Adam Rusydi: Kepemimpinan Tangguh di Tengah Pandemi dan Bencana Alam

TIMESINDONESIA, SURABAYA – “Tidak ada yang menginginkan bencana itu terjadi,” tegas Adam Rusydi, Ketua Komisi C DPRD Jawa Timur, saat wawancara khusus bersama TIMES Indonesia dalam acara peluncuran buku Dokumenter Penanganan Bencana: Discover Disaster | The Chief Series Ibu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa karya jurnalis Lely Yuana.
Adam mengaku langsung teringat masa awal pengabdiannya di DPRD Jatim periode 2019–2024, ketika dirinya masih duduk di Komisi E yang salah satu tugasnya menangani kebencanaan.
Advertisement
Menurutnya, Gubernur Khofifah Indar Parawansa menunjukkan kepedulian nyata terhadap warga terdampak bencana, tidak hanya melalui kebijakan, tetapi juga dengan kehadiran langsung di lapangan.
“Bu Khofifah mampu merasakan denyut nadi kesusahan masyarakat. Setiap ada bencana, beliau selalu hadir di tengah warga,” kata Adam.
Tangguh Hadapi Pandemi dan Bencana Alam
Adam mengenang, awal masa jabatan Khofifah pada 2019 langsung dihadapkan pada tantangan besar: pandemi Covid-19. Penanganan dilakukan cepat dan terukur, salah satunya dengan membangun Rumah Sakit Darurat Indrapura, Surabaya, untuk menampung pasien ketika rumah sakit umum penuh.
Selain pandemi, Jawa Timur juga dihantam berbagai bencana alam seperti banjir bandang, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), letusan gunung, dan tanah longsor.
“Siapa yang mau bencana terjadi? Tapi faktanya, kita harus siap menghadapinya. Pemimpin harus berani mengambil langkah,” ujarnya.
Adam mengungkap, Pemprov Jatim sebenarnya memiliki peta wilayah rawan bencana. Namun mitigasi belum optimal karena keterbatasan anggaran, yang lebih banyak dialokasikan untuk pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Meski begitu, ia mengapresiasi langkah Khofifah yang selalu turun langsung ke lokasi bencana, seperti saat Gunung Semeru meletus, longsor di Trenggalek dan Pacitan, hingga banjir di Sidoarjo, Pasuruan, dan Gresik.
“Beliau bukan hanya memimpin dari balik meja. Turun ke lapangan itu bentuk kepedulian tulus, bukan pencitraan,” tegasnya.
Faktor Alam dan Ulah Manusia
Adam juga menyoroti bahwa bencana seperti banjir bandang dan longsor tidak sepenuhnya disebabkan oleh faktor alam. Menurutnya, ulah manusia seperti alih fungsi lahan menjadi penyebab serius.
“Pemerintah perlu melakukan normalisasi fungsi lahan, terutama di daerah pegunungan. Itu salah satu solusi penting untuk mencegah bencana,” tutup Adam. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sholihin Nur |