Peristiwa Daerah

Museum Kesehatan Jiwa Lawang, Simpan Artefak Alat Penanganan Kejiwaan Sejak Era Kolonial

Selasa, 12 Agustus 2025 - 13:02 | 6.28k
Koleksi pasung kayu di Museum Kesehatan Jiwa Lawang, yang dulu banyak digunakan di masyarakat membelenggu penderita gangguan jiwa. (Foto: dok./TIMES Indonesia)
Koleksi pasung kayu di Museum Kesehatan Jiwa Lawang, yang dulu banyak digunakan di masyarakat membelenggu penderita gangguan jiwa. (Foto: dok./TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Masalah kesehatan jiwa menjadi bagian perjalanan kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia sejak era kolonial. Keberadaan Museum Kesehatan Jiwa Lawang di Kabupaten Malang menjadi bukti bahwa bangsa kita telah mengalami fase sejarah kesehatan jiwa yang patut menjadi perhatian bersama. 

Museum Kesehatan Jiwa Lawang berada di dekat kompleks Rumah sakit Jiwa (RSJ) Dr. Radjiman Wediodiningrat Kecamatan Lawang atau lebih dikenal dengan RSJ Lawang. Tepatnya, berlokasi di Dusun Krajan Utara, Desa  Sumber Porong Lawang, Kabupaten Malang Jawa Timur. 

Advertisement

Museum ini merupakan museum kesehatan jiwa pertama dan satu-satunya di Indonesia, dan diresmikan pada 23 Juni 2009 silam. 

Sesuai namanya, museum ini merupakan tempat menyimpan alat-alat kesehatan jiwa sejak jaman Belanda. Di dalam Museum Kesehatan Jiwa ini, tersimpan berbagai koleksi yang terdiri dari benda-benda dan dokumen-dokumen lawas. 

Di sini, Anda dapat melihat secara langsung alat-alat kesehatan unik dan edukatif yang digunakan sejak jaman kolonial Belanda hingga berdirinya Rumah Sakit Jiwa Lawang.

Ada sekitar 700 koleksi dan benda-benda yang berkaitan dengan riwayat masa lampau Rumah Sakit Jiwa Lawang. Koleksi dan peninggalan yang ada di museum ini sangat penting, mengungkap sejarah dan perkembangan ilmu kesehatan jiwa sejak masa lampau. 

Benda-benda seperti alat pemotong tengkorak menggunakan tangan, alat pengiris otak, pasung kayu hingga bak hydrotherapy bagi pasien gangguan jiwa, juga dipampang dengan jelas di ruangan museum. 

Meskipun usianya sudah tua, pengunjung masih bisa menyaksikan dengan jelas gambar-gambar dan benda yang dipamerkan karena tetap terawat dengan baik oleh juru pelihara museum.

Mengunjungi museum ini, Anda akan disuguhi tampilan benda-benda yang bisa memacu adrenalin. Seperti, tiga botol masing-masing berisi janin yang tidak diketahui milik siapa. 

Dua dari tiga janin dalam botol itu telah mengalami kerusakan saat formalinnya diganti. Pengunjung hanya dapat melihat satu janin yang utuh.

Masalah Kejiwaan dan Penanganannya Era Lampau

Bak-perendaman.jpgBak perendaman pasien gangguan jiwa tersimpan sebagai salah satu benda koleksi di Museum Kesehatan Jiwa Lawang, Kabupaten Malang. (Foto: RSJ Lawang Stories) 

Di dalam Museum Kesehatan Jiwa Lawang Ini, pengunjung bisa menemukan berbagai artefak kuno di masa pemerintahan kolonial Belanda. Banyak dokumen penting bisa didapatkan, sebagai bagian dari sejarah RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, juga tentang kesehatan bangsa Indonesia pada umumnya. 

Sejarah mencatat, telah ada cara penanganan pasien jiwa sebelum mengenal pengobatan moderen, dengan berbagai terapi pengobatan yang dianggap dapat menyembuhkan gangguan jiwa.

Misalnya, dengan perendaman (permanete baden) dengan dibungkus straight jacket. Jaket bagi pasien kesehatan jiwa ini dilengkapi dengan banyak tali serta gesper, dengan bukaan di bagian punggung. Di ujung lengan terdapat tali yang gunanya untuk mengaitkan dua tangan ke belakang dengan posisi sedekap.

Pasung: Jejak Kelam Pengidap Gangguan Jiwa

Ketidaktahuan masyarakat tentang gangguan jiwa di masa silam, telah meninggalkan jejak kelam bagi penyandang dan keluarganya. Ini dibuktikan dengan adanya pasung yang masih tersimpan di Museum Kesehatan Jiwa Lawang. 

Di museum ini, ditampilkan beberapa dokumen atau foto yang memperlihatkan bagaimana para pasien gangguan jiwa pada saat itu dirawat dan ditindaklanjuti. Seperti pada sebuah foto yang menunjukkan seorang pasien saat dipasung.

Di masa lampau, pasung dijadikan alternatif dalam penanganan pasien gangguan jiwa. Bahkan, hingga kini di jaman yang serba moderen, pasung diyakini masih bisa ditemui dan digunakan oleh sebagian masyarakat kita.

Foto tersebut dipajang, agar dapat menjadi penyadar bagi masyarakat bahwa penggunaan pasung adalah hal yang meresahkan dan tidak dianjurkan, karena justru hanya akan menyakiti dan melukai penderita gangguan jiwa.

Koleksi Alat Kedokteran Sederhana

Berbagai alat-alat kedokteran umum era lampau bisa dilihat sebagai koleksi museum kesehatan jiwa Lawang. Seperti, refraksi mata, bedah umum dan otopsi, pisau pemotong tulang, alat pemotong otak, serta centrifuse untuk penunjang medik. 

Dari koleksi alat kedokteran yang masih disimpan di museum tersebut, besar kemungkinan pada masa itu selain memberikan perawatan jiwa, RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang juga memberikan pelayanan perawatan umum.

Bangunan museum ini juga menjadi tempat pendidikan dan penelitian tentang penyakit jiwa. 

Terdapat pula koleksi foto-foto para Menteri Kesehatan sejak era kepemimpinan Bung Karno hingga saat ini. Berbagai foto para ahli yang turut berjasa dalam mengembangkan dunia psikiatri juga dapat dilihat di museum kesehatan jiwa ini.

Sisi Lain Museum

RSJ-Lawang.jpg

Meski banyak menyimpan benda dan koleksi dokumen yang terkesan miris, di Museum Kesehatan Jiwa ini pengunjung juga bisa melihat beberapa lukisan karya para pasien gangguan jiwa. 

Diletakkan di ruang belakang museum, pengunjung pun akan dibuat terkesima oleh beberapa karya dengan hasil lukisan yang di luar dugaan itu. 

Semua pengunjung bisa masuk dan melihat langsung koleksi Museum Kesehatan Jiwa tanpa dipungut biaya tiket masuk. Museum ini dibuka setiap hari kerja, pada Senin – Jum'at pukul 08.00 sampai 15.00 WIB. 

Sejarah Awal RSJ hingga Pendirian Museum Kesehatan Jiwa

RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang dahulu dikenal dengan nama RSJ Sumberporong, yang didirikan berdasarkan Surat Keputusan Kerajaan Belanda No.100 tertanggal 30 Desember 1865.  

Pengerjaan pendirian bangunan RSJ Lawang baru dimulai pada tahun 1884 silam. Sebelum dibangun, pengelolaan pasien mental diserahkan kepada Dinas Kesehatan Tentara Belanda.

Pengerjaan pendirian RSJ baru selesai pada tahun 1902, dan siap dioperasikan pada saat itu. Ini diresmikan dengan Besluit (ketetapan) penempatan tenaga dokter dan perawat di RSJ Lawang.

Pada 23 Juni 1902, RSJ Sumberporong dibuka secara resmi dengan nama “KRANKZINIGEN  GESTICTH te LAWANG”. RSJ Lawang ini merupakan Rumah Sakit Jiwa kedua di Indonesia setelah RSJ Bogor. Kapasitas percobaan saat itu, dengan 500 tempat tidur pasien. 

Seiring perkembangan sejarah bangsa Indonesia pada masa penjajahan Belanda, RSJ Lawang pernah menjadi markas Tentara Belanda. Pada masa itu, RSJ Sumberporong juga banyak menerima pasien dari pelosok negeri sejak 1978 hingga saat ini. 

Berikutnya, pada 23 Juni 2009 bertepatan hari jadi RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat yang ke-107, museum di RSJ Lawang ini diresmikan dengan nama Museum Kesehatan Jiwa oleh Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI pada saat itu, Dr. Farid Wajdi Husain. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES