Pemerintahan

Serap Banyak Pekerja Padat Karya, DPRD Kabupaten Malang Dorong Insentif Sektor SKT

Kamis, 18 September 2025 - 10:30 | 6.81k
Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Malang, H. Ali Murtadlo. (Foto: Amin/TIMES Indonesia)
Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Malang, H. Ali Murtadlo. (Foto: Amin/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Industri Sigaret Kretek Tangan (SKT) di Kabupaten Malang terbukti padat karya dan menjadi salah satu tumpuan ekonomi utama masyarakat. Ribuan warga di Kabupaten Malang, khususnya perempuan banyak menggantungkan hidupnya sebagai buruh pelinting di pabrik rokok.

Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Malang, Ali Murtadlo, mengingatkan kepada produsen rokok yang ada di Kabupaten Malang untuk lebih memprioritaskan produksi SKT dibanding memperbesar produk rokok dari mesin atau Sigaret Kretek Mesin (SKM).

Advertisement

"Tidak dinafikan Industri SKT terbukti mampu memberikan lapangan kerja yang luas, terutama bagi perempuan dan ibu-ibu rumah tangga. Maka dari itu, jangan sampai mereka tersisih karena kepentingan yang hanya mengejar efisiensi dan profit dari alat mesin,” ujar Ali Murtadlo, Kamis (18/9/2025).

Politisi yang karib disapa Gus Tadlo ini menambahkan, keberadaan pabrik rokok berbasis kretek tangan tidak hanya membantu perekonomian keluarga pekerja. 

"Rokok kretek juga ikut menaikkan pendapatan cukai, sekaligus merawat tradisi tembakau dan cengkeh yang menjadi ciri khas Budaya Nusantara," tandasnya.

Bahkan, kata Gus Tadlo, industri SKT juga banyak ditemukan mempekerjakan pekerja berkebutuhan khusus atau disabilitas. Menurutnya, ebijakan yang inklusif ini sangat jarang ditemukan pada industri lain yang sama-sama bersifat padat karya.

Maka dari itu pula, Gus Tadlo mendorong pemerintah daerah juga ikut memperkuat dengan kebijakan regulasi dan insentif, agar pelaku industri rokok ini tetap mampu mengembangkan lini SKT. 

“Kalau industri ini terus dibina, kita tidak hanya akan melestarikan warisan budaya, melainkan juga menyelamatkan mata pencaharian banyak orang,” pungkas politisi Fraksi PKB ini. 

7 Ribu Pekerja Linting Produktif

Para-pekerja-perempuan-Industri-SKT.jpgPara pekerja perempuan Industri SKT saat pelatihan praktik melinting tembakau menjadi rokok SKT belum lama ini. (Foto: Amin/TIMES Indonesia) 

Melansir data dari Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI), tercatat sekitar 97 persen pekerja di industri SKT adalah perempuan. Mereka tidak hanya sekadar pekerja tetapi juga menjadi tulang punggung keluarga.

Sementara itu, Kepala Disperindag Kabupaten Malang, M. Nur Fuad Fauzi mengungkapkan, di Kabupaten Malang saat ini ada kekurangan sekitar 7 ribu tenaga giling. 

Sedangkan, jumlah industri hasil tembakau (IHT) di Kabupaten Malang saat ini sudah 120 lebih perusahaan, dan perkembangan jumlahnya cenderung bertambah. 

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Gabungan Perusahaan Rokok Malang (Gaperoma), Johny menyebut bahwa kebutuhan tenaga kerja di sektor SKT saat ini meningkat tajam. Terlebih, menurutnya rokok SKT sekarang yang paling diminati, karena harganya bersaing dibanding rokok ilegal.

Kemampuan pekerja rokok dalam proses linting SKT, juga tidak kalah dibanding produksi SKM dari alat mesin. Dalam sehari, para pekerja linting SKT bisa menghasilkan sekitar 3 ribu batang rokok.

Akan tetapi, diakuinya industri SKT masih mengalami kekurangan tenaga linting. 

"Sekarang ini lapangan kerja banyak, tapi tenaga kerjanya yang perlu disiapkan. Yang paling dibutuhkan pabrik rokok saat ini, ya tenaga linting,” kata Johny, belum lama ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES