Perhutani KPH Bondowoso Tutup Total Pendakian Gunung Piramid

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Keindahan Gunung Saeng, Piramid, dan Gul-gulan di Bondowoso memang memesona, namun hingga kini jalur pendakiannya tetap tertutup.
Gunung Piramid dan Saeng sudah memakan korban meninggal dunia. Bahkan kemarin, salah seorang pelajar mengalami kritis saat melakukan pendakian secara ilegal ke Gunung Piramid.
Advertisement
Perhutani menegaskan, larangan itu bukan tanpa alasan. Risiko yang tinggi dan catatan insiden membuat pendakian hanya mungkin dilakukan jika ada pengelolaan wisata yang benar-benar profesional.
Administratur KPH Perhutani Bondowoso, Misbakhul Munir mengatakan, bahwa pihaknya tidak pernah membuka secara resmi jalur ke tiga gunung tersebut. Larangan diberlakukan pasca tragedi yang menimpa seorang pendaki asal Jember beberapa bulan lalu.
“Sejak awal lokasi itu memang tidak pernah kami buka, tapi kami juga melarang keras aktivitas pendakian karena sudah terlalu banyak insiden,” ujarnya, Selasa (30/9/2025).
Menurut Munir, jalur menuju puncak tergolong ekstrem. Trek sempit dengan jurang di kanan-kiri membuat langkah pendaki penuh risiko. Tanpa adanya pengelola resmi, tanggung jawab keselamatan menjadi kabur.
“Kalau ada kecelakaan, siapa yang bisa dimintai pertanggungjawaban? Itu sebabnya perlu pengelolaan wisata minat khusus,” tegasnya.
Meski portal dan spanduk larangan telah dipasang, masih saja ada pendaki yang nekat menyelinap. Kondisi itu mendorong Dinas Pariwisata sempat mewacanakan legalisasi pendakian agar dapat dikelola secara aman dan profesional.
Munir menyatakan, Perhutani terbuka jika ada investor, asosiasi pendaki, maupun pemerintah daerah yang serius menyiapkan skema wisata aman.
“Pendakian itu bukan sekadar jalan-jalan. Harus ada aturan buka-tutup jalur sesuai cuaca, pemandu berlisensi, hingga asuransi. Kalau semua dikelola profesional, Perhutani pasti mendukung,” katanya.
Saat ini, pengawasan hanya dilakukan lewat patroli rutin petugas penyadap getah pinus. Belum ada penjagaan khusus karena status pendakian memang belum resmi dibuka.
Bahkan, beberapa pelaku usaha dari Malang sudah mengajukan konsep pengelolaan, mulai dari paket glamping di kaki gunung hingga aplikasi tiket online terintegrasi dengan asuransi.
Namun semua itu masih sebatas wacana. Formula terbaik tengah digodok bersama Disparbudpora dan sejumlah pihak terkait.
“Kami menunggu arahan dari Dinas Pariwisata. Prinsipnya, Perhutani siap menyambut jika pengelolaan benar-benar profesional dan menjamin keselamatan,” kata Munir. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sholihin Nur |