Rayakan 80 Tahun Kemerdekaan, Eiger Mengukir Sejarah Panjat Tebing Indonesia

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Dalam rangka memperingati 80 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, Eiger Adventure kembali menggelar kompetisi panjat tebing bergengsi bertajuk Eiger Independence Sport Climbing Competition (EISCC) 2025.
Ajang ini telah menjadi salah satu tolak ukur prestasi atlet panjat tebing nasional, khususnya bagi generasi muda yang ingin membuktikan kemampuan di level nasional.
Advertisement
Kompetisi yang dimulai Kamis (14/8) hingga Minggu (17/8/2025) ini berlangsung di Eiger Flagship Store, Jalan Sumatera, Kota Bandung. Papan panjat berstandar internasional akan menjadi arena perebutan gelar terbaik nasional untuk kategori lead dan speed.
Akar Sejarah Panjat Tebing dan Lahirnya Eiger Adventure
Keterkaitan Eiger dengan dunia panjat tebing di Indonesia tidak lepas dari perjalanan sejarah sejak 1980-an, ketika olahraga ini mulai populer di tanah air. Pada masa itu, berita tentang panjat tebing kerap menghiasi media massa, dan kegiatan petualangan di alam bebas—gunung, tebing, dan hutan—mulai digandrungi.

Mario Pratama, Chief Operating Officer Eiger Adventure, menuturkan bahwa brand ini lahir di tengah euforia panjat tebing tersebut.
“Eiger Tropical Adventure berdiri pada 1989, di saat panjat tebing sedang naik daun di kalangan petualang muda,” jelas Mario.
Inspirasi nama Eiger berasal dari keberhasilan Harry Suliztiarto dan Mamay S. Salim, dua pendaki Indonesia yang menaklukkan Gunung Eiger di Swiss pada 1986. Perjalanan ini ditempuh melalui jalur ekstrem di tengah cuaca bersuhu di bawah titik beku, hingga berhasil menciptakan jalur khusus bernama Indonesian Route.
Mamay S. Salim: Legenda Panjat Tebing Indonesia
Sebagai salah satu legenda panjat tebing, Mamay S. Salim kini menjadi Senior Advisor Eiger Adventure. Ia menyimpan ribuan arsip foto dan dokumentasi perjalanan sejarah panjat tebing Indonesia, dari era Citatah hingga pembangunan papan panjat modern pertama berbahan resin di Indonesia yang berdiri di Eiger Cihampelas pada 2001.

Tahun yang sama, Eiger juga meluncurkan EISCC untuk pertama kalinya, menjadikannya ajang bergengsi yang mempertemukan atlet dari seluruh penjuru Indonesia.
“Sejak 2001 hingga 2025, EISCC selalu menjadi ajang yang membentuk mental juang dan mengukur perkembangan prestasi atlet panjat Indonesia,” ujar Mamay.
EISCC 2025: Lebih dari Sekadar Lomba
Dengan usia 24 tahun penyelenggaraan, EISCC tidak hanya menjadi kompetisi, tetapi juga ruang pembinaan bakat dan mental bagi atlet. Setiap tahunnya, event ini melahirkan bintang-bintang baru yang siap bersaing di panggung internasional.
Perayaan tahun ini menjadi semakin istimewa karena bertepatan dengan peringatan 80 tahun Kemerdekaan Indonesia, menjadikan EISCC 2025 simbol semangat juang, ketangguhan, dan kebanggaan nasional. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Rochmat Shobirin |