah, atau melebihi cinta kami pada Makkah.” (HR al-Bukhari 7/161). (*)

***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

__________
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES