
TIMESINDONESIA, CIREBON – Pada Tanggal 22 Oktober 2025, kita memperingati Hari Santri. Santri merupakan aset berharga bangsa yang memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat yang berbudaya, religius, dan beradab.
Dalam konteks dunia yang terus berkembang dan penuh dinamika, santri diharapkan mampu menghadirkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Karakteristik moderat dan humanis menjadi pondasi utama agar santri dapat menghadapi tantangan global, menjaga harmoni, dan berkontribusi dalam pembangunan masyarakat.
Advertisement
Karena itu, Santri disini yang sekaligus bersekolah di Madsarah, dalam hal ini adalah Pendidikan merupakan hal yang paling utama yang harus diberikan oleh orang tua bagi masa depan anaknya. Sejak anak lahir dunia, ia memiliki banyak potensi dan harapan untuk berhasil di kemudian hari. Pendidikan yang menjadi jembatan penghubung anak dengan masa depannya itu.
Dapat dikatakan, pendidikan merupakan pondasi bagi tumbuh dan berkembangnya seorang anak untuk memperoleh masa depan yang lebih baik. Sebagai buah hati, maka dengan penuh rasa kasih para orang tua rela berkorban demi anaknya tercinta tentang nilai-nilai toleransi beragama.
Pendidikan nilai moderat merupakan penanaman nilai-nilai toleransi yang terbuka untuk melindungi anak anak dari virus intoleransi dan radikal. Berdasarkan KBBI, Moderat adalah menghindarkan perilaku atau pengungkapan ekstrim dan serta berkecenderungan ke arah jalan tengah.
Moderat juga dapat berarti suatu sikap saling menjauhi perilaku, tindakan yang sangat ekstrem dan lebih mengambil jalan tengah, tidak terlalu fanatik pada aspek agama. Sikap moderat dapat menghindari terjadinya ekstremisme, sikap ekstremisme dalam beragama sangat membahayakan bagi nyawa manusia.
Ada beberapa faktor peran orang tua yang harus diperhatikan kepada anak-anaknya, agar kelak nanti anaknya memiliki perilaku yang moderat dengan tujuan menghindari sikap anak anak agar tidak terpapar virus Intoleransi.
Pertama, menanamkan nilai-nilai menghargai pendapat mengenai pemikiran orang lain yang berbeda dengan kita, serta saling tolong-menolong antar sesama manusia tanpa memandang suku, ras, agama, dan antar golongan.
Kedua, Membangun kesadaran nilai-nilai moderat yakni selalu mengambil jalan tengah, tidak ke kanan maupun ke ke kiri dalam menerima informasi pengetahuan agama di dalam mbah google atau youtube dari ustad yang mendoktrin radikalisme dan kekerasan atas nama agama.
Ketiga, Santri perlu dalam mengontrol pada anaknya harus juga sangat aktif, terutama pada teman-temannya bermainnya kalau bisa anak-anak itu dalam bermain berkumpul dengan anak-anak milenial yang moderat dan tidak radikal, sehingga akan terbentuk jiwa bathin yang berdampak positif bagi karakter santri yang moderat dan humanis.
Keempat, santri harus Berpegang Teguh pada Prinsip Wasathiyyah (Keseimbangan). Moderasi dalam pemahaman agama menjadi kunci agar santri tidak terjebak pada ekstremisme, baik dalam bentuk radikalisme maupun liberalisme, Menghargai Perbedaan.
Santri moderat mampu hidup berdampingan dengan berbagai kelompok masyarakat tanpa menghilangkan identitas keagamaannya, Berorientasi pada Perdamaian.
Santri yang moderat mengutamakan dialog dan musyawarah dalam menyelesaikan konflik, Berpikir Kritis dan Rasional. Pemahaman agama dilakukan dengan pendekatan ilmu yang mendalam dan terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Karena itu, Santri jangan sampai lemah dalam mengontrol segala aktivitasnya dan mengawasi setiap lingkungan temen anak anak. Kalau bisa dijauhkan dari anak yang memiliki sikap intoleran.
Dalam pendidikan moderat untuk anak-anak muda, juga perlu dibentuk sebagai karakter yang terkait dengan moral anak-anak yang menekankan perbaikan bathin dan jiwa anak-anak agar menjadi bersih dan tidak kotor oleh ekstremisme dan radikalisme. Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yakni segi batiniah dan segi lahiriah.
Santri yang baik adalah Santri yang memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula. Sikap batin itu seringkali juga disebut hati. Anak yang baik mempunyai hati yang baik. Akan tetapi, sikap batin yang baik baru dapat dilihat orang lain setelah terwujud dalam perbuatan lahiriah yang baik pula.
Pendidikan moderat yang harus dibangun dalam kerangka membentuk moral dari batiniah anak milenial dengan kasih sayang, selanjutnya pada moral secara lahiriah dari anak-anak usia untuk selalu diterapkan dalam kesehari-harian. Ketika anak-anak milenial memiliki sikap kasih sayang pada yang lain kemungkinan akan memiliki sikap toleran, bukan sebaliknya memiliki sikap intoleran, radikal, tertutup dan fanatik.
Pendidikan di Pesantren bagi Santri adalah kunci paling utama dalam membina pendidikan toleransi yang nanti akan melahirkan budi pekerti yang luhur pada anak-anak usia dini.
Pendidikan budi pekerti perlu diberikan pada anak milenial, sehingga anak-anak yang bagaikan kertas putih yang sejatinya harus diisi dengan nilai-nilai budi pekerti luhur, mendidik dengan kasih sayang dan memberikan pemahaman dari perilaku yang baik.
Pada dasarnya, dengan membina santri santri yang milineal melalui pendidikan moderat, sehingga melahirkan budi pekerti, berarti orang tua telah menanamkan salah satu landasan dasar kelak atau ilmu agama Islam yang berbasis moderat dan sikap toleransi kepada teman yang lainnya. Oleh karena itu, Santri akan terbiasa dengan hidup yang sesuai dengan etika dan nilai-nilai moderat.
Sehingga tidak melahirkan generasi anak milineal yang mudah dicekoki dan di doktrin oleh kaum radikalisme sehingga mudah terpapar virus intoleransi yang dapat membahayakan karakter dan watak anak anak sebagai generasi bangsa Indonesia. Ini yang perlu kita waspadai secara bersama oleh para Santri.
Membangun karakteristik santri yang moderat dan humanis adalah sebuah kebutuhan dalam menghadapi tantangan zaman. Santri tidak hanya menjadi pembawa ajaran Islam yang damai, tetapi juga agen perubahan yang membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.
***
*) Oleh : Syahrul Kirom, M,Phil., Dosen UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |