Belanda Kembalikan Fosil Homo Erectus ke Indonesia, Akhiri Warisan Kolonial

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Belanda resmi memutuskan mengembalikan koleksi fosil era kolonial kepada Indonesia. Keputusan ini diambil setelah komite penasihat independen menyimpulkan bahwa fosil-fosil tersebut diperoleh secara tidak sah pada masa penjajahan.
Koleksi Penting dari Homo Erectus
Fosil yang akan dipulangkan mencakup tengkorak, gigi geraham, dan tulang paha Homo erectus—salah satu spesies penting dalam sejarah evolusi manusia. Fosil-fosil tersebut digali di Indonesia pada akhir abad ke-19 dan selama ini dikelola oleh Pusat Keanekaragaman Hayati Naturalis Leiden, Belanda.
Advertisement
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda, Gouke Moes, menegaskan pengembalian ini merupakan bentuk penghormatan atas hasil penelitian komite. “Kami akan bekerja sama dengan Naturalis dan mitra di Indonesia untuk memastikan proses pengembalian ini berjalan baik,” ujarnya dalam surat resmi kepada Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon.
Restitusi Tanpa Syarat
Komisi Koleksi Kolonial Belanda menyarankan pengembalian fosil tanpa syarat. Hasil investigasi menunjukkan koleksi itu tidak pernah sah menjadi milik Belanda. Bahkan, proses penggalian kala itu dilakukan dengan tekanan terhadap penduduk lokal yang menganggap fosil memiliki nilai spiritual maupun ekonomi.
“Situasi pengambilan menunjukkan adanya unsur pemaksaan. Karena itu, fosil ini memang harus dikembalikan,” tulis laporan komisi tersebut.
Simbol Keadilan Sejarah
Marcel Beukeboom, Direktur Jenderal Pusat Keanekaragaman Hayati Naturalis, menyebut langkah ini sebagai tonggak penting dalam hubungan budaya Indonesia-Belanda. “Saran yang menyeluruh ini memberikan wawasan hukum baru, yang menjadikan restitusi sebagai pilihan tepat,” ungkapnya.
Bagi Indonesia, kepulangan fosil Homo erectus ini bukan hanya soal pengembalian benda bersejarah, tetapi juga pemulihan identitas ilmiah. Fosil tersebut menjadi bukti penting peran Nusantara dalam jejak evolusi manusia. Dengan restitusi ini, Indonesia dapat memperkuat riset arkeologi sekaligus menjaga warisan budaya yang sempat terampas era kolonial. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |