Pendidikan

Program MBG di Tarakan Baru Capai 15.000 Siswa, Dapur dan Ketersediaan Bahan Baku Jadi Tantangan

Kamis, 02 Oktober 2025 - 19:38 | 3.92k
Wali Kota Tarakan, Khairul. (FOTO: ANTARA/Susylo Asmalyah)
Wali Kota Tarakan, Khairul. (FOTO: ANTARA/Susylo Asmalyah)

TIMESINDONESIA, TARAKAN – Sebanyak 15.000 siswa dari jenjang SD, SMP, dan SMA di Tarakan telah menjadi penerima manfaat program Makan Bergizi Gratis (MBG), dari total 52.000 siswa yang ada di wilayah tersebut.

"Hal tersebut dikarenakan dapur MBG masih belum disetujui, nanti buru - buru ada keracunan ditanya lagi kenapa," jelas Wali Kota Tarakan Khairul di Tarakan, Kamis (2/10/2025).

Advertisement

Saat ini, fasilitas dapur yang mendukung program MBG di Tarakan baru berjumlah lima unit, dengan rincian dua dapur di Kelurahan Juwata, satu di Karang Anyar, satu di Kampung Baru, dan satu lagi di Pamusian.

"Bahan baku untuk program tidak ada masalah, bahkan berlebihan," kata Wali Kota. Sementara untuk akses ke dapur, pihak di luar pengelola hanya dapat melihat dari luar sambil mengenakan masker dan tidak diizinkan masuk ke dalam.

Khairul mengungkapkan bahwa total program MBG di Tarakan sebenarnya mencakup 20 sasaran, termasuk untuk ibu hamil dan balita. Namun, hingga saat ini Pemkot Tarakan belum menjangkau kelompok tersebut karena program untuk siswa sekolah sendiri masih dalam tahap penyelesaian.

Anggota Komisi 2 DPRD Kota Tarakan, dr. Yuli Indrayani, menyampaikan adanya kekhawatiran terkait ketersediaan bahan baku MBG berdasarkan hasil peninjauan dan diskusi dengan pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Dapur SMA Muhammadiyah Tarakan pada Selasa (30/9).

”Memang dari hasil kunjungan lapangan ini, yang kita dapatkan memang dari sumber bahan baku kita, ya. Jadi dikhawatirkan dari SPPG ini ketika nanti semua dapur berjalan bersamaan, ketakutan akan sumber bahan baku yang tersedia itu yang kurang,” kata Yuli.

Dia menyebutkan bahwa SPPG meminta agar sektor pertahanan pangan, pertanian, dan peternakan dapat mendukung penyediaan bahan baku. Beberapa bahan yang menjadi perhatian antara lain telur dan ayam lokal.

”Kalau pada saat bersamaan menunya semua ayam, nah yang ditakutkan itu ayam yang tersedia di pasar tidak ada. Begitu juga dengan telur, begitu kebutuhan akan telur itu banyak meningkat, pasti akan terjadi kenaikan harga dan risiko terjadi kelangkaan serta inflasi jika permintaan serentak,” katanya.

Selain persoalan bahan baku, kunjungan tersebut juga mengidentifikasi kondisi fisik dan alur kerja di Dapur SMA Muhammadiyah Tarakan.

”Kalau untuk kondisinya ya karena memang kondisi dapur ini menggunakan bagian dari sekolah, jadi otomatis ruangannya banyak yang bersekat-sekat terus juga ruangan terbukanya juga banyak, jadi alur masuknya ini masih belum sesuai,” kata Yuli.

Ia menjelaskan bahwa proses mulai dari penerimaan barang, pemeriksaan, penyimpanan, hingga pembersihan dan pemotongan bahan baku dilakukan di ruangan yang terpisah-pisah, sehingga menyebabkan alur kerja yang bolak-balik.

”Yang kita takutkannya dengan alur ini, kontaminasi bahan makanan itu semakin besar. Itu yang kita katakan, pihak dapur masukannya mungkin perbaikan alurnya saja,” katanya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES