Sitti-l-Kull, Konsep Pendidikan Baru untuk Perempuan Berdaya

TIMESINDONESIA, MALANG – Pendidikan perempuan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan manusia seutuhnya. Berbagai kajian menunjukkan bahwa pendidikan pemberdayaan perempuan memiliki dampak yang luas, tidak hanya bagi diri perempuan itu sendiri, tetapi juga bagi khalayak umum. Meskipun demikian, hingga kini perempuan masih menghadapi berbagai tantangan serius, seperti keterbatasan akses pendidikan, pernikahan dini, rendahnya kesehatan seksual, hingga stigma sosial budaya yang menghambat kemajuan perempuan.
Kajian ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap kondisi tersebut dan keinginan untuk menggali alternatif model pendidikan yang mampu menjawab tantangan tersebut secara menyeluruh. Pondok Modern Darussalam Gontor Putri menjadi objek kajian karena diselenggarakannya pendidikan bagi perempuan berbasis nilai Islam yang memberdayakan. Kajian ini dilandasi oleh paradigma konstruktivisme dengan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus yang memungkinkan eksplorasi fenomena pendidikan secara menyeluruh. Berdasarkan metode kajian yang terstruktur, diharapkan mampu memberikan kontribusi yang dignifikan dalam memahami secara utuh terkait model pendidikan pemberdayaan perempuan berbasis Sitti-l-Kull di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri.
Advertisement
Model pendidikan pemberdayaan perempuan berbasis Sitti-l-Kull merupakan konsep yang dibangun peneliti berdasarkan realitas di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri. Model pendidikan pemberdayaan perempuan berbasis Sitti-l-Kull yang mencakup pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Pembelajaran yang holistik bertujuan untuk mencetak perempuan muslimah yang cerdas, mandiri, berakhlak mulia, serta siap berkontribusi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Hasil kajian menunjukkan bahwa model pendidikan pemberdayaan perempuan berbasis Sitti-l-Kull dibangun berdasarkan Al-Qur’an-Hadits, Panca Jiwa, Panca Jangka, Moto, dan Filsafat Hidup, dan program pengembangan potensi yang diselenggarakan di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri. Program-program tersebut, meliputi: intelektual, bahasa, keputrian, kesenian, olahraga, pramuka, keorganisasian, kewirausahaan, dan spiritual.
Panca Jiwa, meliputi: keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah Islamiyah, dan kebebasan. Panca Jangka, meliputi: pendidikan dan pengajaran, kaderisasi, pergedungan, khizanatullah, dan kesejahteraan keluarga. Moto, meliputi: berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas. Filsafat hidup, yaitu: Pondok tidak hanya mendidik intelektual, tetapi Pondok juga mendidik mental dan spiritual; sebesar keinsyafanmu sebesar itu pula keuntunganmu. Dengan ini, peserta didik sebagai abd Allah dan khalifah fi al-ard dapat menyeru pada ma’ruf dan mencegah kemungkaran melalui ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Model ini berupaya menyiapkan peserta didik menjadi mar’ah shalihah yang dapat mendorong perempuan yang berdaya dan bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat di sekitarnya.
Model pendidikan pemberdayaan perempuan berbasis Sitti-l-Kull mengembangkan pemikiran Abu Syuqqah terkait peranan pendidikan perempuan. Abu Syuqqah menjelaskan hal yang harus diajarkan melalui pendidikan, yaitu: etika perempuan; materi keibuan; pelatihan melalui organisasi; keterampilan; kepedulian; dan kebebasan dalam kegiatan sosial bermanfaat sesuai dasar etika Islam (Syuqqah, 2000; Syuqqah, 2017a; Syuqqah, 2018a; Syuqqah, 2018b). Kajian ini mengungkap bahwa perempuan memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi dengan adanya kesenian, olahraga, intelektual, bahasa, keputrian, pramuka, keorganisasian, kewirausahaan, dan spiritual. Hal ini mendorong pengembangan bakat, keterampilan, dan kepercayaan diri, dan pengetahuan sesuai ajaran Islam.
Model pendidikan pemberdayaan perempuan berbasis Sitti-l-Kull menguatkan pandangan Miller terkait pendidikan holistik. Menurut Miller, pendidikan holistik yang secara harmonis mengintegrasikan aspek intelektual, emosional, fisik, sosial, estetika, dan spiritual (Miller, 2000; Miller, 2019; Miller et al., 2005; Miller et al., 2019). Kajian ini mengungkap program yang diselenggarakan, yaitu program intelektual, bahasa, keputrian, kesenian, olahraga, pramuka, keorganisasian, kewirausahaan, dan spiritual. Program ini bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara utuh. Hal ini relevan dengan kajian yang menjelaskan bahwa aspek spiritual intelektual, emosional, fisik, sosial, estetika mampu mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal (Fischbein & Marx, 2023; Hamami & Nuryana, 2022; Miseliunaite et al., 2022; Moslimany et al., 2024; Rianawaty et al., 2021).
Model pendidikan Sitti-l-Kull mendorong pengembangan potensi melalui program yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri. Program ini diselenggarakan untuk membantu peserta didik mencapai tahap kemandirian dan kebebasan dalam menentukan tujuan hidup sebagaimana yang diajarkan dalam Islam. Hal ini sejalan dengan pandangan Abu Syuqqah bahwa Islam memberikan kebebasan perempuan untuk terlibat dalam ranah sosial dan publik dengan memperhatikan dasar etika Islam. Persyaratan ini sebagai sarana mewujudkan berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup yang menuntut perempuan bertemu dengan laki-laki. Dengan demikian, perempuan dapat mengikuti kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat (Syuqqah, 2000; Syuqqah 2017a; Syuqqah, 18a; Syuqqah 2018b, Syuqqah, 2018c).
Model pendidikan pemberdayaan perempuan berbasis Sitti-l-Kull memperkaya khazanah keilmuan tentang pendidikan keputrian melalui program ekstrakurikuler yang diadakan setiap hari Jumat (Gusniarti et al., 2023; Mualimah et al., 2021; Regita et al., 2020; Ummah et al., 2023); menekankan pada pembelajaran fiqih wanita (Mualimah et al., 2021; Prastiwi et al., 2019; Syarah et al., 2020); pembentukan akhlak mulia (Novianti et al., 2023; Pebiyanti et al., 2023; Zafirah et al., 2023); penguatan life skill (Prameswari et al., 2022; Hanafi & Sunariyanto, 2024; Basuki, 2021; Niyah & Musdat, 2021; Sari et al., 2022). Kajian ini mengungkap bahwa pendidikan pemberdayaan perempuan diajarkan melalui pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Pembelajaran ini mencakup aspek intelektual, bahasa, keputrian, kesenian, olahraga, pramuka, keorganisasian, kewirausahaan, dan spiritual. Hal ini relevan dengan kajian yang menjelaskan bahwa keberagaman aspek tersebut dapat membina peserta didik menjadi serba bisa dan berpengaruh pada kompetensi peserta didik (Chan & Yeung, 2020; Kenny et al., 2023; Lahon, 2016; Lovat, 2020; Naufal et al., 2024; Spychalski, 2023).
Dengan demikian, model pendidikan pemberdayaan perempuan berbasis Sitti-l-Kull sebagai alternatif yang dapat memberdayakan peserta didik. Peserta didik didorong untuk mengembangkan potensi melalui program yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri. Hal ini diupayakan agar peserta didik mampu mencapai tahap kemandirian dan kebebasan dalam menentukan tujuan hidup sebagaimana yang diajarkan dalam Islam. Kemandirian dan kebebasan dapat dimiliki peserta didik setelah memiliki bekal mumpuni berupa keterampilan dan wawasan untuk menganalisa dampak, membandingkan, dan bertanggung jawab atas pilihan hidupnya. Maka, alumni Pondok Modern Darussalam Gontor Putri dapat menjadi seorang diplomat, profesor, desainer, pengusaha, pendidik, menjadi ibu dan istri sesuai dengan tujuan hidupnya.
***
*) Oleh: Dian Silvia Rozza, Mahasiswa Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |