Indeks Literasi di Kabupaten Malang Rendah, Perpustakaan Sepi dari Pengunjung

TIMESINDONESIA, MALANG – Kondisi literasi di Kabupaten Malang masih tergolong rendah. Hal itu diungkapkan Pustakawan Ahli Muda Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Malang, Arswinda Sakuntala, yang menyoroti rendahnya Indeks Pembangunan dan Literasi Masyarakat (IPLM) di daerah tersebut.
“Memang benar literasi di Kabupaten Malang terbilang rendah. IPLM kita nilainya di angka 60-64, ini rendah. Harusnya paling tidak 80-an,” kata Arswinda saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (22/09/2025).
Advertisement
Ia mengaku, rendahnya indeks literasi itu sejalan dengan rendahnya tingkat kunjungan masyarakat ke perpustakaan daerah di Kabupaten Malang.
“Tingkat kunjungan pembaca tergolong rendah. Rata-rata setiap hari 10, berbeda dengan ketika ada kunjungan dari sekolah, itu lebih bagus,” ujarnya.
Meski demikian, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Malang terus memberikan pelayanan optimal untuk meningkatkan literasi.
“Kami melayani semua. Kami buka dari hari Senin sampai Jumat. Hari Senin jam 08.00–16.00 sore. Kalau Jumat jam 08.00–15.00 sore. Sabtu dan Minggu kita libur,” jelasnya.
Arswinda menambahkan, pihaknya juga berupaya mendekatkan layanan literasi kepada masyarakat melalui Mobil Perpustakaan Keliling (MPK). Layanan ini rutin dilakukan ke sekolah maupun desa sesuai permintaan.
“Kami ada kegiatan kunjungan mobil perpustakaan keliling ke sekolah-sekolah atau ke desa sesuai dengan permintaan. Sekolah mulai dari tingkat TK sampai SMP sederajat yang kami lakukan setiap hari secara bergantian. Harapannya kita juga bisa melayani semua sekolah yang ada di Kabupaten Malang,” ungkapnya.
Selain layanan perpustakaan keliling, pihaknya juga menerima kunjungan dari berbagai sekolah. Namun, Arswinda tidak menampik tren menurunnya minat masyarakat datang ke perpustakaan.
“Kami juga sering menerima kunjungan dari sekolah-sekolah. Tapi tidak tau ya hampir semua perpustakaan sekarang sepi, kami kalah dengan gadget, padahal fasilitas internet kita juga bagus di sini bisa diakses untuk mendukung aktivitas literasi,” katanya.
Dalam menghadapi perubahan kebiasaan membaca masyarakat, perpustakaan juga mengembangkan layanan berbasis digital. Salah satunya dengan menyediakan e-book yang bisa diakses pengunjung.
“Kita juga punya e-book, pengunjungnya ya lumayan juga. Itu yang juga kita lakukan agar bisa terus mensosialisasikan literasi,” jelas Arswinda.
Saat ini, koleksi buku yang tersedia di Perpustakaan Kabupaten Malang mencapai 33 ribu eksemplar. Koleksi tersebut meliputi berbagai bidang ilmu pengetahuan.
“Koleksi buku kami yang tersedia di sini 33 ribu eksemplar. Ada karya umum, agama, ilmu sosial, ilmu pengetahuan terapan, kesusastraan, filsafat, dan lain-lain,” ujarnya.
Menariknya, buku sastra menjadi yang paling diminati pengunjung. “Buku yang paling banyak dibaca atau diminati di sini buku-buku sastra,” ucapnya.
Untuk urusan administrasi, prosedur kunjungan, dan peminjaman buku pun sederhana dan mudah.
“Tinggal berkunjung saja terus isi daftar pengunjung secara digital. Kalau ingin pinjam buku di perpustakaan, cukup pakai kartu identitas, bisa KTP, bisa SIM, bisa kartu pelajar. Terus nanti kita buatkan kartu perpustakaan. Kalau pinjem maksimal cuma satu minggu,” tambahnya.
Di tengah berbagai upaya itu, Arswinda menyimpan harapan besar agar perpustakaan bisa kembali ramai pengunjung. “Harapan kami perpustakaan ini bukan hanya menjadi tempat buku disimpan, tapi juga tempat masyarakat belajar, berdiskusi, dan menumbuhkan minat baca,” tutupnya dengan penuh harapan.
Kondisi di Kabupaten Malang ini sejalan dengan data literasi Indonesia di tingkat nasional. Berdasarkan studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2022, skor literasi membaca Indonesia berada di angka 359 poin. Nilai ini turun dari 371 poin pada PISA 2018. Meski demikian, peringkat Indonesia naik ke posisi 70 dari 80 negara peserta, setelah sebelumnya berada di posisi 74.
Data dari UNESCO Institute for Statistics (UIS) juga menunjukkan, tingkat literasi orang dewasa Indonesia mencapai 95,44 persen, menempatkan Indonesia pada urutan ke-100 dari 208 negara.
Sementara itu, survei majalah Ceoworld mencatat masyarakat Indonesia rata-rata membaca 5,91 buku per tahun dengan total waktu membaca 129 jam per tahun. Angka tersebut menempatkan Indonesia di peringkat 31 dari 102 negara.
Tren rendahnya minat baca di Indonesia, baik di tingkat nasional maupun daerah, menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola perpustakaan. Rendahnya angka kunjungan dan minat baca masyarakat menunjukkan perlunya inovasi baru untuk meningkatkan budaya literasi, termasuk melalui perpustakaan digital, kegiatan literasi kreatif, hingga program yang bisa menyasar generasi muda. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |