Anak Buruh Bangunan di Papua Lolos Fakultas Kedokteran UGM, Terinspirasi Sosok Dokter 2000

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Impian besar dan semangat pantang menyerah membawa Stanggy Nirwana Putri (18), gadis asal Abepura, Papua, lolos masuk Fakultas Kedokteran, Keperawatan, dan Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada (FK-KKMK UGM).
Di tengah keterbatasan ekonomi keluarga, Stanggy tak hanya berhasil menembus jurusan bergengsi itu, tetapi juga mendapat subsidi Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar 50 persen dan Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik).
Advertisement
Sejak duduk di bangku SMP, Stanggy telah menanam impian untuk bisa kuliah di UGM. Ia tumbuh sebagai siswi berprestasi, selalu meraih peringkat teratas di kelas, serta aktif dalam berbagai perlombaan akademik dan non-akademik selama bersekolah di SMAN 4 Jayapura.
“Saya pernah ikut lomba tilawah, OSN Informatika, jurnalistik FLS2N, pidato, sampai lomba teknologi. Beberapa bahkan sampai tingkat provinsi,” ungkapnya, Selasa (29/7/2025).
Dari Rumah Sewa ke Ruang Kuliah UGM
Ayah Stanggy, Nuryanto, sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan di Abepura sejak 2018. Ia merantau ke Papua setelah berhenti dari pekerjaannya sebagai anak buah kapal di Denpasar. Sementara ibunya berjualan nasi kuning dan nasi pecel di pinggir jalan dengan menggunakan gerobak sederhana.
Ketika pengumuman Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dibuka, seluruh keluarga berkumpul di rumah kontrakan mereka. “Saya tunggu ibu pulang kerja dulu, lalu kami shalat berjamaah sebelum membuka hasilnya. Saat tahu lulus, ibu langsung menangis dan memeluk saya,” kenang Stanggy.
Meski diterima di FK-KKMK UGM menjadi kabar membahagiakan, tantangan berikutnya muncul dalam bentuk kecemasan akan biaya pendidikan. Penghasilan sang ayah yang tidak tetap membuat keluarga sempat khawatir. Namun Stanggy tak menyerah.
Ia aktif mencari informasi beasiswa dan berhasil memperoleh keringanan biaya kuliah dari UGM serta bantuan dari program beasiswa ADik untuk daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
Cita-Cita Jadi Dokter dari Keteladanan Sosok “Dokter 2000”
Motivasi Stanggy untuk menjadi dokter tidak muncul begitu saja. Ia terinspirasi dari pengalaman hidup di lingkungan yang minim akses layanan kesehatan dan dari sosok dokter legendaris di kampungnya yakni dr. Sudanto, alumni UGM yang dijuluki "Dokter 2000".
Dr. Sudanto dikenal luas karena praktik kemanusiaannya. Ia melayani pasien tidak mampu dengan tarif sangat murah, bahkan sering gratis, dan pasiennya datang dari berbagai wilayah. “Saya ingin seperti beliau. Kalau jadi dokter harus bisa membantu masyarakat yang kesulitan mengakses layanan kesehatan,” tutur Stanggy.
Sang ibu pun mendukung penuh niat putrinya. “Saya dulu sempat minta Stanggy ganti jurusan karena biaya, tapi dia kukuh pilih kedokteran. Waktu tahu dia lulus di UGM, saya menangis syukur. Semoga nanti bisa bantu orang-orang kecil seperti dokter Sudanto,” ucap ibunya penuh haru.
Menembus Batas, Menggapai Mimpi
Bagi Stanggy, menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran UGM adalah langkah awal untuk mewujudkan cita-citanya menjadi dokter yang mengabdi bagi masyarakat. Ia sadar perjuangannya belum selesai, namun keyakinan dan nilai-nilai yang ia pegang sejak kecil menjadi bahan bakar untuk terus melangkah.
“Ayah selalu pesan kalau nanti jadi dokter, jangan lupa untuk bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Itu yang jadi pegangan saya sampai sekarang,” paparnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |