Melalui Sosialisasi Pendidikan, Mahdi Dorong Pemanfaatan Teknologi di Probolinggo
TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Pentingnya pendidikan dan pemanfaatan teknologi informasi menjadi topik utama dalam kegiatan sosialisasi yang digelar DPRD Provinsi Jawa Timur di Basecamp Pekalen Rafting, Desa Pesawahan, Kabupaten Probolinggo, Rabu (5/11/2025).
Acara tersebut menghadirkan narasumber Yatimul Ainun, S.Sos.I., M.Kom. dan Atiq Ali Rahbini, S.E., serta dihadiri langsung oleh Mahdi, Ketua DPC PPP Kabupaten Probolinggo yang juga anggota DPRD Komisi C Provinsi Jatim.
Advertisement
Dalam sambutannya, Mahdi menegaskan bahwa pendidikan di era digital menuntut adaptasi cepat, bukan hanya dari siswa, tetapi juga dari guru dan lembaga pendidikan.
“Teknologi bukan ancaman bagi dunia pendidikan. Justru dengan pemanfaatan yang tepat, teknologi bisa memperluas akses dan meningkatkan kualitas pembelajaran,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat literasi digital di kalangan pelajar. Menurutnya, transformasi pendidikan digital hanya akan berhasil jika ada sinergi antara sekolah, orang tua, dan pemerintah.
“Kita tidak bisa bekerja sendiri. Butuh gotong royong digital, agar teknologi benar-benar membawa manfaat dan tidak menjadi bumerang bagi generasi muda,” tegasnya.
Mahdi mengajak seluruh pihak untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
“Kita harus memastikan setiap anak di Jawa Timur mendapatkan pendidikan berkualitas dan relevan dengan masa depan digital,” tambahnya.
Teknologi Bukan Pengganti Guru, Tapi Katalisator Pendidikan

Dalam sesi pemaparan materi, Yatimul Ainun menyampaikan bahwa kemajuan teknologi harus ditempatkan sebagai katalisator dalam proses pendidikan, bukan sebagai pengganti peran guru.
Ia menjelaskan bahwa teknologi dapat membantu proses belajar menjadi lebih personal, interaktif, dan berbasis kebutuhan peserta didik.
“Guru tetap menjadi jantung pendidikan. Namun, teknologi bisa membantu mereka lebih efisien, misalnya dengan memanfaatkan Learning Management System seperti Google Classroom atau Moodle untuk mengelola tugas dan penilaian,” ujarnya.
Ia mencontohkan, dalam pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), siswa bisa menggunakan berbagai platform digital untuk berkolaborasi, berinovasi, dan memecahkan masalah nyata di masyarakat.
“Dengan teknologi, siswa tidak lagi sekadar menerima pengetahuan, tetapi mampu mencipta dan memaknai proses belajar,” imbuhnya.
Lebih jauh, Ainun menekankan perlunya pelatihan berkelanjutan bagi para pendidik agar mampu memanfaatkan teknologi dengan benar.
“Keterampilan digital guru menjadi penentu keberhasilan. Literasi digital bukan hanya tahu menggunakan aplikasi, tapi juga memahami etika, keamanan data, dan kreativitas dalam mengajar,” jelasnya.
Ia menutup paparannya dengan ajakan reflektif. “Kita tidak bisa menunda perubahan. Dunia bergerak cepat, dan pendidikan harus lebih cepat lagi. Kalau kita tidak beradaptasi, kita akan tertinggal bukan karena kekurangan sumber daya, tapi karena enggan berubah,” tegasnya disambut tepuk tangan peserta.
Pemerataan Digital Harus Jadi Agenda Bersama

Sementara itu, Atiq Ali Rahbini, S.E. menyoroti kesenjangan digital yang masih terjadi antara daerah perkotaan dan pedesaan. Ia menyebut, tantangan terbesar bukan pada ketersediaan teknologi, tetapi pada akses dan kesiapan sumber daya manusia di daerah.
“Di banyak wilayah, sekolah masih kesulitan jaringan internet yang stabil. Guru juga belum semua mendapat pelatihan memadai dalam menggunakan perangkat digital. Ini harus menjadi perhatian serius pemerintah,” ujar Atiq.
Ia menilai, pemerintah daerah perlu memperkuat kerja sama dengan sektor swasta dan komunitas lokal untuk memperluas infrastruktur digital. “Transformasi digital pendidikan tidak bisa top-down. Harus ada partisipasi aktif dari masyarakat agar solusi yang lahir kontekstual dan berkelanjutan,” tegasnya.
Selain itu, Atiq juga menekankan bahwa teknologi tidak hanya penting untuk proses belajar mengajar, tetapi juga untuk membangun sistem manajemen sekolah yang lebih transparan dan efisien.
“Digitalisasi administrasi sekolah akan mengurangi tumpukan kertas dan mempercepat layanan. Ini juga bentuk akuntabilitas publik di dunia pendidikan,” tambahnya.
Literasi digital harus diiringi dengan literasi karakter. “Kita ingin mencetak generasi cerdas digital, tapi juga berakhlak mulia. Teknologi harus membawa manusia makin manusiawi,” tutupnya.
Acara sosialisasi berlangsung interaktif dengan diskusi terbuka antara peserta dan narasumber. Para peserta yang terdiri dari guru, dan pegiat pendidikan tampak antusias menyimak setiap sesi.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
| Editor | : Hainorrahman |
| Publisher | : Rizal Dani |