PKNM FKUB 2025: Laboratorium Transdisipliner yang Hidup di Tengah Warga Desa

TIMESINDONESIA, MALANG – Balai Dusun Karangpandan pagi itu tak seperti biasanya. Di meja panjang sederhana, tersusun tensimeter, formulir, dan booklet edukasi. Sementara kader kesehatan mencatat daftar hadir, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) sibuk menyiapkan alat ukur. Suasana itu berulang setiap hari selama tiga minggu di Desa Karangpandan dan Permanu, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.
Di sinilah 406 mahasiswa FKUB dari program studi kedokteran, kebidanan, dan farmasi turun langsung dalam Program Kesehatan Nasional Mahasiswa (PKNM) 2025. Dengan pendekatan Interprofessional Education (IPE), mereka tidak sekadar belajar di ruang kuliah, melainkan membangun pengalaman nyata di tengah masyarakat.
Advertisement
Skala kegiatan ini cukup besar. Sebanyak 6.628 warga menjadi responden survei kesehatan yang juga berfungsi sebagai deteksi dini atau active case finding. Berdasarkan temuan itu, mahasiswa merumuskan 159 intervensi kesehatan: 53 di tingkat komunitas dan 106 di tingkat keluarga.
Intervensi meliputi edukasi dan penanganan awal berbagai isu, mulai dari hipertensi, diabetes, tuberkulosis (TBC), gizi balita, hingga pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Untuk memastikan pemahaman, setiap kelompok mahasiswa menyiapkan booklet edukasi yang digunakan saat penyuluhan maupun kunjungan keluarga.
“PKNM 2025 bukan sekadar pengabdian. Program ini adalah laboratorium transdisipliner yang menekankan Interprofessional Education, tempat mahasiswa lintas prodi belajar dan bekerja bersama dengan keluaran nyata di masyarakat," ujar Prof. dr. Mohammad Saifur Rohman, MD., Ph.D., FIHA., FAsCC., FSCAI, Wakil Dekan Bidang Akademik FKUB, Sabtu (4/10/2025).
Selama kegiatan, mahasiswa didampingi kader kesehatan dan perangkat RT, dengan Puskesmas Pakisaji sebagai pengawas teknis. Pendekatan kolaboratif ini membuahkan hasil: warga mulai mengenali gejala penyakit lebih dini, kader memperoleh panduan praktik, dan desa memiliki peta data kesehatan yang sistematis.
“Fokus tahun ini adalah pengumpulan data baseline sebagai landasan program yang terukur, terarah, dan berkelanjutan,” ujar dr. Ayunda Dewi Jayanti Jilan Putri, M.Sc., Ketua PKNM 2025.
“Di lapangan, setiap kelompok juga melakukan intervensi sesuai kebutuhan riil masyarakat," lanjutnya.
Aspek akademik ditutup pada 18–20 September 2025. Pameran poster di Gedung GPB FKUB menampilkan visualisasi data 6.628 responden, alur deteksi dini, dan hasil intervensi. Sementara Seminar Hasil di Aula Graha Medika menghadirkan kepala desa, kader PKK, camat, hingga Dinas Kesehatan Kabupaten Malang untuk membaca profil kesehatan desa sekaligus menyusun tindak lanjut.
Penarikan resmi dilakukan pada 27 September 2025. Selain menutup kegiatan secara administratif, FKUB menyerahkan rencana tindak lanjut kepada pemerintah desa dan Puskesmas Pakisaji.
Dua kepala desa yang menjadi lokasi kegiatan kompak memberikan apresiasi. Edy Suharmadji, Kepala Desa Permanu, menyebut program ini “membantu kami melihat persoalan kesehatan keluarga secara lebih sistematis," kata dia.
Sementara Djumain, Kepala Desa Karangpandan, menambahkan bahwa atas program dari PKNM ini, pengetahuan warga meningkat. Bahkan dua mengakui bahwa kapasitas kader bertambah baik. "Kami berharap pendampingan berlanjut agar perilaku sehat semakin menguat," harapnya.
Basis data yang terkumpul bukan sekadar angka. FKUB menjadikannya pijakan untuk roadmap kesehatan desa, bahan kebijakan berbasis bukti, serta luaran ilmiah berupa publikasi dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Arah besar program ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3 (kesehatan), SDG 4 (pendidikan), SDG 6 (air bersih dan sanitasi), SDG 11 (kota dan komunitas berkelanjutan), dan SDG 17 (kemitraan). Pada Oktober–Desember 2025, FKUB bersama desa dan Puskesmas Pakisaji menyiapkan fase pematangan untuk memperkuat layanan promotif–preventif sesuai kebutuhan lokal.
Tiga minggu kegiatan memang telah usai. Mahasiswa kembali ke kampus, warga melanjutkan aktivitas sehari-hari. Namun jejak yang ditinggalkan tak hilang: pengetahuan baru, perilaku sehat yang mulai tumbuh, serta data yang kini menjadi fondasi kebijakan desa.
PKNM 2025 membuktikan, kolaborasi kampus dan masyarakat bukan sekadar seremonial, melainkan ikhtiar nyata menuju desa yang lebih sehat. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |