Peristiwa Daerah

Era Baru Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan: Bandung Jadi Pusat Kolaborasi Nasional

Selasa, 26 Agustus 2025 - 10:50 | 7.91k
Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Leontinus Alpha Edison, Trukan Sri Bahukeling, Assisten Deputi, juga Ir. H. Adi Junjunan Mustafa, M.Sc dan pimpinan lainnya bertukar pikiran usai paparan. (Foto: Dok TIMES Indonesia)
Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Leontinus Alpha Edison, Trukan Sri Bahukeling, Assisten Deputi, juga Ir. H. Adi Junjunan Mustafa, M.Sc dan pimpinan lainnya bertukar pikiran usai paparan. (Foto: Dok TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANDUNGBandung kembali meneguhkan reputasinya sebagai kota kreatif dengan lahirnya inisiatif kolaboratif antara Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Kota Bandung.

Melalui program Perintis Berdaya Connect, Bandung Creative Hub dipilih sebagai pusat percontohan untuk membangun ekosistem pemberdayaan masyarakat yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan.

Advertisement

Program ini lahir dari amanat Peraturan Presiden Nomor 146 Tahun 2024 tentang Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, yang menekankan pentingnya pengentasan kemiskinan, peningkatan kapasitas ekonomi, perlindungan pekerja migran, hingga penguatan desa.

“Sebagai turunan langsung dari RPJMN 2025–2029, Perintis Berdaya Connect didesain untuk menghadirkan ruang kolaborasi yang mempertemukan UMKM, koperasi, pelaku ekonomi kreatif, hingga pekerja migran dengan berbagai mitra strategis,” ujar Leontinus Alpha Edison, Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Selasa (26/8/2025).

Pemerintah Kota Bandung menyambut langkah ini dengan penuh optimisme. Kepala Dinas Pariwisata menegaskan bahwa kota ini telah lama dikenal dengan ekosistem ekonomi kreatif yang hidup, namun kehadiran Perintis Berdaya Connect akan menghubungkan berbagai potensi tersebut agar lebih produktif.

Ia mengungkapkan dengan menjadikan Bandung Creative Hub sebagai titik sentral, seluruh aktivitas mulai dari capacity building, business matching, hingga program pelatihan bisa dilakukan secara terstruktur dan terintegrasi.

Kegiatan ini bukan sekadar forum seremonial. Di dalamnya terdapat agenda nyata berupa pelatihan intensif, workshop interaktif, talkshow bersama tokoh nasional, hingga expo showcasing produk dan jasa unggulan.

“Pelaku usaha diberi kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan mitra potensial dari BUMN, swasta, hingga lembaga internasional, membuka peluang kolaborasi di sektor bahan baku, teknologi, pemasaran, pembiayaan, hingga ekspor,” tuturnya.

Kemenko Pemberdayaan Masyarakat melalui Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat menekankan pentingnya membangun ekosistem yang berdaya dalam lima pilar: berdaya bersama, berdaya berusaha, berdaya finansial, berdaya talenta, dan berdaya global. Pilar-pilar tersebut diterjemahkan ke dalam kegiatan konkret di Bandung Creative Hub, mulai dari bootcamp peningkatan kapasitas, akses pembiayaan inklusif, penciptaan jejaring bisnis, hingga penguatan tata kelola pekerja migran.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung,  Ir. H. Adi Junjunan Mustafa, M.Sc. menambahkan,”pemerintah daerah ingin memastikan kebijakan yang dirancang bukan hanya tertulis di atas kertas, tetapi benar-benar relevan dengan tantangan lapangan. Menurutnya, keberhasilan kolaborasi ini akan sangat bergantung pada keterhubungan antara kebijakan pusat, dinamika daerah, serta aspirasi masyarakat. Pemerintah daerah pun mengapresiasi Kemenko yang menjadikan Bandung salah satu pilot project, karena dapat mengangkat potensi lokal sekaligus mempercepat pengembangan sektor kreatif.”

Ia menjelaskan bahwa Bandung dipilih bukan tanpa alasan. Kota ini memiliki infrastruktur yang memadai, akses yang terjangkau, serta basis komunitas kreatif yang luas. Tujuh subsektor ekonomi kreatif diprioritaskan, yakni kuliner, kriya, fashion, game, aplikasi, film dan animasi, serta musik. “Dengan subsektor tersebut, Bandung diyakini mampu menunjukkan bagaimana pemberdayaan masyarakat dapat berjalan selaras dengan tumbuhnya industri kreatif,” ujar Adi.

Trukan Sri Bahukeling, Assisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif dan  Kewirausahaan menambahkan bahwa ke depan, Perintis Berdaya Connect akan menjadi ruang kolaboratif yang terus berdenyut dengan berbagai kegiatan. Kalender acara rutin disiapkan agar masyarakat dapat mengakses informasi secara terpadu. Di samping itu, keterlibatan komunitas lokal, akademisi, hingga media akan memperkuat peran program ini sebagai penggerak utama pemberdayaan masyarakat.

Ia menerangkan bahwa dalam jangka panjang, program ini diharapkan mampu melahirkan local champion di setiap daerah yang bisa menjadi mentor dan motor penggerak. Bandung pun berkesempatan menjadi model yang dapat direplikasi di kota-kota lain, sebagaimana yang telah dipelajari dari benchmarking ke Malang Creative Center. Pelajaran penting dari sana adalah bagaimana komunitas mampu menjadi aktor utama yang memastikan keberlanjutan ekosistem kreatif, sebuah praktik yang kini coba diadopsi di Bandung.

“Dengan semangat kolaborasi, Perintis Berdaya Connect tidak hanya menjadi simbol sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, tetapi juga momentum nyata bagi masyarakat untuk naik kelas. Program ini menegaskan bahwa pemberdayaan masyarakat bukanlah jargon, melainkan proses panjang yang membutuhkan keterlibatan banyak pihak. Bandung kini berada di garis depan sebagai pusat lahirnya gagasan, ruang tumbuhnya talenta, dan panggung kolaborasi yang menggerakkan roda ekonomi kreatif menuju daya saing nasional dan global,” pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES