Desa Sekaran Kembangkan Wisata Edukatif Berbasis Integrated Green Farming untuk Dukung Swasembada Pangan

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Siapa sangka, dari limbah rumah tangga dan kotoran ayam, warga Desa/Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan mampu menciptakan pupuk organik yang sekarang menjadi bagian dari wisata edukatif pertanian terpadu.
Inovasi ini lahir melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat yang digagas dosen Universitas Islam Lamongan (Unisla) bersama mahasiswa lintas prodi. Mereka menggandeng Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sekaran mengembangkan konsep Integrated Green Farming System di greenhouse desa. Tujuannya bukan hanya meningkatkan produksi pangan, tetapi juga menjadikan desa sebagai destinasi wisata edukatif yang ramah lingkungan dan berdaya saing.
Advertisement
TPS 3R Desa Sekaran tampak lebih ramai dari biasanya. Warga berbondong-bondong mengikuti pelatihan pembuatan pupuk organik yang dipandu langsung tim dosen dan mahasiswa Unisla. Kotoran ayam, kasgot (larva BSF), hingga limbah organik rumah tangga yang awalnya dianggap tak berguna, kini disulap menjadi pupuk cair dan pupuk padat bernilai ekonomi.
“Selama ini sampah sering dipandang masalah, padahal kalau diolah dengan benar bisa menjadi sumber penghidupan,” ujar Ishaq salah satu peserta pelatihan sambil menunjukkan cairan pupuk hasil fermentasi.
Dari kegiatan ini, warga tidak hanya belajar mengolah limbah, tetapi juga menemukan peluang baru untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Produk pupuk organik kemasan, pakan alternatif, hingga paket wisata edukatif seperti “Belajar Maggot” dan “Petik Melon” mulai dirancang sebagai bagian dari pengembangan desa wisata.
Program ini dijalankan oleh tim dosen Unisla yang terdiri dari Anik Fadlilah, dari Prodi Peternakan sebagai ketua pelaksana, bersama dua anggota: Marsha Savira Agatha Putri, dari Prodi Kesehatan Lingkungan, serta Sani Rusminah, dari Prodi Manajemen. Ketiganya menggandeng mahasiswa Peternakan Dani Setiawan, Rahmania Abas Salfani dari Kesehatan Lingkungan, dan Mas Wahyu Ali Dzikri dari Manajemen.
“Kami ingin menciptakan model pertanian terpadu yang tak hanya produktif, tapi juga memiliki nilai tambah melalui wisata edukatif. Pengunjung tidak hanya menikmati keindahan lingkungan, tapi juga belajar bagaimana pangan bisa dihasilkan secara mandiri,” ucap Anik.
Menurutnya, integrated farming yang diterapkan di Desa Sekaran ini menggabungkan sektor peternakan, perikanan, pertanian, hingga pariwisata dalam satu ekosistem.
Anik berharap, model program di Desa Sekaran yang merupakan bagian dari hibah Pengabdian kepada Masyarakat yang didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) tahun 2025 melalui skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat ini bisa menjadi percontohan bagi desa-desa lain di Lamongan maupun Jawa Timur.
Sementara itu Ketua Pokdarwis Desa Sekaran, Rifai Efendi, menegaskan bahwa kolaborasi ini memberikan energi baru bagi masyarakat. “Kami dari Pokdarwis Desa Sekaran merasa bangga dapat menjadi bagian dari program wisata edukatif berbasis Integrated Green Farming ini,” katanya.
Menurutnya kolaborasi bersama tim dosen Unisla dan dukungan dari berbagai pihak memberikan semangat baru bagi warga untuk terus mengembangkan desa, tidak hanya sebagai produsen pangan, tetapi juga sebagai destinasi wisata edukatif yang bermanfaat.
“Kami berharap sinergi ini dapat terus berlanjut, sehingga Desa Sekaran dapat menjadi contoh desa mandiri pangan yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan,” tutur Rifai.
Bagi Rifai, desa tidak hanya cukup menghasilkan pangan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi juga membuka ruang baru bagi edukasi dan pariwisata. Dengan begitu, manfaat ekonomi dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat, mulai dari petani, pemuda desa, hingga pelaku usaha kecil.
“Melalui pelatihan dan pendampingan ini, kami semakin yakin bahwa potensi desa bisa tumbuh lebih besar, sekaligus memberikan manfaat nyata bagi masyarakat,” ujarnya.
Integrated Green Farming di Desa Sekaran bukan sekadar proyek jangka pendek. Ini adalah upaya transformasi desa menuju kemandirian. Dengan mengintegrasikan peternakan ayam, budidaya ikan, maggot, serta pertanian di greenhouse, Desa Sekaran tengah membangun ekosistem pangan yang berkelanjutan.
Tidak berhenti diproduksi, konsep ini juga membuka ruang edukasi. Pengunjung yang datang dapat belajar langsung bagaimana limbah rumah tangga diolah menjadi pupuk, bagaimana maggot bekerja sebagai pengurai alami, hingga bagaimana buah melon dan sayur segar ditanam di greenhouse modern.
Langkah ini sejalan dengan misi memperkuat ketahanan pangan nasional. Desa yang mampu memproduksi sendiri kebutuhan pangannya akan mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar. Pada saat yang sama, desa juga tumbuh sebagai pusat inovasi dan edukasi yang memberi manfaat lebih luas.
Kisah Desa Sekaran memberi inspirasi bahwa kemandirian pangan bisa dimulai dari level desa. Dengan sinergi lintas sektor - akademisi, pemerintah, dan masyarakat - sebuah desa mampu menciptakan inovasi sekaligus menumbuhkan ekonomi kreatif.
Bagi warga, program ini bukan hanya soal pupuk organik atau greenhouse, tetapi tentang membangun harapan baru. Harapan bahwa desa bisa maju, mandiri, sekaligus menjadi destinasi wisata edukatif yang membanggakan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |