Peristiwa Daerah

Masih Berserak, Situs Kemuning dan Batu Kuno di Kranggan Ngajum Malang Harus Lebih Terjaga

Senin, 29 September 2025 - 21:53 | 5.85k
Tim Jejak Kearifan bersama juru kunci kawasan Situs Kranggan Ngajum, mencari keberadaan arca terpendam di lokasi tersebut belum lama ini. (Foto: dokpri/TIMES Indonesia)
Tim Jejak Kearifan bersama juru kunci kawasan Situs Kranggan Ngajum, mencari keberadaan arca terpendam di lokasi tersebut belum lama ini. (Foto: dokpri/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Keberadaan situs yang ada di Dusun Kemuning Desa Kranggan Ngajum Kabupaten Malang perlu mendapatkan atensi lebih serius. Masih banyak yang bisa diungkap, dari kawasan bernilai sejarah dan peradaban kuno ini. 

Di kawasan Dusun Kemuning ini, terdapat Prasasti Kranggan yang masih dijaga, meskipun kondisinya kurang terawat dan diyakini tidak sesuai bentuk aslinya. Konon, prasasti ini sempat dirusak saat era 1965-an.

Advertisement

Di lokasi bersejarah yang masih dalam satu kawasan itu, ditemukan beberapa baru kuno, seperti lesung batu, lumpang dan batu gores.

Prasasti Kranggan dan beberapa baru kuno yang ada di kawasan Kemuning ini, juga ditemukan Tim Jejak Kearifan Amartya Bhumi Kepanjian, pada 23 September 2025 lalu. Tim Jejak Kearifan ini didampingi langsung Pak Salam, yang sudah puluhan tahun menjaga kawasan situs Kranggan. 

Dalam menjalankan tugasnya, Salam hanya berbekal surat tugas dari Kepala Desa Kranggan yang dikeluarkan sejak 2017 silam. Selama merawat Situs Kemuning, ia mengaku mendapatkan honor seadanya. 

Diduga, bentuk lumpang batu dan lesung sederhana berukuran panjang lebih dari 2 meter yang ditemukan ini merupakan penanda peradaban era megalitikum.

Jejak-Kearifan-bersama-juru-kunci-kawasan-Situs-Kranggan-Ngajum.jpgTampak batu kuno watu gores yang ada di kawasan Desa Kranggan Ngajum Kabupaten Malang. (Foto: dokpri/TIMES Indonesia) 

"Batu-batu kuno ini memberi gambaran diduga pernah ada (sejarah) yang besar di kawasan situ. Bisa berupa acara keagamaan, perjamuan, pengolahan pangan, atau pemeliharaan hewan," terang Gunawan, Ketua Amartya Bhumi Kepanjian, Senin (29/9/2025). 

Budi Hartono, Wakil Ketua Amartya Bhumi mengungkapkan, sumber literatur yang baku tentang keberadaan punden Kemuning saat ada beberapa. Yakni, prasasti Kemuning, kitab Negarakertagama, dan tulisan ahli sejarah (apigraf) salah satunya FDK. Bosch. 

Dikatakan, terkait lumpang dan lesung baru itu biasanya hal penyerta yang ada dalam setiap situs. Budi menduga, batu seperti lumpang di kawasan Kranggan itu bukan lumpang, melainkan bagian dari alat upacara dan biasanya ditempatkan di depan altar Lingga Yoni.

Dari hasil telusur tim jejak kearifan situs Kranggan tersebut, bisa disimpulkan bahwa dibutuhkan penerbitan SK Kepala Daerah terkait Cagar Budaya, agar kawasan Situs Kranggan lebih terjaga dan terawat. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES