Tagana Banyuwangi Jadikan Mitigasi Bencana Gaya Hidup di Sekolah

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Mitigasi bencana kini tidak lagi dianggap sepele. Melalui Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (Dinsos PPKB) Banyuwangi, mendorong agar kesadaran dan keterampilan menghadapi bencana menjadi bagian dari keseharian siswa dan guru, terutama di jenjang pendidikan anak usia dini.
Ya, upaya ini dilakukan dengan mengemas edukasi kebencanaan secara kreatif dan menyenangkan, sehingga anak-anak dapat memahami konsep dasar kesiapsiagaan tanpa harus terbebani.
Advertisement
Tak hanya siswa, guru pun dibekali keterampilan praktis seperti teknik evakuasi, pertolongan pertama, hingga koordinasi penanganan bencana yang dipandu oleh Tagana, Dinas Pemadam Kebakaran, serta relawan berpengalaman.
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinsos PPKB Banyuwangi, Khoirul Hidayat, menegaskan bahwa pendekatan sejak dini adalah kunci membentuk budaya siaga bencana.
“Kalau dari kecil sudah dibiasakan, mitigasi bencana akan menjadi kebiasaan sehari-hari, bukan sekadar pengetahuan,” kata Irul, sapaan kondang Khoirul Hidayat, Selasa (12/8/2025).
Salah satu wujud nyata program ini adalah kegiatan Tagana Masuk Sekolah (TaMaSa) yang teranyar digelar pada Sabtu (9/8/2025) di Lapangan Mojoroto, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri, Banyuwangi.
Sebanyak 550 siswa dari 27 satuan pendidikan dari jenjang Kelompok Bermain (KB), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Taman Kanak-kanak (TK), bersama 200 guru dan kepala sekolah se-Kecamatan Giri, mengikuti outbond, simulasi kebakaran, hingga gladi gempa bumi.
Materi yang disampaikan lewat permainan peran dan demontrasi peralatan darurat, membuat suasana belajar terasa seperti bermain.
Setiap sesi diikuti anak-anak dengan semangat, dari bermain peran sebagai petugas penyelamat sampai mencoba langsung peralatan darurat sederhana.
“Dengan cara ini, anak-anak lebih mudah mengingat langkah-langkah yang harus dilakukan saat bencana,” ujar Irul.
Ke depan, Tagana Banyuwangi menargetkan perluasan kegiatan di kecamatan lain. Harapannya, setiap sekolah memiliki budaya siaga yang mengakar, memperkuat kesiapan masyarakat menghadapi berbagai potensi bencana.
Dengan langkah berkelanjutan ini, Tagana Banyuwangi berharap sekolah bukan hanya menjadi tempat menimba ilmu, tetapi juga benteng pertama yang siap melindungi generasi muda saat bencana datang. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |