Peristiwa Daerah

PCNU Kabupaten Probolinggo Tentukan Rois dan Ketua, Tapi Khidmat Milik Semua

Minggu, 28 September 2025 - 13:54 | 9.18k
KH Ahsanul Haq memberikan sambutan di Konfercab X NU Kabupaten Probolinggo, Minggu 28 September 2025 (Foto: Iqbal/TIMES Indonesia)
KH Ahsanul Haq memberikan sambutan di Konfercab X NU Kabupaten Probolinggo, Minggu 28 September 2025 (Foto: Iqbal/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Di tengah dinamika regenerasi kepemimpinan dan wacana kemandirian organisasi, Konferensi Cabang atau Konfercab X NU Kabupaten Probolinggo, Jatim, Minggu (28/9/2025) menghadirkan momen spiritual yang menggugah. 

KH Ahsanul Haq, utusan PWNU Jawa Timur yang mendapat mandat dari PBNU, membuka forum dengan pesan yang bukan sekadar sambutan, melainkan penegasan ideologis tentang makna khidmat dalam NU.

Advertisement

Dalam pidatonya, KH Ahsanul Haq mengutip dawuh pendiri NU Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari.

“Siapa pun yang mau mengurus NU, aku anggap sebagai santriku. Siapa yang menjadi santriku, maka aku doakan husnul khatimah bersama keluarganya.”

Kutipan ini bukan basa-basi. Ia adalah ijazah spiritual yang menegaskan bahwa khidmat di NU bukan soal jabatan, melainkan soal niat dan keberpihakan terhadap perjuangan ulama. 

KH Ahsanul Haq menegaskan bahwa pengabdian tidak harus melalui struktur. “Tidak usah minder. Tidak usah berpikir di mana posisi. Yang penting berkhidmat untuk NU,” ujarnya.

Pesan ini datang di saat NU Kabupaten Probolinggo bersiap memilih pemimpin baru. Baik Rois Syuriah maupun Ketua Tanfidziah. 

Empat Kader Potensial

Di tengah bursa calon Ketua Tanfidziyah, empat nama mencuat sebagai figur yang memenuhi syarat formal dan kaderisasi tingkat menengah (PMKNU).

Empat figur yang dimaksud yaitu Kiai Abdul Hamid, Ketua PCNU periode 2020–2025; H. Muhammad Hasan, Bendahara PCNU; Teguh Mahameru Zainul Hasan, Wakil Ketua PCNU; dan H. Khoirul Ishaq, Wakil Ketua PCNU.

Pemilihan akan dilakukan melalui musyawarah mufakat, dan jika tidak tercapai, dilanjutkan dengan pemungutan suara oleh 11 MWCNU yang memiliki hak suara.

Namun lebih dari sekadar memilih ketua, Konfercab ini menjadi ruang tafsir ulang tentang siapa yang layak memimpin NU: bukan hanya yang punya kapasitas struktural, tetapi yang benar-benar memahami bahwa NU adalah warisan ulama, dan khidmat adalah jalan santri.

KH Ahsanul Haq menegaskan, NU adalah rumah besar perjuangan. Maka siapa pun yang mengabdi, baik di dalam maupun di luar struktur, adalah bagian dari barisan santri yang didoakan husnul khatimah.

"Khidmat di NU tidak harus di struktur," pesannya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Muhammad Iqbal
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES