Gus Hans: Demo Jadi Momentum Muhasabah, Bukan Saling Menyalahkan

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Tokoh Nahdlatul Ulama (NU), KH Zahrul Azhar Asumta atau yang akrab disapa Gus Hans, angkat suara terkait gelombang demonstrasi yang marak terjadi di sejumlah daerah di Indonesia.
Menurutnya, situasi ini seharusnya dijadikan momentum bagi seluruh elemen bangsa untuk melakukan muhasabah atau introspeksi, bukan justru saling menyalahkan.
Advertisement
“Saya sudah sebelas hari tidak berada di Indonesia, tapi hati saya sangat prihatin melihat apa yang terjadi. Ini saatnya kita bermuhasabah. Jangan ada saling menyalahkan, karena persoalan yang kita hadapi sangat kompleks,” ujar Gus Hans saat dikonfirmasi, Selasa (2/9/2025).
Sekretaris Jenderal Gerakan Ayo Mondok ini mengingatkan masyarakat yang akan menyampaikan aspirasi melalui aksi demo agar tetap waspada terhadap kemungkinan adanya pihak-pihak yang ingin menunggangi gerakan tersebut.
“Saya mengimbau agar waspada, jangan sampai ada yang menunggangi ketulusan teman-teman yang sebenarnya ingin memperbaiki bangsa ini,” tegas Wakil Rektor Unipdu Jombang tersebut.
Dua Faktor Penyebab Demo Memanas
Gus Hans menilai setidaknya ada dua faktor utama yang membuat demonstrasi belakangan ini berkembang hingga berujung anarkis.
Pertama, adanya dugaan gerakan sistematis yang terorganisir. Hal itu terlihat dari pola kericuhan yang mirip di berbagai daerah.
“Ada pembakaran fasilitas umum, markas polisi, bahkan rumah menteri. Itu sesuatu yang sangat kita sesalkan, karena tidak pernah kita bayangkan terjadi pasca-reformasi,” jelasnya.
Kedua, ia menekankan pentingnya ketokohan pemimpin daerah dalam meredam potensi kericuhan. Menurutnya, peran figur yang dihormati masyarakat bisa menjadi penentu situasi tetap kondusif.
Pengasuh Asrma Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang ini, mencontohkan sosok Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam menghadapi gelombang aksi di Yogyakarta.
“Terbukti di Jogja tidak terjadi huru-hara seperti di daerah lain. Ada sedikit insiden pembakaran di kantor polda, tapi itu cepat diredam berkat ketokohan Sri Sultan,” ungkapnya.
Lebih jauh, Gus Hans menekankan bahwa di tengah krisis ini bangsa Indonesia tidak boleh terpecah. Semua pihak, baik masyarakat maupun pemimpin, harus sama-sama melakukan koreksi diri.
“Satu langkah penting adalah muhasabah. Mari kita koreksi diri kita masing-masing, baik masyarakat maupun pemimpin di berbagai level, apakah sudah menjalankan amanah dengan baik atau belum,” ucapnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |