FP UB Gelar Seminar Nasional, Dorong Sinergi Menuju Swasembada Gula Nasional
TIMESINDONESIA, MALANG – Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) menggelar Seminar Nasional bertema “Optimalisasi Agroekosistem Tebu Menuju Swasembada Gula Nasional” di Auditorium Brawijaya, Kamis (6/11/2025). Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian Dies Natalis ke-65 Fakultas Pertanian UB, dan dihadiri sejumlah tokoh penting di sektor pertanian dan industri gula nasional.
Hadir sebagai pembicara utama antara lain Guru Besar Fakultas Pertanian UB Prof. Dr. Ir. Sudiarso, M.S, Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Drs. H. Soemitro Samadikoen, Tenaga Ahli Menteri (TAM) Bidang Pengembangan Budidaya dan Pascapanen Komoditas Perkebunan Prof. Dr. Ir. Muhammad Syakir, M.S., serta Direktur Utama PT Kebon Agung Ir. Didid Taurisiano.
Advertisement
Dalam paparannya, Soemitro Samadikoen menekankan pentingnya penetapan Harga Pokok Penjualan (HPP) gula tani yang realistis dan berpihak pada petani. Menurutnya, pemerintah harus menetapkan HPP berdasarkan Biaya Pokok Produksi (BPP) riil ditambah keuntungan yang rasional, agar petani mendapatkan penghasilan yang layak.
“HPP gula tani harus ditetapkan dengan mengacu pada BPP riil ditambah keuntungan yang rasional. Tanpa itu, petani tidak akan bisa bertahan, apalagi berkembang,” tegas Soemitro.
Dia juga menyoroti kebijakan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) di tingkat konsumen yang dinilai justru menghambat dinamika pasar.
“Penetapan HET bagi petani ibarat belenggu yang membuat pasar tidak dinamis. Akibatnya, petani sering menjadi korban dari kebijakan yang tidak berpihak,” tambahnya.

Lebih lanjut, Soemitro menegaskan bahwa penghasilan petani tebu harus sebanding dengan petani komoditas lain. Selain itu dia juga mengingatkan pentingnya mempertahankan eksistensi pabrik gula nasional yang menjadi mitra utama petani.
“Eksistensi pabrik gula harus sejalan dengan keberlanjutan petani tebu. Mereka harus mendapat jaminan pendapatan yang cukup dan memadai,” katanya.
Ia menutup paparannya dengan seruan agar seluruh stakeholder, mulai dari pemerintah, akademisi, hingga industri, bekerja secara terintegrasi tanpa ego sektoral.
“Kebijakan pergulaan nasional harus terintegrasi, agar petani tidak lagi menjadi korban. Swasembada gula hanya bisa dicapai dengan membangun ekosistem dari hulu hingga hilir secara bersama-sama,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, dilakukan pula pelantikan pengurus Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi) Komisariat Daerah Jawa Timur.
Prof. Dr. Ir. Agus Suryanto, M.S. resmi terpilih sebagai Ketua Peragi Jatim untuk periode mendatang.
Dekan Fakultas Pertanian UB, Prof. Mangku Purnomo, S.P., M.Si., Ph.D., dalam sambutannya menyebut bahwa saat ini merupakan masa emas bagi dunia pertanian Indonesia.
“Lulusan Fakultas Pertanian UB saat ini menempati peringkat pertama dalam hal kecepatan memperoleh pekerjaan di antara semua fakultas. Ini menunjukkan meningkatnya kebutuhan dan kepercayaan terhadap sektor pertanian,” ungkapnya.
Prof. Mangku berharap Peragi Jawa Timur dapat berperan aktif dalam memperkuat profesi agronomi serta menginisiasi pembangunan sekretariat representatif di Jawa Timur sebagai pusat kegiatan, riset, dan uji coba teknologi pertanian.
Dia juga menegaskan bahwa Fakultas Pertanian UB siap mendukung penuh berbagai kegiatan Peragi, termasuk rencana seminar dan pameran pertanian berskala besar tahun depan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |
| Publisher | : Sholihin Nur |