Pendidikan

Mahasiswa ITN Malang Desain Lahan Pasca Tambang di Bali Jadi Agro Eduwisata

Jumat, 26 September 2025 - 13:46 | 4.59k
Desain Agro Eduwisata yang dibuat di bekas galian tambang di Bali, karya mahasiswa ITN Malang, Kadek Vito Krisna Ary Wijaya. (Istimewa)
Desain Agro Eduwisata yang dibuat di bekas galian tambang di Bali, karya mahasiswa ITN Malang, Kadek Vito Krisna Ary Wijaya. (Istimewa)

TIMESINDONESIA, MALANG – Mahasiswa Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Kadek Vito Krisna Ary Wijaya punya cara berbeda dalam memandang masa depan Bali. Alih-alih sekadar merancang bangunan, dia justru menjadikan lahan rusak pasca tambang sebagai peluang untuk bangkit.

Dalam tugas akhirnya yang berjudul “Agro Edu-wisata Rekreatif pada Lahan Pasca Tambang di Kintamani”, Vito menawarkan gagasan arsitektur regeneratif. Konsep ini tidak hanya menghadirkan desain bangunan, tetapi juga memulihkan ekosistem melalui reklamasi, perbaikan tanah, dan pemanfaatan kembali lahan untuk kegiatan produktif.

“Saya tertarik dengan fenomena alih fungsi lahan pertanian menjadi area pertambangan galian C di kaki Gunung Agung dan Gunung Batur. Dampak jangka pendek memang menguntungkan, tapi kerugian jangka panjangnya sangat besar bagi lingkungan,” jelas Vito.

Kadek-Vito-Krisna-Ary-Wijaya.jpg

Advertisement

Berkat prestasinya, Vito meraih IPK 3,91 dan dinobatkan sebagai lulusan terbaik Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) dalam Wisuda ke-74 ITN Malang. Tak hanya itu, karyanya juga masuk sebagai finalis kompetisi tugas akhir di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada Agustus 2025, khususnya dalam kategori pembangunan berkelanjutan.

Desain yang ia buat mencakup fasilitas lengkap, mulai dari restoran, toko hasil pertanian, area bermain, hingga teater mini untuk edukasi. Vito menempatkan edukasi pertanian sebagai jantung proyek, dengan konsep wisata yang mengajak pengunjung lebih peduli pada alam.

“Lokasinya saya pilih di Kintamani karena aksesibilitasnya baik dan sektor pariwisatanya berkembang pesat. Saya melihat potensi besar untuk mengubah lahan pasca tambang menjadi pusat edukasi yang bermanfaat,” tambah pria asal Denpasar ini.

Usai lulus, Vito tidak tinggal diam. Dia kini aktif sebagai arsitek lepas di Bali, terlibat dalam berbagai proyek di Sanur, serta pernah magang di DDAP Architect melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Pengalaman tersebut membuatnya semakin matang dalam memahami dunia kerja.

“Saya belajar bagaimana menyampaikan konsep kepada klien dan menghubungkan teori dari kampus dengan praktik di lapangan,” tuturnya.

Ke depan, Vito bercita-cita mendirikan studio arsitektur sendiri. Namun, ia sadar masih perlu banyak pengalaman sebelum memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Arsitek).

“Sekarang fokus saya belajar dari proyek-proyek yang ada. Kalau mau punya biro sendiri, tentu harus siap secara keilmuan, pengalaman, dan legalitas,” tegas alumnus SMA Negeri 6 Denpasar ini.

Menariknya, Vito baru benar-benar mengenal dunia arsitektur setelah masuk ITN Malang. Ia mengaku awalnya canggung karena latar belakang SMA tidak banyak bersinggungan dengan arsitektur.

“Namun, dosen dan pengajar di ITN Malang mampu menyetarakan semua mahasiswa. Itulah yang membuat saya bisa berkembang hingga menyelesaikan studi dengan baik,” pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES