Kopi TIMES

Pengorbanan Esensi Kepahlawanan

Senin, 10 November 2025 - 10:50 | 2.87k
Mohammad Afifulloh, Dosen Fakultas Agama Islam dan Pascasarjana Unisma Malang.
Mohammad Afifulloh, Dosen Fakultas Agama Islam dan Pascasarjana Unisma Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Di Indonesia setiap tanggal 10 November diperingati Hari Pahlawan sebagai bentuk apresiasi terhadap perjuangan dan pengorbanan para pejuang dalam menggapai kemerdekaan. Mereka dapat dibilang manusia-manusia istimewa karena sebagian besar hidupnya dipersembahkan untuk kepentingan bangsa agar terlepas dari kolonialisme dan imperialisme. Bila tidak ada jiwa besar dengan semangat pengorbanan mustahil kerelaan terjun di medan perang terwujud begitu saja.

Sanak keluarga diabaikan sementara demi memperoleh kemerdekaan, harta benda bahkan nyawa dipertaruhkan demi mengusir penjajah dari tanah air tercinta. Dalam benak mereka tidak ada satu alasanpun kolonilis dan imperialis berhak menginjak-injak harga diri dan martabat bangsa. 

Advertisement

Gelora perjuangan membakar semangat berkorban dengan slogan "Merdeka atau Mati", lebih baik mati terhormat daripada hidup di bawah ketiak penjajah. Nuansa heroisme sangat dominan mendominasi mentalitas para pejuang guna menghadapi penjajah. Tidak ada ketakutan sedikitpun di dalam diri pejuang, jiwa raga mereka dipersembahkan seutuhnya bagi nusa bangsa agar bisa berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain.  

Kehormatan bangsa menjadi taruhan untuk diperjuangkan, harga diri bangsa dan martabatnya harus diraih dengan segala bentuk perjuangan yang dilandasi pengorbanan dengan setulus jiwa. 

Kegigihan yang dipertontonkan oleh anak bangsa saat merebut kemerdekaan cukup mengusik hati kita, bagaimana tidak? hanya dengan senjata bambu runcing yang sangat sederhana rela dan gagah berani menghadapi moncong senjata modern, di luar nalar sehat, kalau bukan faktor X yang mendorong para pejuang mustahil keberanian itu dimiliki mereka. Kalau bukan keyakinan dan kepercayaan yang luar biasa tidak mungkin peperangan yang jelas tidak berimbang terjadi. 

Satu hal yang mungkin tidak disadari oleh penjajah adalah pengorbanan sepenuh jiwa. Dengan modal pengorbanan sebagai entitas kepahlawanan memotivasi anak bangsa Indonesia berani berhadapan dengan moncong senjata, meriam, peluru panas, dentuman bom, dan gempuran pesawat terbang. 

Pengorbanan merupakan spiritualitas di luar batas nalar akal normal, yang menumbuhkan spirit dan melejitkan letupan heroisme dan patriotisme. 

Pada situasi saat ini, implementasi pengorbanan bukan lagi dalam bentuk angkat senjata atau lebih konvensional lagi bambu runcing, namun kerelaan dan pengorbanan dalam bentuk pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif lebih dibutuhkan untuk menemukan solusi persoalan bangsa. 

Semakin modern kehidupan sebuah bangsa semakin kompleks persoalan yang dihadapi, apalgi kontak global tidak bisa dihindari. Dengan demikian jiwa kepahlawanan yang disimbolkan dengan pengorbanan sampai kapanpun diperlukan agar sebuah bangsa dapat menyelesaikan persoalan-persoalan pelik di era yang sangat dinamis bahkan cenderung disruptif. 

Pengorbanan lebih diorientasikan pada penyelesaian persoalan di berbagai bidang kehidupan. Fakta korupsi yang dipertontonkan lewat operasi tangkap tangan adalah sebuah contoh realitas penyakit masyarakat di kalangan pejabat. Masalah ini memang tidak bisa diselesaikan secara sempurna, sebagaimana kemiskinan hendak dihilangkan dalam kehidupan ekonomi.

Sikap dan gaya hidup sederhana bisa jadi jalan alternative yang solutif agar terhindar dari keinginan-keinginan hidup mewah dan hidonis, sehingga tidak udah berbuat koruptif mengambil yang bukan haknya, apalagi itu bagian dari hak rakyat. Gaya hidup yang jauh dari sisi pengorbanan, berpikir dan bertindak instan ingin kaya cenderung mendorong seseorang melanggar hukum. 

Bayangkan dengan sikap dan gaya hidup para pahlawan yang tidak terbesit dalam pikiran mereka untuk mementingkan kepentingan pribadi atau golongan. Mereka hanya memikirkan kepentingan dan kemaslahatan bangsa dan negara, jiwa pengorbanannya mencerminkan pribadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa. 

Seseorang tidak perlu menonjolkan diri untuk mendapat gelar pahlawan, jika masyarakat merasakan sikap dan perilakunya dihiasi pengorbanan tanpa mengharap imbalan. Apa yang telah dibuktikan para pahlawan dengan perjuangan yang ikhlas dan tanpa pamrih menjadi tauladan bagi para penerus perjuangan bangsa ini dalam menyelesaikan persolan kehidupan sosial.

  Para pejuang kekinian dihadapkan pada problematika yang lebih kompleks, maka buka saja kapabilitas keilmuan dan keterampilan yang mumpuni, tetapi juga jiwa pengorbanan yang tinggi dengan tidak mempedulikan imbalan dan penghargaan. 

Pengorbanan yang tulus akan secara otomatis menghadirkan apresiasi dari masyarakat. Sekecil apapun perbuatan seseorang untuk berkontribusi dalam penyelesaian masalah sosial akan menjadikan dia pahlawan-pahlawan masa kini, asal itu dilandasi pengorbanan yang tulus. 

 

***

*) Oleh : Mohammad Afifulloh, Dosen Fakultas Agama Islam dan Pascasarjana Unisma Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES