Olahraga

Fornas: Olahraga Rekreasi yang Tidak Main-Main

Rabu, 30 Juli 2025 - 12:11 | 9.55k
Fornas VIII di NTB jadi momen kebangkitan. Olahraga rekreasi satukan warga, hidupkan ekonomi lokal, dan dorong kolaborasi lintas komunitas
Fornas VIII di NTB jadi momen kebangkitan. Olahraga rekreasi satukan warga, hidupkan ekonomi lokal, dan dorong kolaborasi lintas komunitas

TIMESINDONESIA, MATARAM – NTB sedang ramai. Tapi bukan karena bencana. Bukan pula karena politik. Melainkan karena olahraga. 

Tapi ini bukan olahraga kompetitif. Ini hanya olahraga rekreasi. Acaranya dari 26 Juli sampai 1 Agustus.

Advertisement

Namun jangan remehkan kata "rekreasi" itu. Karena di balik Fornas VIII yang baru saja digelar di NTB, ada sesuatu yang lebih besar sedang dibangun. Bukan sekadar lapangan. Tapi kepercayaan.

Saya tidak sedang membesar-besarkan. Hotel penuh. Warung makan tak berhenti mengepul. UMKM senyum lebar. 

Semua itu bukan retorika. Itu realita. Saya menyaksikannya sendiri: NTB berdenyut.

Dan denyut itu bukan cuma karena tamu yang datang. Tapi karena ada pemimpin yang membuka ruang. Gubernur Dr. Lalu Muhamad Iqbal. 

Birokrasi yang biasanya kaku, bisa lentur. Komunitas yang biasanya menonton, kini ikut main.

Fornas VIII ini seperti ajang uji coba. Tapi bukan uji coba teknologi. Uji coba kepemimpinan. 

Apakah pemerintahan bisa kolaboratif? Apakah pembangunan bisa menyenangkan? Apakah masyarakat bisa dilibatkan?

Jawabannya; bisa. Buktinya; NTB.

Yang istimewa dari Fornas kali ini bukan soal stadionnya. Bukan soal seremoni pembukaan yang meriah. Tapi soal suasana. Rasa kebersamaan. 

Orang kampung bertemu pejabat. Atlet bertemu pedagang kaki lima. Tidak ada jarak. Tidak ada sekat. Semua ingin menyukseskan.

Inilah yang saya sebut: olahraga yang tidak main-main.

Tapi setelah Fornas? Apa yang tersisa?

Di sinilah tantangannya. Jangan sampai NTB hanya ramai seminggu. Setelah itu sepi kembali. Maka, Fornas harus jadi titik tolak.

Pertama, NTB bisa kembangkan ekosistem olahraga rekreasi berbasis komunitas. Jangan berhenti di stadion besar. Bawa semangat ini ke kampung, ke dusun, ke gang-gang sempit.

Kedua, UMKM jangan cuma jadi penggembira. Harus jadi pemain utama. Beri pelatihan, beri promosi, beri keberpihakan. Jadikan setiap event sebagai lokomotif ekonomi rakyat.

Ketiga, NTB punya semua syarat jadi provinsi sport tourism. Lari lintas alam, balap sepeda, festival budaya. Kalendernya tinggal disusun. Branding-nya tinggal dipoles. Dunia akan melirik.

Keempat, bentuk forum lintas OPD dan komunitas. Agar tiap event punya nyawa. Tidak hanya soal sukses acara, tapi juga sukses dampak. Karena pembangunan bukan soal anggaran, tapi soal keberlanjutan.

Saya ingin menggarisbawahi satu hal: gaya kepemimpinan Pak Iqbal. Dalam hitungan bulan, beliau bisa menghidupkan mesin birokrasi yang sebelumnya seperti tidur siang. 

Yang biasanya cuek, kini sigap. Yang biasanya skeptis, kini semangat.

Ini bukan karena Fornas. Tapi karena beliau mendengar. Dan karena beliau mengajak. Kolaborasi bukan jargon. Tapi benar-benar dijalankan.

Dan ini modal besar NTB ke depan.

Fornas VIII bukan puncak. Tapi baru pembuka. Pembuka babak baru NTB. Babak di mana pembangunan bukan lagi soal beton, tapi soal semangat. Di mana pemimpin bukan lagi bicara sendiri, tapi berjalan bersama.

Kalau NTB bisa melanjutkan ini, maka jangan heran jika suatu saat nanti orang tak hanya datang untuk lihat pantai. Tapi juga belajar: bagaimana membangun daerah lewat hal sederhana yang diremehkan banyak orang, olahraga rekreasi.

Ya, olahraga yang tampaknya cuma buat senang-senang. Tapi ternyata bisa membangkitkan ekonomi. Menyatukan komunitas. 

Dan yang paling penting: memulihkan kepercayaan rakyat. (*)

Pewarta: Arifudin

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES