Produksi Gula Tak Segera Dibeli Pemerintah, Petani Tebu Bondowoso-Situbondo Terancam Kolaps

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Puluhan ribu ton gula rakyat di Kabupaten Bondowoso dan Situbondo menumpuk di gudang karena tak terserap pasar. Kondisi ini membuat petani merugi besar dan berpotensi kehilangan mata pencaharian.
Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKB, Nasim Khan, angkat suara. Ia menuding praktik mafia gula rafinasi sebagai biang kerok yang merusak tata niaga gula nasional.
Advertisement
Dia menegaskan negara tidak mungkin swasembada pangan, khususnya gula, kalau mafia gula rafinasi dibiarkan bebas bermain.
“Sementara BUMN terus dipaksa menahan stok, tapi pemerintah tidak kunjung tegas memberantas rembesan gula impor,” ujar politisi asal Dapil Jawa Timur III itu, Senin (18/8/2025).
Menurutnya, cita-cita Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai swasembada pangan akan sulit diwujudkan jika pemerintah tidak segera bergerak.
Ia mendesak Kemenko Pangan, Kementerian Perdagangan, hingga Satgas Pangan untuk segera turun tangan dan mengusut tuntas mafia gula yang selalu berulang di setiap periode.
Nasim mengungkapkan, nasib petani tebu saat ini sangat memprihatinkan. Banyak di antara mereka yang harus menjual aset, berutang dengan jaminan pinjaman, bahkan kehilangan seluruh modal karena gula hasil panen tak kunjung terjual.
“Petani tebu menangis. Mereka hanya meminta pembayaran hasil panen yang sudah lebih dari sebulan belum diterima, sementara masa tebang masih panjang,” katanya.
Situasi ini diperparah dengan keterbatasan kapasitas gudang pabrik gula. Gula menumpuk hingga memenuhi ruang penyimpanan, kualitas tebu terancam menurun, dan pabrik terpaksa menyewa tempat tambahan dengan biaya besar.
Sementara stok produksi gula di Gudang PG Prajekan mencapai 4.600 ton gula belum terjual, senilai Rp 60 miliar.
Kemudian di Pg Assembagoes, Situbondo terdapat 5.000 ton gula tersisa, sekitar Rp50 miliar.
Stok di Gudang PG Panji sebanyak 2.500 ton gula menumpuk, nilainya mencapai Rp36 miliar, dan di PG Wringin Anom ada 3.900 ton gula tak terserap pasar selama delapan periode terakhir.
Penumpukan gula rakyat yang nilainya ratusan miliar rupiah ini membuat petani kian tercekik, sementara biaya produksi terus berjalan.
Nasim Khan menegaskan, pemerintah tidak boleh berlama-lama. Ia secara khusus meminta perhatian Presiden Prabowo untuk turun tangan langsung.
Bahkan dirinya mendapatkan laporan sejumlah petani, tangki tetes di semua pabrik gula hampir penuh karena penjualan lesu. Belum lagi harga tetes turun drastis akibat banjir impor etanol.
Menurutnya, kalau tangki penuh maka pabrik gula berhenti giling. Ini kata dia, sangat emergency, karena tetes lebih sulit penempatannya dibanding gula.
“Atas nama petani tebu, saya memohon Bapak Presiden mengambil langkah tegas. Jangan biarkan petani kecil terus menjadi korban permainan mafia gula,” pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sholihin Nur |