Kopi TIMES Tragedi Al Khoziny

Makna Positive Thinking di Reruntuhan Al Khoziny

Selasa, 07 Oktober 2025 - 11:14 | 4.32k
 Prof. Dr H. Mohammad Kurjum, M.Ag Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya, Direktur Lembaga Pendidikan dan Pemberdayaan Ummat
Prof. Dr H. Mohammad Kurjum, M.Ag Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya, Direktur Lembaga Pendidikan dan Pemberdayaan Ummat "Matholi'ul Huda" Sukodono Sidoarjo Jawa Timur.
FOKUS

Tragedi Al Khoziny

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Kadang hidup memang seperti tembok yang tiba-tiba runtuh. Bukan karena salah doa. Bukan pula karena kurang waspada. Tapi karena waktu punya cara sendiri untuk mengingatkan kita: bahwa manusia hanyalah tamu di bumi, bukan pemiliknya.

Tragedi runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo seminggu lalu itu menyentak kita semua. Suara genting yang jatuh, debu yang menutup pandangan, jerit panik, semuanya membentuk satu narasi luka yang terlalu dekat dengan kemanusiaan. Tapi, seperti setiap luka, selalu ada ruang kecil di dalamnya yang bernama hikmah.

Advertisement

Hikmah Sabar dan Tawakal

Kita sering mendengar kata sabar. Tapi baru mengerti artinya ketika diuji. Para keluarga korban sudah membuktikannya. Mereka tak berteriak marah, tak menyalahkan siapa pun. Mereka diam, berdoa, dan menatap reruntuhan dengan mata yang basah tapi ikhlas.

Itulah wajah Indonesia sesungguhnya. blBangsa yang tahu bagaimana menundukkan hati di depan takdir. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa ikhtiar, tapi menyerahkan hasil setelah semua usaha terbaik dilakukan. Dari Al-Khoziny, kita belajar bahwa sabar bukan kelemahan, tapi kekuatan yang sunyi.

Ada luka yang tak berdarah. Namanya trauma. Dan Polda Jatim tampaknya paham betul soal itu. Biro SDM-nya turun langsung melakukan trauma healing. Mengajak santri kecil untuk tertawa lagi. Mengembalikan rasa aman di hati yang sempat retak.

Langkah ini sederhana tapi revolusioner. Di negeri yang kadang sibuk dengan “siapa salah, siapa benar”, perhatian pada kesehatan mental sering terlupakan. Padahal, membangun kembali hati jauh lebih sulit daripada membangun gedung.

Tak butuh waktu lama setelah berita tersebar, bantuan pun datang. Ada yang membawa makanan, ada yang datang hanya untuk memeluk. Ada relawan, santri dari pesantren lain, hingga warga biasa yang menenteng tikar dan air minum.

Itulah wajah sejati rakyat Indonesia. Kadang terlihat sederhana, tapi punya hati sebesar langit. Tragedi ini memang mengguncang, tapi sekaligus memperlihatkan satu hal: di negeri ini, kita tak pernah benar-benar sendirian.

Reruntuhan itu bukan hanya puing, tapi pesan keras; "Jangan abaikan keselamatan."

Bangunan pendidikan bukan sekadar tempat belajar, tapi tempat menitipkan masa depan. Maka, setiap paku, setiap tiang, seharusnya memikul amanah.

Semoga tragedi Ponpes Al-Khoziny menjadi refleksi bagi semua pihak: pemerintah, kontraktor, pengawas, dan juga masyarakat. Bahwa pembangunan tanpa keselamatan adalah kesia-siaan yang bisa merenggut nyawa.

Positive Thinking, Cahaya di Antara Abu

Bagi sebagian orang, positive thinking terdengar klise. Tapi justru di saat gelap, pikiran positif adalah satu-satunya cahaya.
Bukan berarti menutup mata dari realitas. Tapi memilih untuk melihat sisi terang di balik reruntuhan.

Positive thinking bukan sekadar slogan motivasi. Ia adalah sikap: bahwa setiap tragedi bisa melahirkan kebijaksanaan, setiap kehilangan bisa menumbuhkan empati, dan setiap air mata bisa menyuburkan keikhlasan.

Kita tak bisa mengubah masa lalu. Tapi kita bisa mengubah cara kita memaknainya. Dari reruntuhan Al-Khoziny, semoga lahir kesadaran baru tentang sabar, empati, dan kehati-hatian.

Dan jika suatu hari nanti, bangunan baru berdiri di atas tanah itu—semoga bukan hanya lebih kokoh secara fisik, tapi juga lebih kuat secara spiritual. Karena fondasi terkuat bukanlah beton, tapi hati yang belajar untuk tetap bersyukur.

Positive thinking bukan berarti menertawakan musibah. Ia adalah cara agar kita tidak tenggelam di dalamnya.

***

*) Oleh: Prof. Dr H. Mohammad Kurjum, M.Ag
Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya, Direktur Lembaga Pendidikan dan Pemberdayaan Ummat "Matholi'ul Huda" Sukodono Sidoarjo Jawa Timur

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES