Peristiwa Daerah

Blora Bicara Jurnalisme: Saat Media Digital Menjadi Penjaga Fakta dan Sahabat Masyarakat

Selasa, 23 September 2025 - 14:23 | 6.38k
Foto bersama diskusi forum Jaringan Media Siber Blora. (FOTO: Rengga/TIMES Indonesia)
Foto bersama diskusi forum Jaringan Media Siber Blora. (FOTO: Rengga/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BLORA – Di tengah derasnya arus informasi media sosial yang menyajikan kabar dalam hitungan detik, media digital lokal dituntut tidak sekadar hadir, melainkan juga mampu menjaga kredibilitas, independensi, serta daya saing. Menyadari besarnya tantangan itu, Forum Jaringan Media Siber Blora (JMSB) menggelar sebuah diskusi khusus yang mencoba menjawab pertanyaan penting tentang bagaimana agar media digital lokal tidak tenggelam di tengah riuhnya jagat maya.

Diskusi bertajuk “Strategi dan Kiat Sukses Membangun Asa Media Digital di Tengah Gempuran Media Sosial” tersebut berlangsung hangat namun serius. Para praktisi media, akademisi, hingga pemangku kebijakan duduk bersama, berbagi pandangan, serta merumuskan peta jalan masa depan media lokal.

Advertisement

Acara yang berlangsung di Kafe Tradisional & Restro Modern, Jalan Kridosono Blora, Senin (22/9/2025), dipandu langsung oleh Ketua JMSB, Bambang Sartono. Hadir sebagai narasumber, empat sosok berpengalaman di bidangnya yaitu Jayanto Arus Adi, penasehat JMSI Jateng sekaligus ahli Dewan Pers Abas Darsono, Siswanto, Wakil Ketua DPRD Blora, serta Slamet Pamuji, pengamat kebijakan publik sekaligus praktisi komunikasi.

Dalam pembukaan diskusi, Jayanto Arus Adi mengingatkan bahwa media sosial dan media profesional memiliki perbedaan fundamental.

“Media sosial memang unggul dalam kecepatan. Tetapi media profesional harus unggul dalam verifikasi, analisis, dan konsistensi fakta. Kredibilitas adalah modal utama yang tidak boleh dikompromikan,” tegasnya.

Lebih jauh, Jayanto menyebut bahwa media siber harus terus bertransformasi mengikuti perkembangan teknologi, namun tetap berpijak pada nilai jurnalisme.

Ia menekankan lima bekal penting yang harus dimiliki wartawan antara lain spiritualitas sebagai landasan moral, wawasan luas untuk memperkaya pengetahuan, integritas sebagai kompas kebenaran, keterampilan teknis sebagai alat kerja, serta kepekaan sosial sebagai jiwa pengabdian.

Nada berbeda datang dari Abas Darsono. Ia menyoroti derasnya arus informasi palsu atau hoaks yang kerap menyesatkan masyarakat. Menurutnya, jika media hanya mengejar klik dan trafik, maka jurnalisme akan terjebak dalam pusaran bisnis belaka.

“Jika media digital hanya mengejar klik, kita akan terjebak dalam pusaran bisnis trafik. Jurnalisme sejati harus memantik diskusi publik, memperkaya demokrasi, dan meningkatkan literasi masyarakat,” ujarnya lantang.

Baginya, jalan keluar terbaik agar media tetap dipercaya publik di tengah kebisingan informasi hanyalah satu, menghadirkan konten yang berkualitas.

Sementara itu, Slamet Pamuji mengarahkan pandangannya pada kedekatan media dengan masyarakat Blora sendiri. Ia mengingatkan bahwa media lokal tidak seharusnya hanya menjadi corong atau pengulang isu-isu trending dari pusat.

“Media jangan hanya jadi pengulang trending topic dari Jakarta atau dunia maya. Media lokal harus menjadi kanal aspirasi, menyuarakan kepentingan masyarakat Blora, dan menghadirkan solusi,” jelasnya.

Mumuk, sapaan akrabnya, mengingat kembali pengalamannya saat menjabat Kabag Humas Setda Blora pada 2021. Kala itu, jumlah wartawan di Blora masih bisa dihitung dengan jari, hanya tiga orang.

Namun perkembangan begitu cepat. Menurutnya, era digital adalah keniscayaan, siap atau tidak, semua pihak harus mau beradaptasi.

“Media sosial tidak bisa dijadikan dasar utama, melainkan hanya sebagai informasi awal. Yang terpenting tetap akurasi, kredibilitas, dan hal-hal esensial lainnya,” tambahnya.

Dari sisi legislatif, Wakil Ketua DPRD Blora, Siswanto, mengingatkan pentingnya peran media sebagai pengawas pembangunan. Namun, ia menekankan perlunya sikap kritis yang konstruktif.

“Media bisa menjadi mitra strategis pemerintah daerah. Kritik tentu perlu, tetapi harus disertai solusi. Dengan begitu, informasi pembangunan dapat tersampaikan ke masyarakat dengan baik,” ungkapnya saat dihubungi.

Menutup diskusi, Ketua JMSB Bambang Sartono menegaskan bahwa forum ini bukan sekadar ajang bertukar gagasan, melainkan langkah awal membangun kesepahaman antar media lokal.

“Kita perlu memperkuat kolaborasi, melakukan investasi pada teknologi, meningkatkan kapasitas jurnalis melalui pelatihan, serta mengembangkan model bisnis berbasis komunitas. Dengan cara itu, media digital di Blora bisa bertahan sekaligus tumbuh menghadapi tantangan era digital,” ujarnya saat dihubungi, Selasa (23/9/2025).

Keempat narasumber memberikan perspektif berbeda namun saling melengkapi. Mulai dari urgensi transformasi media, bahaya hoaks, kedekatan dengan masyarakat, hingga fungsi media sebagai pengawas pembangunan. Semua bermuara pada satu pesan penting: media lokal tidak boleh kalah oleh gempuran media sosial yang serba cepat.

Media justru harus hadir sebagai penjaga fakta, penyeimbang narasi publik, sekaligus sahabat masyarakat dalam mencari informasi yang benar.

Dengan semangat kolaborasi, inovasi, dan keberanian beradaptasi, JMSB berharap media digital di Blora tidak hanya bertahan, tetapi juga mengambil peran lebih besar bukan hanya di tingkat lokal, melainkan dalam ekosistem media nasional. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES