Peristiwa Daerah

Sri Sultan Ungkap Dugaan Penyebab Keracunan Makan Bergizi Gratis

Jumat, 19 September 2025 - 15:44 | 7.01k
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X. (FOTO: ANTARA/Luqman Hakim)
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X. (FOTO: ANTARA/Luqman Hakim)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menyoroti kasus keracunan massal yang menimpa ratusan siswa dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ia menduga peristiwa itu terjadi akibat katering terpaksa memasak sejak dini hari karena jumlah pesanan melebihi kapasitas.

“Mungkin masaknya jam setengah dua pagi. Kalau sayur dimasak jam setengah dua pagi, baru dimakan jam delapan atau jam 10 ya mesti layu (basi),” ujar Sultan di Yogyakarta, Jumat (19/9/2025).

Advertisement

Menurut Sultan, masalah muncul ketika penyedia jasa katering atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) harus menanggung beban lebih besar tanpa tambahan tenaga masak. Dalam beberapa kasus, jumlah pesanan bisa meningkat dua kali lipat, misalnya dari 50 porsi menjadi 100 porsi.

“Biarpun (MBG) masih percobaan tapi dibebani jadi 100 porsi. Berarti kan dua kali lipat. Jadi apa? Mungkin masaknya jam setengah dua pagi,” jelasnya.

Sri Sultan menilai solusi utama untuk mencegah kasus serupa adalah penambahan tenaga memasak. Dengan demikian, makanan tidak perlu dipersiapkan terlalu dini sehingga tetap segar saat dikonsumsi para siswa.

“Gimana menghindari seperti itu, tukang masaknya aja diperbanyak. Jadi tidak masak jam dua atau jam tiga pagi, lalu dimakan jam delapan atau jam 10 ya mesti keracunan,” kata Raja Keraton Yogyakarta tersebut.

Terkait pengawasan, Sultan menegaskan hal itu merupakan tanggung jawab pemerintah daerah (Pemda) DIY. Pasalnya, program MBG menyasar sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan pemda.

“Ya berarti pemerintah daerah setempat, wong sekolah-sekolah lha (Pemda DIY) mau mengawasi bagaimana,” ujarnya.

Sultan juga menyoroti soal higienitas makanan. Menurutnya, faktor kebersihan memang penting, tetapi risiko terbesar tetap muncul ketika makanan dimasak terlalu dini.

“Kalau higienitasnya relatif itu. Tapi masak sayurnya, makin malam, bukan makin pagi, nih makin malam, mesti sudah dalam bentuk layu (basi),” tambahnya.

Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY mengungkapkan telah melakukan kajian terkait kemungkinan penetapan kejadian luar biasa (KLB) program MBG setelah kasus keracunan massal.

Salah satu kasus besar terjadi di Kabupaten Sleman pada 13 Agustus 2025. Sebanyak 212 siswa dari SMP Muhammadiyah 1 Mlati, SMP Muhammadiyah 3 Mlati, SMP Negeri 3 Mlati, dan SMP Pamungkas Mlati dilaporkan mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi makanan dari program MBG. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES