Kopi TIMES

Pelaksanaan MBG melalui Dapur DASHAT

Rabu, 05 November 2025 - 17:02 | 1.20k
Irawan Januari Putra, S.Pd., Perangkat Desa Paseban.
Irawan Januari Putra, S.Pd., Perangkat Desa Paseban.

TIMESINDONESIA, KLATEN – Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu program flagship pemerintahan Prabowo-Gibran. MBG dilaksanakan mulai dari daerah perkotaan hingga daerah perdesaan dengan segala dinamika dan problematikanya seperti keracunan massal, keterbatasan sumber daya manusia, serta kurangnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program tersebut. 

Selain MBG, program unggulan lain pemerintahan Prabowo-Gibran adalah Ketahanan Pangan Desa (Ketapang Desa). Program Ketapang Desa dan MBG merupakan program yang dilaksanakan hingga tingkat desa, namun dalam pelaksanaannya belum ada sinergi di antara kedua program tersebut. Hingga saat ini program Ketapang Desa dan MBG seakan masih berdiri dan berjalan sendiri-sendiri. 

Advertisement

Guna mendukung pelaksanaan MBG, khususnya di daerah perdesaan diperlukan keterlibatan desa dan masyarakat desa, salah satunya melalui sinergi dengan program Ketapang Desa. Di sisi lain, pelaksanaan Ketapang Desa juga perlu melibatkan masyarakat, khususnya petani lokal serta kelompok tani dan gabungan kelompok tani. 

Dengan demikian dapat tercipta sinergi antara program MBG dan Ketapang Desa sehingga mampu meningkatkan ketahanan pangan desa, memperluas kesempatan kerja dan kesejahteraan petani lokal, serta mendorong pertumbuhan ekonomi desa. 

Dengan adanya program Ketapang Desa diharapkan dapat dihasilkan beragam bahan pangan lokal seperti buah, sayur, biji-bijian, jamur, daging, ikan, telur, dan madu. Bahan pangan tersebut dapat diolah menjadi makanan bergizi guna melestarikan keragaman pangan, meningkatkan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan berbasis potensi sumber daya lokal serta mengembangkan usaha pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sebelum adanya program MBG, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2021 telah melaksanakan upaya percepatan penurunan angka stunting melalui program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dapur DASHAT). 

Kegiatan Dapur DASHAT dilaksanakan desa melalui pengolahan bahan pangan lokal menjadi makanan bergizi dan diberikan kepada balita, ibu hamil, ibu menyusui, remaja, dan calon pengantin. 

Dapur DASHAT dilaksanakan desa secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat, yaitu kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). 

Dilibatkannya kader Posyandu dan PKK dalam kegiatan Dapur DASHAT dilakukan dengan pertimbangan Posyandu dan PKK merupakan lembaga desa yang setiap hari melayani dan mendampingi warga sehingga mengetahui keadaan kesehatan dan kebutuhan gizi warganya. 

Selain itu, kegiatan Dapur DASHAT tidak sekadar memasak dan menyediakan makanan, tetapi juga mendidik masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang serta meningkatkan keterampilan dalam mengolah makanan bergizi. 

Jika dibandingkan dengan Dapur DASHAT, program MBG lebih bersifat top-down yang menempatkan masyarakat dan sekolah sekadar sebagai objek program. MBG kurang berbasis pada keadaan dan kebutuhan masyarakat serta kurang memberdayakan potensi lokal setempat. 

Selain itu, terjadinya peristiwa keracunan massal yang dialami sebagian penerima manfaat MBG memunculkan desakan agar MBG dihentikan bahkan diganti dengan uang tunai. 

Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan MBG diperlukan sinergi dengan Dapur DASHAT sehingga MBG dapat menjadi program yang melibatkan masyarakat. Sinergi tersebut dilakukan dengan memfungsikan Dapur DASHAT sebagai Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). 

Selain mendorong partisipasi masyarakat, difungsikannya Dapur DASHAT sebagai SPPG juga menjadi sarana mengoptimalkan bahan pangan lokal hasil program Ketapang Desa.  

Selain bahan pangan, pelaksanaan MBG oleh Dapur DASHAT juga memerlukan tenaga penjamah MBG dengan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang memadahi. Oleh karena itu, diperlukan pelatihan kader Dapur DASHAT serta dukungan dari semua pihak terkait. 

Pelatihan tersebut salah satunya pelatihan keterampilan gastronomi, khususnya gastronomi Nusantara. Dengan keterampilan gastronomi Nusantara dapat diciptakan beragama kuliner bergizi khas Nusantara dari bahan pangan lokal. 

Upaya tersebut juga sekaligus menjadi sarana melestarikan kekayaan kuliner Nusantara. Dengan keragaman kuliner Nusantara dan besarnya potensi bahan pangan lokal, sangat disayangkan jika dalam pelaksanaan MBG kekayaan dan potensi tersebut tidak dimanfaatkan dan dikelola dengan sebaik-baiknya. 

Pelaksanaan MBG melalui Dapur DASHAT tidak sekadar kegiatan memasak dan mendistribusikan makanan, tetapi juga menjadi upaya bersama membangun generasi sehat dan unggul, mewujudkan kemandirian pangan, serta melestarikan kekayaan budaya bangsa Indonesia. 

***

*) Oleh : Irawan Januari Putra, S.Pd., Perangkat Desa Paseban.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia  untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES